Sinopsis My Secret Bride Episode 18 - 1

Selama beberapa hari berikutnya Suam terus bersedih dan mengurung diri di kamarnya Rut, tidak mau makan dan tidak mau minum. Teerak pun sedih melihatnya seperti ini. Saat Ibu datang, Suam langsung menangis sedih dalam pelukannya.


Padet diundang ke acara berita untuk diwawancarai terkait kasus ini. Tapi saat si pewarta menanyakan apakah ada kemungkinan Rut selamat, Padet langsung terdiam sedih, tak tahu bagaimana harus menjawabnya.


Si pewarta buru-buru menarik kembali pertanyaan itu dan mendoakan semoga mereka segera menemukan Rut. Tapi sekarang, dia ingin menanyakan sesuatu yang menjadi kekhawatiran masyarakat.

"Bisakah kami masih mempercayai polisi? Insiden ini mungkin membuat rakyat memandang polisi sebagai penjahat dalam masyarakat."

"Tak peduli bagaimana pandangan masyarakat terhadap polisi, polisi yang baik akan terus melaksanakan tugas mereka menjaga masyarakat."


"Pernahkah anda memikirkan kenapa masyarakat berkata bahwa sudah tidak ada lagi polisi yang baik?"

"Warna seragam polisi adalah warna khaki, ini adalah warna tanah untuk mengingatkan semua polisi agar tetap membumi. Kami harus membumi agar dekat dengan masyarakat. Penderitaan masyarakat adalah penderitaan kami juga. Tapi semakin kami dekat, konflikpun semakin tinggi dibandingkan dengan PNS lain. Tapi apapun yang orang bilang, jika mereka punya masalah, hal pertama yang mereka lakukan pasti datang ke polisi. Itulah tugas polisi."

"Apa anda marah?"

Padet memberitahu bahwa ada 9 aturan polisi. Tapi mereka memandang tinggi yang nomor 2 dan 3, yaitu bermurah hati pada masyarakat dan menahan sakit. Apapun yang masyarakat katakan, polisi tetap memiliki tugas yang harus mereka emban dan menjaga masyarakat.


Hari ini Sia Ha cs disidang atas semua kejahatan yang mereka lakukan. Tapi Sia Ha masih saja sombong seperti biasanya, tidak terima dihukum dan terus menggila meyakini dirinya yang paling benar dan sudah berjasa besar melepaskan orang-orang miskin itu dari penderitaan hidup mereka.

Sedangkan Direk berbesar hati menerima hukumannya dan mengakui segala kesalahannya. Dia tidak punya alasan apapun. Dia hanya mau bilang bahwa orang yang memiliki kehidupan yang baik, tidak menjamin bahwa orang itu bisa menjadi orang baik. Jika tidak, maka tidak mungkin dia berdiri di sini sekarang.

Direk akui dia mengambil jalan yang salah padahal ada orang-orang yang berusaha menariknya. Dia punya banyak kesempatan untuk berbalik kembali, dia punya banyak kesempatan untuk menghentikan perbuatan jahat si penjahat itu, tapi dia tidak melakukannya.

"Saya tidak tahan menanggung beban seragam polisi, karena itulah saya mengundurkan diri. Saya memohon pada anda, Pak. Tolong hukum saya dan semua orang yang terlibat seberat-beratnya."


Usai persidangan, Thuan menemui Direk di penjara. Direk mengaku menyesal, seandainya dia bisa memutar waktu kembali pada hari itu.

"Sayang sekali, waktu tidak bisa diputar kembali."

"Terima kasih banyak, Thuan. Karena waktu itu kau tidak mengikuti jejakku. Terima kasih."


Da mendatangi Su dan langsung memeluknya sambil menangis memprotes apa yang ayahnya Su lakukan pada ayahnya, bagaimana bisa ayahnya Su menjadikan ayahnya jadi penjahat juga sampai Rut juga jadi korban. Bagaimana Da akan hidup sekarang?

Tapi Su tiba-tiba menunjukkan karakternya yang sebenarnya dan sinis mengusirnya. Bodo amat bagaimana Da akan hidup sekarang. Ayahnya Da jadi jahat karena dirinya sendiri. Jadi sebaiknya Da jangan datang lagi dan menyalahkan ayah orang lain.

"Jika ayahmu benar-benar orang baik, dia tidak mungkin membesarkan putrinya jadi anak manja seperti ini."

Da kaget mendengarnya. "Kenapa kau bicara seperti ini? Ada apa denganmu? Kita kan teman."

"Tanya dirimu sendiri. Kita teman atau aku cuma babumu? Selama ini aku harus menoleransimu karena ayahku yang menyuruhku. Tapi sekarang sudah tidak perlu lagi. Dan jika kau ingin mengatai ayahku jahat, maka ayahu juga jahat!"

"Tapi sekarang ini hanya kau satu-satunya yang kumiliki."

"Kau pikirkan saja sendiri dan keluarlah sekarang! Jangan buat aku menendangmu. Keluar!"


Suam masih termenung sedih di kamar saat Thuan dan yang lain datang untuk mengajaknya menemui ayahnya. Mereka akan mengeluarkan ayahnya Suam dari tempat dia dikubur sekarang.

Tak lama kemudian, mereka mengeluarkan tulang belulang Prakob dari kuburannya. Arwah Kob pun ada di sana, menatap sisa raganya dengan sedih sebelum kemudian dia memeluk seluruh keluarganya.


Tak lama kemudian, mereka mengkremasi jasad Kob dan mendoakannya di kuil. Tiba-tiba Suam melihat arwah Kob di hadapan mereka, sedang menatap Ibu.

"Apa Ibu mau mengatakan sesuatu ke Ayah? Ibu bisa mengatakannya. Ayah bisa mendengar Ibu, Ayah duduk di hadapan Ibu."

Ibu sontak menangis memberitahu Ayah bahwa dia sangat merindukan Ayah. "Aku merindukanmu setiap hari. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun untukmu. Maafkan aku."

Suam meyakinkan Ibu bahwa Ayah tidak pernah marah pada Ibu. Jadi Ibu tidak perlu menyalahkan dirinya sendiri.


"Aku ingin putri-putri kita mengenalmu. Aku ingin kau bersamaku, bersama putri kita. Tapi aku tidak bisa melakukannya. Maafkan aku. Maafkan aku." Tangis Ibu. Saat itu juga, Ibu seolah berubah menjadi dirinya semasa muda.

Tiba-tiba terdengar suara lonceng yang menandakan Ayah telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Suam memberitahu Ibu bahwa Ayah benar-benar sudah beristirahat dengan tenang sekarang.

Oil meminta Ibu untuk tersenyum pada Ayah, tersenyum secantik mungkin. Kob pun langsung memeluk Ibu dan tersenyum untuk yang terakhir kalinya sebelum kemudian melepaskan tangan Ibu dan pergi.


"Sayang sekali, yah. Pada hari baik seperti ini, suaminya E-Suam malah tidak ada di sini." Komentar Nenek Dukun yang jelas saja langsung mendapat tatapan tajam dari semua orang dan membuat Suam jadi semakin sedih.

Tak lama kemudian, Ibu menyerahkan fotonya Rut ke Suam dan menyuruhnya untuk mendoakan Ayah dan Rut. Suam pun berdoa sambil menangis sedih saat tiba-tiba saja muncul seseorang yang kontan membuat semua orang melompat kaget... melihat Rut bangkit dari kematian.


Suam sontak menangis haru dan langsung berjalan ke Rut. Rut pun langsung membentangkan kedua tangannya, menanti pelukan Suam... dan BUG! Suam malah menonjoknya dan menghajarnya dengan ganas sampai Padet dan Thuan harus bergegas menariknya.

"Kau menghilang ke mana?!" Tangis Suam.


Tak lama kemudian, semua orang duduk bersama, tapi Suam masih kesal sambil memeluk fotonya Rut. Hidung Rut sampai berdarah gara-gara itu. Ternyata Rut diselamatkan warga desa. Suam cemburu, yang menyelamatkannya cowok apa cewek?

Rut mengaku bahwa dia benar-benar hampir mati. Tapi untungnya pelurunya tidak mengenai organ vitalnya. Jantungnya sempat berhenti setibanya di rumah sakit, tapi untunglah dokter berhasil menghidupkannya kembali.

Suam seketika mengerti bahwa arwah Rut yang dilihatnya malam itu mendadak menghilang, pasti karena dia kembali ke tubuhnya.

Padet dan Neung penasaran kenapa dia tidak langsung pulang setelah dia sembuh? Suam mencemaskannya setengah mati. Thuan mengaku bahwa Rut memintanya untuk merahasiakan masalah ini karena dia ingin kasus ini selesai sepenuhnya dulu.

Rut meminta maaf pada semua itu. Dia hanya ingin punya waktu untuk memikirkan segalanya setelah kasus ini selesai.


"Kau kan bisa memberitahuku, kenapa merahasiakannya dariku?"

"Suam, Rut tidak pernah mempercayaimu sejak hari pertama kau masuk rumahnya."

"Benar."

"Khun!"

"Bukannya aku tidak mempercayaimu sih. Hanya saja kau tidak pintar menyimpan rahasia."

Suam kesal walaupun dia menyangkal kalau dia kesal, dia senang banget kok Rut kembali. Dia kira kalau dia benar-benar jadi janda.

"Aku tidak akan membiarkanmu jadi janda. Aku akan membuatmu jadi istriku lagi seperti sebelumnya secepat mungkin. Ayo!" Rut ngebet banget pengen nikah lagi.

Thuan sampai harus menyuruhnya duduk dulu. Suam juga jual mahal, kali ini Rut harus melakukan lamaran dan mendapat restu dari semua orang dulu.


Rut lalu pergi ke rumahnya Aik untuk menemui Da dan Suam ngotot ikut ke manapun Rut pergi. Rut agak cemas dan memperingatkan Suam untuk tidak bikin perkara.

Suam tidak terima. Dia nang'ek, tahu! Dia tidak akan bikin perkara dengan siapapun. Da keluar saat itu dan langsung memeluk Rut. Suam cemburu, tapi dia berusaha keras untuk bersabar dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa dia adalah nang'ek.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments