Rut tidak ada di sisinya saat Suam bangun keesokan harinya, tapi dia malah mendapati cincin kawinnya sudah kembali ke tangannya. Suam bahagia.
Rut ternyata sedang menonton berita tentang Direk dan Sia Ha yang diwawancara tentang video itu. Tapi keduanya sama-sama mengklaim bahwa yang ada di video itu bukan Rut dan bukan Cuchai.
Rut langsung mematikan TV-nya saat Suam turun. Apa Suam tidur nyenyak? Dia sudah menyiapkan sarapan untuk Suam. Tapi Suam lebih mencemaskannya dan tanya apakah dia baik-baik saja.
Rut tersentuh mendengarnya. Dia merindukan ini, hanya Suam seorang yang terus menanyakan apakah dia baik-baik saja atau tidak.
"Karena aku khawatir."
Mendengar itu, Rut langsung mengecup keningnya dan berterima kasih atas kepedulian Suam terhadapnya. Suam penasaran kenapa cincin ini kembali padanya?
"Karena apa yang terjadi belakangan ini adalah sebuah mimpi buruk. Aku ingin kau bangun dan melihat kebenaran. Kebenaran bahwa kau adalah milikku."
Suam tersentuh mendengarnya dan langsung memeluknya. Rut melarangnya melepaskan cincin itu lagi mulai sekarang dan meminta Suam untuk menunggunya menyelesaikan kasus ini. Setelah itu, mereka akan memulai segalanya dari awal.
"Aku ingin menikahimu dan bersamamu."
Suam langsung menghadiahinya dengan kecupan. "Aku juga ingin bersamamu."
Rut pun langsung menciumnya... lalu membopongnya kembali ke kamar. Dan yah begitulah selanjutnya.
Neung baru selesai menyiapkan makanan saat Padet baru turun. Neung langsung antusias mengajaknya makan bersama. Tapi Padet malah menolak, dia tidak ada waktu, dia ada pekerjaan penting sekarang.
Neung kecewa. Dia tahu, tapi kan sudah beberapa hari mereka tidak bertemu. Dia sengaja datang pagi-pagi dengan harapan mereka bisa makan bersama.
Mendengar itu, Padet langsung memakan sepotong sate lalu menyuapkan sepotong lagi untuk Neung. Tuh, mereka sudah makan bersama sekarang. Padet janji, setelah pekerjaannya ini selesai, dia akan duduk di rumah saja dan membiarkan Neung memberinya makan apa saja tiga kali sehari, bagaimana?
Sudahlah, tidak apa-apa. Padet harus bekerja, Neung mengerti kok. Hanya saja pekerjaannya Padet sangat rahasia. Itu yang Neung cemaskan. Kalau sampai terjadi sesuatu pada Padet, bagaimana Neung akan hidup?
"Suam bilang bahwa kau adalah orang yang selalu menyerang tanpa takut mati. Tapi sekarang kau tidak boleh tidak takut lagi. Sekarang ada seseorang yang menunggumu di rumah."
Padet terharu mendengarnya dan langsung memeluk Neung erat. "Kenapa kau manis sekali?"
"Yah iyalah."
"Aku pergi, yah?"
"Pergilah. Ayo kuantar ke motormu. Hati-hati di jalan. Dadah."
Rut bahagia banget dan terus menerus mengecup tangan Suam yang malu-malu kucing. "Terima kasih banyak untuk hadiah terbaik ini, Suam."
"Kau mendapatkan seorang gadis miskin. Kau pasti sangat bahagia."
"Jangan bicara seperti itu lagi. Bagiku, kaulah yang paling berharga."
Dia langsung mencium Suam... tepat saat ponselnya Suam mendadak berbunyi. Hadeh! Suam kesal, timingnya Lakorn banget, ponsel berbunyi saat mau ciuman.
Rut mengabaikannya dan lanjut terus, tapi ponselnya bunyi terus, Suam jadi nggak konsen. Jawab teleponnya dulu lah. Thuan yang menelepon dan tanya apakah dia sedang mengganggu mereka?
Malu, Suam berbohong menyangkal. Maka Thuan pun minta dihubungkan ke Rut. Thuan agak khawatir, apa Rut benar-benar yakin dengan misi kali ini? Karena jika mereka akan menangkap semua orang. Maka mereka juga harus menangkap Pamannya Rut juga.
"Pak, apa anda sendiri yakin? Karena anda juga pernah bekerja sama dengan paman saya cukup lama."
"Aku harus melakukannya karena itu adalah tugas polisi."
"Saya juga harus melakukannya karena itulah yang benar. Saya tidak akan mencampakkan anda seperti yang pernah dilakukan paman saya."
Rut jadi stres gara-gara percakapan barusan, sangat stres. Suam berusaha menyemangatinya biar tidak stres... saat tiba-tiba saja tangan nakal Rut masuk ke dalam selimut. Dia mau ngapain?
"Ayolah, Khun. Aku lagi stres nih. Biarkan aku melampiaskan stresku satu ronde lagi." Ujar Rut lalu mengubur mereka berdua di dalam selimut yang terang saja membuat Suam jejeritan heboh.
Saat mereka tidur malam harinya, Suam bergerak menyentuh tangan Rut dan seketika itu pula tiba-tiba dia mendapat penglihatan akan Rut di dalam mimpinya. Dia melihat Rut berdiri di sebuah tempat dengan latar belakang sungai... lalu tiba-tiba saja dia ditembak.
Suam tersentak bangun dari mimpi itu tapi malah tidak mendapati Rut di sisinya. Suam langsung mencarinya ke seluruh rumah, tapi Rut tidak ada di mana-mana. Malah Thuan yang datang, mengabarkan bahwa Rut sudah pergi.
Setibanya di barnya Sia Ha, Rut tiba-tiba bertemu Bpenneung yang menyindir keberadaannya di sini dan terus terang mengakui dia tidak percaya pada Rut.
"Aku tidak punya pintu yang bisa kubuka sekarang. Kau juga melihatnya sendiri. Jika aku keluar, maka aku akan ditangkap dengan bukti sejelas itu."
"Selalu ada lubang di setiap pintu. Tergantung apakah kau bisa menemukan lubang itu atau tidak."
"Apa sebenarnya yang ingin kau katakan padaku? Apa kau akan menunjukkan lubang pintu padaku?"
"Dalam kasusmu, lubang pintu saja mungkin tidak cukup."
Bpenneung lalu memberinya sebuah pulpen, ini adalah kunci pintu, ini hadiah dari mendiang putranya untuk Rut. Apapun keputusan yang Rut ambil besok, lakukanlah dengan benar. Rut hanya punya satu kesempatan.
Tim Snow White pun sedang bersiap melaksanakan misi mereka dan mendiskusikan tempat-tempat mana saja untuk melakukan penyerangan, sementara Suam cuma mondar-mandir dengan cemas teringat mimpinya kemarin.
Thuan menginstruksikan para anak buahnya untuk untuk berjaga di sekitar pegunungan. Tapi Suam tidak setuju, soalnya dalam mimpinya, dia tidak melihat gunung sama sekali. Dia hanya melihat sungai.
"Apa lagi yang kau lihat, Suam?"
"Jika aku bilang, Paman harus janji dulu padaku bahwa Paman tidak akan mengirimku kembali ke Bangkok."
Padet tidak setuju, misi ini terlalu berbahaya. Dia tidak boleh tetap di sini. Suam ngotot tidak mau pergi. Kalau dia pergi, dia pasti akan cemas setengah mati.
Dia bisa bersembunyi di mana saja asal jangan kirim dia kembali ke Bangkok. Dia ingin pulang bersama mereka semua besok. Bersama-sama. Snow White tidak akan meninggalkan kurcaci-kurcacinya, iya kan? Thuan galau.
Dari satelit, Songkram bisa melihat truk target semakin mendekat. Thuan pun memerintahkan para anak buahnya untuk bersiap dan berhati-hati. Damkerng pun langsung memasang blokade jalan pertama.
Errr... tapi di bagian lain dari hutan itu, Rut bersama Sia Ha justru sedang mengawasi pemindahan barang di truk lain.
Truk-truk itu lewat di blokade pertama dan Damkerng sengaja membiarkan mereka lewat. Sia Ha puas banget saat mendengar kabar itu dari Bpenneung.
Di blokade jalan kedua, Padet memberikan beberapa instruksi pada para anak buahnya sebelum truk-truk itu lewat. Tiba-tiba dia mendapat sms dari Neung yang mencemaskannya dan menyuruhnya untuk setidaknya mengirimkan stiker biar dia tahu kalau Padet masih aman. Tapi masalahnya... stikernya banyak banget dan Padet tidak tahu harus mengirim stiker yang mana.
"Ini saja, Rilakuma. Lucu." Saran seorang prajurit yang mendadak muncul. Padet sampai kaget.
Suk memberitahu bahwa Snow White sudah mengirim sinyal. Semua orang bergegas pergi dan Padet pun asal saja mengirim stiker... yang kontan membuat Neung terduduk lemas dan menangis histeris karena ternyata Padet mengirim stiker selamat tinggal. Wkwkwk!
Target akhirnya muncul di blokade kedua. Saat Padet menanyakan barang apa yang dibawanya, si supir mengaku bahwa dia hanya membawa barang-barang peralatan rumah tangga.
Dan dia tidak bohong, barang-barang mereka benar-benar hanya peralatan rumah tangga. Terang saja para Tim Snow White jadi bingung, apa mungkin mereka tertipu?
Kesal, terpaksa Snow White menyuruh para anak buahnya untuk mundur. Dan mereka tidak sadar kalau percakapan mereka sebenarnya sudah disadap sama Sia Ha.
Bersambung ke part 5
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam