Episode 2: Koi Gelap, Aku Ingin mengubah Takdirku.
Tak punya tempat tujuan lain, Sang Tian akhirnya kembali ke apartemennya yang terbakar dan menatap foto keluarganya dengan sedih. Mengalihkan perhatiannya ke payung pemberian orang asing itu, Sang Tian melihat ada inisial W yang membuatnya penasaran.
Wen Bing menghabiskan waktu sepanjang malam untuk menggambar wajah Sang Tian lagi, kali ini dia menggambar Sang Tian saat dia sedang sedih dengan sangat detil.
Termenung sepanjang malam, Sang Tian tiba-tiba teringat ramalan si nenek dengan benang hitam dan bagaimana kemudian ramalan itu benar-benar menjadi kenyataan saat dia terjerat oleh benang hitam sweater-nya Wen Bing.
Sang Tian langsung lari ke halte bis tempat dia bertemu si nenek. Tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Di tengah keputusasaannya, bus datang dan menurunkan nenek itu. Nenek dengan riang menyapanya sebagai 'Koi', apa dia menunggunya?
"Iya. Aku menunggu Nenek."
"Apa kau memerlukan bantuanku?"
"Iya. Nenek, bagaimana aku bisa mengurai benang hitam takdir yang Nenek katakan kemarin?"
"Bukankah kau bilang kau tidak mempercayainya?"
"Lihatlah aku sekarang. Aku tidak bisa pulang. Tidak bisa ke sekolah. Kasihanilah dan tolong bantu aku."
Nenek jadi prihatin melihat keadaannya dan bertanya apakah Sang Tian sudah bertemu dengan seseorang yang ditakdirkan dalam hidupnya? Apakah orang itu mengambil sesuatu yang berharga darinya? Coba pikirkan.
Sang Tian bingung, awalnya dia berpikir mungkin yang Nenek maksud adalah stik hokinya yang patah, tapi stik tongkat itu tidak begitu berharga kok... Ah! Sang Tian tiba-tiba ingat ciuman pertamanya yang dicuri Wen Bing.
"Benar sekali. Kau jadi sial karena dia telah mengambil ciuman pertamamu. Jika kau ingin mengurai benang hitam takdir, kau harus mengambil hal yang sama darinya."
"Apa itu?"
"Ciumannya."
Tapi Sang Tian tak percaya dan mau pergi saja... saat tiba-tiba Nenek bertanya apakah pria itu mengenakan sweater hitam? Sang Tian kaget, kok Nenek bisa tahu?
"Aku melihatnya. Dia memancarkan aura gelap dari tubuhnya. Tiba-tiba cahaya putih muncul, lalu takdirmu mulai terjerat oleh benar-benar hitam itu." Kata Nenek dengan gaya dramatis. "Apakah aku benar?"
Sang Tian tercengang mendengar ucapan Nenek yang benar-benar akurat itu. Tapi pada akhirnya, tetap saja dia menolak mempercayainya, malah menuduh Nenek berbohong.
Dia langsung memberikan selembar uang ongkos naik taksi untuk Nenek lalu pergi, dan tidak mendengar saat Nenek berkata. "Sweater hitamnya dijahit olehku. Gadis muda, takdir kita takkan berakhir begitu cepat."
Min Jun baru masuk studio tapi malah mendapati ada gambar-gambar wajahnya Sang Tian yang membuatnya keheranan. Dia mau menyentuh gambar itu saat Wen Bing tiba-tiba berteriak melarangnya.
"Kau menggambar potret lagi. Bagus sekali. Dia pria yang tampan. Bagus, imajinatif."
"Siapa bilang ini imajinasi?"
"Terus apa kau melihat wajahnya?" Min Jin seketika tercengang. "Kau bisa melihat sekarang?"
Senang, Min Jun sontak kepedean menyuruh Wen Bing melihat wajahnya, apa dia tampan? Tapi Wen Bing cuma menatapnya dengan sinis lalu menghindar sambil memainkan ponselnya, entah melakukan apa.
Min Jun masih saja nyerocos keheranan tentang gambar pria itu... sampai saat dia mendapat notifikasi bahwa kartu kreditnya sudah dibekukan oleh Wen Bing. Pfft!
Min Jun seketika berubah sikap. Tapi Min Jun masih heran beneran. Selama 10 tahun terakhir, Wen Bing tidak bisa mengingat wajah siapapun dan tidak pernah ada obat untuk penyakitnya itu. Lalu bagaimana Wen Bing bisa melihat pria itu?
"Apa kau tahu apa ini? Ini adalah takdir."
Mengabaikannya, Wen Bing langsung pergi, mau balik ke Liuye. Min Jun mengingatkannya untuk tidak membiarkan teman sekelasnya mengetahui penyakitnya itu.
"Sebelumnya tidak pernah, di masa mendatangpun takkan pernah."
Sambil makan hot pot bersama, Sang Tian menceritakan tentang segala kesialan yang dialaminya pada Xiao Rou dan Sang Zhan dan ramalan si nenek.
Tapi yang tak disangkanya, kesialannya ternyata juga berdampak pada Xiao Rou. Dia tak sengaja menumpahkan teh susu pada seorang pelanggan dan harus memberi kompensasi untuk jas mahal si pelanggan itu.
Sang Zhan yakin kalau dia juga akan ketularan sialnya Sang Tian. Ciumannya Sang Tian dengan pria itu benar-benar beracun. Tapi Sang Tian bersikeras menolak mempercayainya, tidak mungkin karena ciuman itu.
Tapi Sang Zhan sangat mempercayainya, bahkan menyarankan Sang Tian untuk mencoba mencium Wen Bing lagi. Siapa tahu nasibnya akan berubah lagi.
Xiao Rou tak percaya mendengarnya. Bagaimana bisa Sang Zhan menyuruh kakaknya melakukan itu? Kakaknya tuh cewek. Bagaimana bisa dia melakukan itu dengan seorang pria?
Seorang pelayan datang membawakan pesanan usus bebek mereka. Sang Zhan punya ide untuk membuat mereka Sang Tian pada takdir. Dia lalu memasukkan usus bebek itu ke dalam panci hot pot, jika dia bisa mengambilnya dalam percobaan pertama, berarti takdir itu nyata.
Dan itu berarti, Sang Tian harus mencium pria itu demi kebaikan dia dan Xiao Rou. Dia harus mengubah takdir dan berjuang keras.
Sang Tian pun mulai memasukkan sumpitnya ke panci dan benar-benar berhasil mengambil usus bebek itu dalam sekali percobaan. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja mereka bertiga pingsan serempak.
Tak lama kemudian, mereka bertiga berakhir di rumah sakit karena keracunan karbon monoksida. Sang Zhan yakin ini gara-gara ciuman sial itu. Sang Tian masih ngotot tak mempercayainya, ini cuma karena restoran itu tidak memiliki sistem ventilasi yang baik.
Sang Zhan pantang menyerah dan terus membujuk Sang Tian untuk mencoba melakukan ciuman itu. Kalau saja ciumannya sendiri bisa berhasil, dia pasti akan melakukannya sendiri. Tapi hanya Sang Tian yang bisa melakukannya, toh itu cuma ciuman, sama seperti jabat tangan, Sang Tian tidak akan rugi apa-apa.
Insiden ini membuat Xiao Rou jadi memihak Sang Zhan sekarang. Maaf, tapi dia hanya ingin bertahan hidup. Coba pikirkan, Sang Tian adalah Gadis Koi yang biasanya selalu beruntung, tapi sekarang tiba-tiba dia jadi Koi Gelap yang sesial ini. Mereka harus menemukan cara untuk menyelesaikan masalah ini.
Barusan dia melihat postingan di klub penggemarnya Wen Bing, ternyata dia mau mengikuti ujian masuk Liuye hari ini. Ini kesempatannya, Sang Tian harus memanfaatkan kesempatan ini. Ciumlah dia dengan cepat, mungkin nasib mereka akan berubah. Tapi Sang Tian masih saja ragu dan bersikeras menolak pergi.
Tapi akhirnya dia pergi juga ke gelanggang es tempat diselenggarakannya ujian masuk hoki es Liuye dengan menggunakan dandanan cowoknya. Dia tidak lihat jalan dan jadilah dia tersandung dan membuat para pria itu memperhatikannya. Tapi sepertinya tak ada seorangpun yang sadar kalau dia cewek.
Wen Bing tidak ada di sana. Dia langsung menanyakannya pada salah seorang pria di sana yang memberiahunya bahwa Wen Bing adalah pemain terbaik liga SMA tahun lalu, dia bahkan langsung diterima di Liuye tanpa perlu mengikuti ujian masuk. Dia sangat mengagumkan.
Sang Tian mengerti, sebenarnya Wen Bing bukan datang untuk mengikuti ujian masuk. Tiba-tiba salah seorang pemain melempar puck terlalu keras tepat ke arah Sang Tian. OMG! Apa dia akan sial lagi? Sang Tian sontak menutup mata, bersiap kena sial lagi...
tapi tidak, seorang wanita lain mendadak muncul dan menangkap puck itu dengan mudah. Wanita itu adalah pelatih hoki es para pria itu, Pelatih Ma. Wah! Keren. Sang Tian benar-benar kagum padanya.
Bersambung ke part 2
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam