Da
benar-benar bahagia melihatnya masih hidup. Dia kira kalau dia tidak
punya siapapun lagi. Rut meminta Da untuk tidak marah pada ayahnya, tapi
tetap saja Da marah.
Dia
marah karena masalah ini dan juga karena apa yang ayahnya lakukan pada
Rut. Kenapa ayahnya tidak pernah berpikir bahwa mereka-lah yang harus
menanggung malu atas perbuatannya.
Da
mau pindah ke Inggris dan tinggal bersama Bibi mereka, dia tidak tahan
dengan orang-orang di sini yang terus menatapnya. Dia langsung mengajak
Rut untuk ikut bersamanya, dan jelas saja Suam langsung kesal
mempelototinya sambil menggebrak kursi.
"Kenapa kau mengajakku? Kenapa kau tidak mengajak Khun Aik saja."
Da
jadi kesal menyindir Suam. "Aku lupa, P'Rut juga mungkin tidak bisa
pergi. Kau hebat juga, semua orang ingin tetap tinggal karenamu."
Khun Aik tak senang mendengarnya, segalanya sudah lama berlalu. Tidak bisakah mereka saling memaafkan satu sama lain?
"Memaafkan wanita ini? Gampang banget kau ngomong, Aik!"
Suam
jadi terpancing emosi juga dan langsung mendekat. Rut sudah cemas saja,
tapi Suam sontak mendorongnya mundur. Dia juga tidak bisa kalau harus
berteman dengan Da setelah selama ini saling menampar satu sama lain.
"Berteman seperti apa? Berpegangan tangan? Makan bareng? Shopping bareng?" Sinis Da.
Suam
sinis mendengarnya. Ini dunia nyata, bukan lakorn. Ingin memaksakan
satu sama lain untuk saling memaafkan dan saling memeluk sambil menangis
haru itu bakalan sulit. Saling memaafkan itu butuh waktu.
Tapi
saat melihat tatapan tajam Rut, Suam akhirnya mengubah sikapnya dan
mengakui bahwa dia dan Da sebenarnya tak pernah punya masalah
sebelumnya. Dia mengerti kalau Da melakukan semua itu karena dia
mencintai Aik.
"Jika Khun Aik bisa tegas dan stabil, aku dan Khun Da mungkin bisa bicara baik-baik. Iya, kan?"
"Sedikit."
"Mungkin sedikit."
"Terus Khun Da harus pergi ke Inggris bersama siapa?"
"Tentu saja bersama Khun Aik. Dia pasti akan pergi, iya kan Khun Aik?"
Tapi Aik malah diam saja. Da jadi makin sedih.
Setelah
Rut dan Suam pergi tak lama kemudian, Da menangis teringat
percakapannya dengan Aik saat dia bertanya-tanya apakah Aik akan
menceraikannya. Aik kan menikahinya hanya karena status ayahnya. Tapi
sekarang Da sudah tidak punya apapun.
Waktu
itu Aik tidak menjawabnya dan sekarang pun dia tampak masih
memikirkannya. Tapi saat dia mendatangi Da tak lama kemudian, dengan
mantap dia berkata kalau dia akan ikut Da pergi ke Inggris.
Tapi Da masih meragukannya. Sebaiknya Aik jangan pergi kalau hatinya masih ingin bersama wanita lain. Dia akan menceraikan Aik.
Aik
akui dia memang pernah menginginkan Suam. Tapi setelah dia
dipikir-pikir kembali, dia tidak yakin apakah dia menginginkan Suam
karena dia benar-benar menginginkan Suam atau hanya karena dia ingin
menang.
"Kau ingin menang dari siapa?"
"Mungkin
dari ibuku dan darimu. Kalian semua bersikap seolah aku tak ada. Hanya
Suam satu-satunya orang yang menghormatiku dan mendengarkanku, walaupun
itu cuma karena rasa terima kasih."
"Apa kau mencintaiku?"
"Aku pernah memberitahu kakakmu. Pria seperti kami, jika kami tidak cinta maka kami tidak akan menikah."
Kehidupan
pernikahan mereka seperti menutup kancing. Jika kita salah
mengancingkan satu saja, maka yang lain pun akan salah. Bagaimana dengan
Da sendiri, apa Da pernah mencintainya?
"Aku
selalu mencintaimu. Aku mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu.
Karena itulah aku jadi posesif terhadapmu seperti orang gila."
"Maafkan
aku. Mari kita mulai dari awal, Da. Mari kita hidup berdua saja.
Sama-sama belajar memulai hidup baru. Tidak perlu ada orang lain ataupun
masyarakat yang ikut campur. Hanya kau dan aku dan kita akan menjawab
pertanyaan ini sekali lagi."
"Baiklah. Kita coba."
"Terima
kasih, Da. Terima kasih sudah mau mendengarkanku." Ujar Aik sambil
mengulurkan tangannya ke Da. Da pun menyambut uluran tangannya dengan
bahagia.
Hari
ini Rut akan datang melamar Suam, para warga Suksumrarn sudah berkumpul
di rumah Suam sambil menggosipkan berbagai makanan mewah yang terhidang
di meja.
Tapi
Bu tidak mengerti kenapa hari ini cuma acara lamaran doang? Kenapa
tidak langsung nikah sekalian malam pertama? Kan lebih enak begitu,
beres dalam waktu satu hari doang.
"Anak punya ayah dan ibu, hormati Khun Suam juga dong. Segalanya harus dilakukan secara bertahap." Ujar Suk.
"Tapi E-Suam kan sudah pernah mendaftarkan pernikahan dengannya, kan?" Bingung Lamyai.
"Manusia bisa memulai kembali hidup mereka setiap hari, Lamyai."
"Aku jadi ingin punya suami baru. Aku ingin merasakan perasaan..."
"Kebelet boker?"
"Merasakan perasaan itu! Itu tuh... Itu!"
"Oh, oke. Oke!"
Waew
juga jadi kepingin. Way sinis menyuruhnya untuk memperbaiki alis
tebalnya dulu, cowok jaman sekarang tuh suka yang natural. Itu alis apa
parang?
Tiba-tiba
Way menjerit heboh. Para pria sudah datang! Para wanita langsung
berbaris untuk melakukan adat tradisional memalang jalan para pria itu
dan dengan heboh menuntut mereka untuk bayar agar bisa lewat.
Thuan
terpaksa memberi mereka masing-masing selembar uang. Yang sudah punya
pasangan dibiarkan lewat, tapi Damkerng yang masih bujang sontak jadi
sasaran empuk para wanita kesepian itu.
Tak
sengaja Lamyai terlempar dari kerumunan para wanita itu tepat ke arah
Sersan yang langsung berusaha menggoda Lamyai. Lamyai sinis, Sersan mah
nggak level dibanding mendiang suaminya yang dulu seorang letnan.
Tiba-tiba
Waew juga terlempar... tepat ke arah Teerak dan seketika itu pula
Teerak jatuh cinta pada pandangan pertama. Wkwkwk! Siapa sangka Teerak
justru suka sama alis tebalnya Waew.
Thuan
memulai acara dengan mengutarakan maksud kedatangan mereka. Ibu turun
saat itu dengan Suam di belakangnya. Semua orang antusias ingin melihat
seberapa cantiknya Suam.
Tapi saat Ibu minggir untuk memperlihatkan Suam, mereka malah melihat Suam cuma pakai kaos oblong dengan tulisan I 💗 Police.
Suam baju apaan sih? Mereka saja sampai jual cincin emas biar bisa
dandan secantik mungkin, tapi Suam malah cuma pakai kaos oblong.
"Bajumu sama sekali tidak menghormati suamimu. Kalau pakai baju begini, kenapa kau tidak jadi tamunya saja?"
"Aku bahkan lebih cantik darimu."
Mendengar
itu, Rut cepat-cepat membela Suam dengan membuka jasnya dan
memperlihatkan kaos oblong couple-nya yang bertuliskan: I 💗 🚽. Wkwkwk!
"Kalau kalian pakai baju begini, sekalian saja kalian nge-mall."
"Aku sudah menduga kalau mereka sudah membuat rencana."
Thuan
buru-buru menyela dan meminta agar acara segera dimulai. Thuan berkata
bahwa ada dua hal yang ingin dia sampaikan ke Ibu. Pertama, dia mewakili
Rut untuk melamar Suam.
"Kedua anak ini sudah lama saling
mencintai. Rut menghormati keluarga Suam dan dia ingin menikah dengan
serius. Suam tidak keberatan."
"Terserah Ibu saja." Ujar Suam yang sontak membuat para wanita heboh mengeluhkannya.
Ibu tentu saja menerimanya. "Kupercayakan Suam pada Khun Danurut."
"Baik.
Saya janji saya akan menjaga Suam dengan baik dan juga semua orang di
keluarganya Suam. Aku akan berusaha yang terbaik untuk membuatmu jadi
wanita yang paling bahagia."
Sedangkan
masalah kedua yang ingin Thuan katakan adalah dia ingin mengadopsi Suam
sebagai putrinya. Apa Ibu keberatan? Suam langsung senang mendengarnya,
tapi Ibu malah bilang keberatan. Hah?
Tiba-tiba dia pindah duduk
di samping Thuan dan menyuruh Rut duduk bersama Suam. Ibu mengingatkan
Thuan bahwa Suam punya ibu. Jika Thuan meminta Suam untuk menjadi
putrinya, maka mereka sebagai ayah dan ibunya harus 'meong-meong'.
Wkwkwk!
Terang
saja semua orang langsung bersorak heboh mendengarnya. Ibu mengklaim
kalau dia cuma bercanda. Sudahlah, pokoknya Ibu ingin acara ini diakhiri
secepatnya, Ibu mau punya cucu.
"Cucu?" Bingung Rut.
"Iya,
anakmu dan Suam." Ujar Ibu. Tapi tiba-tiba dia berpaling kembali ke
Thuan dan lagi-lagi mencoba mengajak Thuan untuk 'meong-meong'.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam