Wen Bing datang tepat saat Pelatih Ma mengumpulkan semua peserta. Dia langsung mengedarkan padangannya, jelas dia tidak bisa mengenali yang mana Pelatih Ma, jadi dia terpaksa memanggil namanya.
Dan baru saat Pelatih Ma menjawab panggilannya, dia langsung tahu yang mana Pelatih Ma. Dia langsung melempar senyum ramah pada para peserta lainnya padahal sebenarnya dia sedang berusaha mengenali dan mengingat mereka melalui ciri-ciri mereka seperti tinggi badan, lebar bahu, ukuran sepatu, dll. Dan dengan cara itu pula dia mengonfirmasi identitas Pelatih Ma.
Pelatih Ma memberitahu bahwa dia meminta Wen Bing datang kemari untuk mengamati permainan semua orang. Wen Bing dengan rendah hati berkata bahwa dia di sini untuk belajar dengan mereka semua.
Sang Tian mendengus sinis mendengar keramahannya yang jelas sangat berbeda dengan sikap Wen Bing terhadapnya. Dasar munafik! Palsu! Senyum palsu!
Salah seorang peserta bernama Shen Wei Lian mendekati Wen Bing dan menyapanya dengan sinis. Wen Bing tersenyum ramah padanya dan mengajaknya jabat tangan, tapi Wei Lian sinis tak menanggapi sodoran tangannya.
Wei Lian jelas iri sama Wen Bing dan menurutnya, permainanannya Wen Bing biasa-biasa saja. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa Wen Bing bisa mendapat rekomendasi.
Berusaha menahan dirinya, Wen Bing tetap menanggapi sindirannya dengan tenang. "Lakukan yang terbaik dalam ujianmu. Aku menantikan permainanmu."
"Apa kau berani bertanding?" Tantang Wei Lian.
Wen Bing terdiam galau. Tapi dia terselamatkan berkat Pelatih Ma yang memanggil Wei Lian untuk memulia gilirannya. Wen Bing pun langsung duduk di dekat Sang Tian dan menyapanya.
"Kebetulan sekali. Kita bertemu lagi."
"Dia baru saja memprovokasimu, apa kau tidak ingin melawannya? Kau pengecut."
"Itu lebih baik daripada seseorang yang ada di sini tapi hanya bersembunyi di pojok dan tidak mengikuti ujian." Balas Wen Bing.
Sang Tian kesal. "Kau sendiri sama saja. Tapi pengaturan ekspresiku jelas kalah darimu. Bagaimana bisa kau mengubah wajahmu dari tanpa ekspresi, menjadi terlihat cerita seperti puppy? Mungkin kau harus belajar akting, kau bisa mendapatkan penghargaan Oscar atau semacamnya."
"Kau sangat peduli padaku, apa kau jatuh cinta padaku?"
"Hei! Kenapa kau memperlakukan orang lain dengan lembut, tapi menunjukkan dirimu yang sebenarnya padaku? Tidak bisakah kau berakting lebih?"
"Karena berakting itu melelahkan."
"Munafik!"
Saat perhatian Sang Tian teralih pada para peserta di lapangan, Wen Bing diam-diam menatapnya dengan keheranan, sama sekali tidak mengerti kenapa hanya Sang Tian yang bisa dia lihat dengan jelas.
Menyadari dirinya sedang ditatap, Sang Tian jelas tak nyaman dan membatin kebingungan. Kenapa Wen Bing menatapnya lekat-lekat? Apa dia cowok m~~~m?
"Kenapa dia masih menatapku. Kalau kau masih melakukan itu, aku akan menciummu. Apa yang harus kulakukan? Tidak ada waktu lagi. Ini cuma ciuman. Entah keberuntunganku akan berubah atau tidak, setidaknya aku tidak akan bertemu dengan pria ini lagi."
Tapi saat dia mau nyosor Wen Bing, tiba-tiba saja Wen Bing bangkit sehingga kepala Sang Tian malah menabrak badannya Wen Bing.
Wen Bing mendadak punya ide. Karena tadi Wei Lian meragukan kualifikasinya sebagai mahasiswa rekomendasi, Wen Bing mendadak usul untuk bertanding melawan Wei Lian, aturannya terserah Wei Lian.
Wei Lian setuju, tanding satu lawan satu. Wei Lian memilih Huang Hao Ran sebagai rekannya. Dan Wen Bing langsung menarik hoodie jaketnya Sang Tian, memilihnya sebagai partner timnya. Jelas dia memilih Sang Tian karena hanya Sang Tian yang bisa dia lihat dengan jelas sehingga dia bisa membedakan yang mana tim lawan.
Semua orang sontak sinis melihat Sang Tian yang kecil mungil itu. Sudah pasti Wei Lian dan Hao Ran yang akan menang.
Wen Bing memberitahu Sang Tian bahwa yang perlu Sang Tian lakukan hanya diam dan melihat saja, dia hanya mencari seseorang untuk pelengkap saja.
"Apa maksudmu? Bagaimana kalau aku membantu mereka nanti?" Kesal Sang Tian.
Permainan dimulai. Wen Bing dan Wei Lian lari begitu cepat merebut puck, Wen Bing berhasil mengambilnya, membawanya melewati Hao Ran. Wei Lian dan Hao Ran berusaha menghadang Wen Bing.
Tapi Wen Bing dengan lihainya berkelok-kelok melewati mereka dan sukses memasukkannya ke gawang. Dan selama itu, Sang Tian sama sekali tidak melakukan apapun, benar-benar tidak dianggap sama Wen Bing.
Permainan terus berlanjut, kali ini Wei Lian merebut puck-nya. Wen Bing berusaha merebutnya, tapi Hao Ran dan Wei Lian bekerja sama dengan baik saling mengoper puck itu, tak memberi Wen Bing kesempatan sedikitpun.
Wei Lian dengan cepat membawa puck ke gawang dan bersiap menembak... saat tiba-tiba saja Sang Tian muncul menunjukkan keahliannya merebut puck itu.
Hao Ran berusaha menyusul Sang Tian, tapi Sang Tian dengan cepat putar arah sehingga Hao Ran menabrak dinding. Sang Tian lalu memukul puck itu melewati kaki Wei Lian.
Wei Lian dan Hao Ran berusaha mengejar dan menghadangnya, dan saat itulah Sang Tian melempar kedipan mata pada Wen Bing lalu memukul puck itu ke dinding sehingga puck itu memantul ke Wen Bing.
Si komentator yang tadinya meremehkan Sang Tian, sekarang terkagum-kagum dengan keahliannya. Bahkan Pelatih Ma pun tampak kagum.
Wei Lian dan Hao Ran berusaha mengejar Wen Bing. Tapi terlambat, Wen Bing berhasil memasukkan puck ke gawang tepat waktu. Wen Bing dan Sang Tian pun dinyatakan sebagai pemenangnya.
Walaupun kecewa dirinya kalah, tapi Wei Lian benar-benar kagum pada Wen Bing dan langsung berubah sikap memuji-muji Wen Bing. Dia mengaku kalau sebenarnya dia sengaja memprovokiasi Wen Bing. Jika dia tidak melakukan itu, kapan permain terbaik seperti Wen Bing bakalan mau bertanding dengannya.
Malah sekarang dialah yang semangat menjabat tangan Wen Bing dan menyatakan bahwa mereka adalah kawan mulai sekarang. Dia juga kagum sama Sang Tian, biarpun Sang Tian kecil tapi ternyata dia kuat.
Wei Lian langsung minta untuk bertukar nomor telepon sama Sang Tian. Sang Tian asal mengiyakannya saja soalnya dia buru-buru mengejar Wen Bing.
Lama dia menunggu di depan ruang ganti, tapi kenapa Wen Bing belum keluar-keluar juga? Haruskah dia pergi saja?... Tapi kalau dia pergi, bagaimana dia harus menjelaskannya pada Xiao Rou dan Sang Zhan?
Ah, sebodo amatlah. Ini kesempatan terakhir. Dia harus melakukannya. Ambil napas dan pura-pura jatuh saja, maka ciuman pasti akan terjadi. Rencana yang sempurna.
Sang Tian pun masuk ke ruang ganti dan mendapati Wen Bing hendak pergi. Dia langsung menyapa Wen Bing sok akrab dan mengajaknya berdamai karena sekarang kan mereka sudah mulai akrab.
Dia tiba-tiba saja mendekat sambil monyongin bibir... saat tiba-tiba saja Wen Bing memakaikan helm ke kepalanya dan memutuskan bahwa sudah tidak ada konflik lagi di antara mereka lalu pergi.
Gagal deh rencana Sang Tian. Tapi saat dia memperhatikan helm-nya Wen Bing itu, dia mendapati ada inisial W yang sama persis dengan inisial W yang ada di payung itu. Masa Wen Bing yang memberinya payung itu?
Tidak mungkin! Wen Bing yang selalu membulinya, tidak mungkin pria munafik itu yang memberinya payung. Pasti bukan dia!
Berjalan di padang ilalang yang sebelumnya, Wen Bing mendapati boneka salju itu masih di sana, benang hitamnya juga masih ada di atas kepalanya. Tapi sekarang suasana hatinya sudah berubah, jadi Wen Bing pun mengubah posisi ranting mulut si boneka salju sehingga dia berubah tersenyum sekarang.
"Sekarang aku bisa bermain hokis es lagi dengan baik. Kau harus lebih bahagia." Ujar Wen Bing lalu pergi dengan hati bahagia.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam