Sinopsis My Husband in Law Episode 2 - 1

Pagi-pagi, Muey berniat ngasih makan Snow, tapi Snow malah tak peduli dan langsung ngumpet di bawah meja. Malah Oyuot yang datang dan memakan makanannya Snow.


Muey jelas panik. Parahnya lagi, Oyuot langsung melarikan diri dan mengejar Snow, dan pada akhirnya kedua hewan itu menjatuhkan sebuah pigura.

Muey jadi tambah stres. Tapi saat dia hendak mengembalikan pigura itu ke tempatnya, dia mendapati foto itu ternyata fotonya bersama Thien sekeluarga dulu.

Dulu saat mereka hendak mengambil foto keluarga itu, Muey berdiri di sebelahnya Thien dengan agak menjauh karena masih canggung. Malah Thien yang tiba-tiba saja merangkulnya dan menariknya mendekat. Muey kaget tapi bahagia banget.


Thien baru keluar kamar saat itu. Loh, katanya Thien mau tidur setengah jam lagi? Thien dengan ketus mengklaim kalau dia terganggu mendengar keberisikan mereka.

Karena mereka mau sama-sama berangkat kerja, Muey ingin nebeng dan meminta Thien untuk menunggunya sebentar. Tapi Thien tak peduli dan langsung pergi duluan. Muey kecewa.


Thien adalah seorang arsitek di perusahaan TPC. Saat dia datang, teman-temannya sudah kewalahan menghadapi permintaan klien yang tidak puas dengan rancangan bangunan mereka karena segalanya tidak sesuai dengan feng shui dan menuntut mereka untuk mengubah rancangan mereka sesuai penghitungan feng shui-nya biar mendatangkan keberuntungan.

Thien menolak dengan tegas, jika mereka memaksa untuk memodifikasi rancangannya, maka mereka harus menambah budget, satu juta baht. What?! Si klien langsung melongo mendengar jumlah sebanyak itu.

Teman-temannya Thien yakin kalau si klien tidak akan mau menambah budget, mereka kan tidak punya duit, pelit. Si klien berinisiatif minta diubah bagian pintu masuknya saja, tapi Thien ngotot menolak karena itu artinya akan mengubah jarak pintu dengan tangga darurat.


Panjang tangga darurat yang mereka rancang sudah sesuai dengan persyaratan pembangunan gedung. Agar jika sampai terjadi kebakaran, maka orang-orang bisa menyelamatkan diri tepat waktu. Ribuan orang mati karena masalah di tangga darurat.

Si klien mulai kewalahan sekarang. Tapi dia pantang menyerah dan mengkritik rancangan mereka yang terlalu kebarat-baratan itu. Jadi mereka harus menetralkannya dengan halaman rumput besar di bagian depannya. Lalu hilangkan atapnya yang bundar itu.

"Atap bundar itu sebenarnya adalah waduk air kecil. Jika ada kebakaran, atap bundar itu bisa memperlambat penyebaran api. Atap itu terhubung dengan gedung dan bisa mengeluarkan asap dari dalam gedung." Ujar Thien.

Saat terjadi kebakaran, lebih banyak orang yang sebenarnya mati karena menghisap asap dan kehabisan oksigen, dan bukannya mati karena terbakar hidup-hidup. Gedung yang lebih tinggi, harus dibangun dengan lebih seksama.

Jika mereka bersikeras untuk memodifikasi, Thien menyarankan untuk memodif bagian luarnya saja. Si klien benar-benar tak bisa ngomong lagi sekarang, dan akhirnya mereka pergi dengan kesal.


Thien dan timnya lalu berjalan pergi dengan gaya keren bak sekumpulan idol yang jadi pusat perhatian seluruh wanita di kantor.


Muey sendiri kerja di perusahaan interior design. Setibanya di kantor, dia mendapati rekan-rekannya sudah berkumpul menunggu atasan mreka untuk menuntut tentang masalah merger. Kenapa mereka butuh merger? Bukankah perusahaan mereka selalu menghasilkan uang? Masa mereka tidak punya uang?

Chat, atasan mereka itu, menjelaskan bahwa perusahaan mereka memang menghasilkan uang tapi uang yang mereka hasilkan tidak mencapai target mereka. Makanya mereka harus merger dengan perusahaan TPC. (Ow, bakalan ketemu nih Thien sama Muey)


Di tempat lain, Pondet sedang bersama ayah mertuanya membicarakan proyek pembangunan gedung pencakar langit. Dari percakapan mereka, ternyata mereka akan bersaing dengan perusahaan TPC untuk memperebutkan proyek gedung pencakar langit itu.

Ayah khawatir karena biasanya TPC tidak pernah kalah. Pondet meyakinkan bahwa kali ini mereka pasti akan kalah. Pondet yakin karena dewan direksi perusahaan TPC punya andil dalam menentukan proyek itu, sedangkan salah satu dari dewan direksi itu adalah teman dekat ayahnya. Orang itu punya banyak hutang pada ayahnya. Ayah langsung senang.


Muey akhirnya menunjukkan cincin kawinnya pada teman dekatnya yang langsung berusaha keras menahan jeritannya saking hebohnya melihat cincin itu. Sungguh tak bisa dipercaya kalau Muey benar-benar menikah sama Thien. Kenapa mereka tiba-tiba menikah?

"Singkat cerita. Pernikahan kami hanya tameng."

"Tameng?"

"Iya. Tapi jangan beritahu orang lain. Rahasiakan di antara kita berdua saja. Kalau P'Thien sampai tahu, dia pasti akan membunuhku."

"Kenapa dirahasiakan? Aku sama sekali tidak mengerti kenapa harus dirahasiakan? Apa kau gundiknya?"

"Gila! Bagaimana mungkin gundik bisa punya akta nikah? Aku punya akta nikah."

"Kalau kau punya akta nikah, terus kenapa dirahasiakan? Aku bingung. Dia tidak menghormatimu sebagai istri. Aku tidak suka."


Tapi Muey tidak mempermasalahkannya. "Aku sudah cukup puas bisa menikah dengannya."

"Lalu apa kalian sudah melakukannya?"

"Belum."

"Sudah ciuman?"

"Sudah."

"Beneran? Kalian sudah ciuman?"

"Aku bercanda. Aku menciumnya dalam mimpi."

"Cuma dalam mimpi? Yang bener? Kau tidak bisa menciumnya dalam mimpi, kawan. Oh, apa kau sudah bilang ke P'Thien kalau kau akan bekerja di TPC?"

"Belum."


Malam harinya, Muey memasak makan malam dengan gelisah menunggu Thien yang belum pulang juga sedari tadi. Muey galau, apa yang harus dia katakan saat Thien pulang nanti?

"Kau mau bilang apa padaku?" Tanya Thien yang mendadak muncul.

Muey kaget banget sampai-sampai dia jadi bingung sendiri harus ngomong apa. Dia sadar kalau dia harus memberitahu Thien, tapi pikirannya dan mulutnya tidak sejalan dan akhirnya dia cuma bilang kalau dia masak salmon untuk makan malamnya Thien.


Dia tetap tidak berani mengatakannya bahkan setelah Thien menghabiskan makan malamnya. Tapi saat dia sedang menuangkan segelas air untuk Thien, Thien melihatnya masih memakai cincin kawin mereka.

Thien tak senang dan langsung menyuruh Muey melepaskan cincinnya. Muey langsung melepaskan cincin itu dan berniat mau mengatakannya sekarang, tapi ponselnya Thien tiba-tiba berbunyi dan dia langsung pergi mengabaikan Muey.


Ayahnya Yada mengonfrontasi Pondet karena ternyata TPC-lah yang memenangkan proyek itu. Dia menginvestasikan jutaan baht untuk proyek itu dan sekarang dia kehilangan semuanya cuma gara-gara dia mempercayai ucapan Pondet.

Pondet masa bodo dan menuntut Ayah untuk mentransfer uang padanya sesuai janjinya. Ayah menolak dan mengatainya tidak tahu malu. Pondet sontak melempar semua yang ada di meja dengan penuh amarah dan memperingatkan Ayah untuk tidak mengomelinya atau dia akan melakukan sesuatu yang tak terbayangkan.


Yada mendengarkan percakapan mereka dan langsung punya ide licik. Setelah Pondet pergi, Yada langsung mendatangi ayahnya dan menunjukkan artikel tentang Thien, arsitek muda dan populer dari perusahaan TPC, dan dia pula salah satu alasan harga saham TPC meroket.

Yada meyakinkan bahwa dia menunjukkan ini pada Ayah sama sekali bukan untuk mengejeknya. Jadi begini, ada salah satu pemegang saham TPC yang ingin menjual sahamnya.

Yada sudah menegosiasikan harga dengan orang tersebut. Asalkan Ayah setuju, maka Ayah bisa menjadi pemegang saham TPC. Ayah seketika galau memikirkan penawaran menarik itu.


Thien dan Muey sedang disibukkan oleh anjing dan kucing mereka yang lagi tengkar saat tiba-tiba saja ketiga rekan setimnya Thien datang. Thien jadi panik dan langsung menyuruh Muey untuk menyembunyikan diri di kamarnya.

"Kenapa?"

"Aku terlalu malas menjawab pertanyaan mereka. Cepetan!"

Bersambung ke part 2

Post a Comment

2 Comments

  1. Beruntung banget ada yg nulis sinopsis lakorn ini. Semoga istiqomah nulisnya sampai last episode nanti. Tetap semangat ya kakak. 😙😙😙

    ReplyDelete

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam