Sinopsis My Unicorn Girl Episode 1 - 3

Saat akhirnya mereka menyadarinya, mereka pun sama-sama menarik benang itu dari masing-masing sisi dan mulai berjalan semakin mendekat. Tapi saat akhirnya Wen Bing menemukan ujungnya, dia malah mendapati benang hitam sweater-nya sudah terkumpul di tangan sebuah boneka salju tapi tidak ada seorang pun di sana.


Kesal, Wen Bing memindahkan tumpukan benang hitam itu jadi rambutnya si boneka salju, mengubah arah ranting mulutnya sehingga boneka salju itu jadi tampak marah lalu pergi... dan baru saat itulah Sang Tian keluar dari persembunyiannya.

"Kenapa dia lagi? Musuh ditakdirkan untuk bertemu di jalan sempit. Untungnya aku pintar."


Tapi saat dia mengalihkan perhatiannya ke benang hitam di atas kepala boneka salju itu, Wen Bing mendadak muncul kembali dan langsung mengonfrontasinya.

Ketakutan, Sang Tian dengan canggung berakting seolah dia tidak tahu apa-apa dan mau melarikan diri. Tapi Wen Bing sigap menarik resleting tasnya, mengambil sisa benang hitam yang masih tersangkut di sana, membuktikan Sang Tian-lah yang bersalah atas sweater-nya. Sang Tian terpaksa mengakuinya, tapi bagaimana bisa Wen Bing mengetahuinya?

"Jejak kaki." Jawab Wen Bing sambil menunjukkan jejak-jejak kaki Sang Tian yang tercetak dengan jelas di atas hamparan salju.


Tiba-tiba dia mendekat terlalu dekat dengan Sang Tian yang jelas saja mengagetkan Sang Tian hingga dia refleks mundur dan membentur pohon di belakangnya, membuat salju di atas pohon terjatuh ke atas kepalanya, tapi Wen Bing dengan cepat membuka payungnya yang berinisial W dan menggunakannya untuk melindungi Sang Tian dari kejatuhan salju itu.

Sang Tian seketika terpesona padanya dan mulai berubah pikiran tentang Wen Bing. "Dia benar-benar melindungiku. Dia sebenarnya sangat tampan."

Tapi baru juga dia memikirkan itu, Wen Bing tiba-tiba sengaja menjatuhkan salju dari payungnya ke kepala Sang Tian lalu mau langsung pergi begitu saja.


Sang Tian jelas kesal dan tidak terima. "Bahkan sekalipun aku merusak sweater-mu, tapi menjatuhkan salju ke atas kepalaku itu keterlaluan. Lagipula tadi kau melakukan sesuatu yang membuatku kesal, bukankah kita impas?"

Tapi anehnya, Wen Bing malah tanya apakah mereka pernah bertemu. Dan dia benar-benar tampak serius. Hah? Masa dia sudah lupa tentang yang terjadi tadi?

"Kau mendorongku di toilet wanita. Jangan berpura-pura kehilangan ingatan!"

"Oh, kau si m~~~m di toilet wanita."

"Siapa yang kau sembut m~~~m?"

"Kau masuk ke toilet wanita di siang bolong, apa ada kata yang lebih baik daripada m~~~m? Orang yang tidak bisa mengendalikan diri, apa bedanya dengan binatang buas?"

"Apa kau gila? Jangan pikir tak ada yang tahu sifat aslimu. Di pintu masuk Universitas Olahraga Liuye hari ini, kau sengaja merusak ponsel itu, kan? Masih pura-pura jadi pria terhormat? Kau seorang yang berhati hitam dan penjahat licik! Aku benar tentangmu. Serigala berbulu domba sepertimu akan ketahuan cepat atau lambat."


Tiba-tiba ada anak nakal muncul dan langsung menimpuk kepala Sang Tian dengan bola salju sehingga Sang Tian jadi oleng tepat ke arah Wen Bing dan chu~~~ bibir mereka tak sengaja bersentuhan, dan seketika itu pula tiba-tiba muncul sinar sihir yang memancar mengelilingi mereka. Keduanya kontan membeku saking kagetnya.


Tapi... entah apakah ini pengaruh sinar sihir itu, tiba-tiba ada yang aneh dari Wen Bing, sepertinya pandangannya kabur tapi ciuman barusan entah bagaimana tiba-tiba membuat pandangannya bisa fokus sehingga dia bisa melihat wajah Sang Tian dengan benar. (Jadi karena itu dia tidak ingat sama Sang Tian, karena pandangannya kabur)

Shock, Sang Tian pun bergegas kabur. Sementara Wen Bing masih membeku di tempat bukan cuma karena ciuman barusan tapi juga karena pandangannya yang bisa fokus pada Sang Tian.


Dia bahkan tak bereaksi saat Sang Tian mendadak kembali untuk balas dendam dengan menendang pohon sehingga salju terjatuh ke atas kepala Wen Bing.

Sang Tian pergi sambil menggerutu kesal karena ciuman tadi itu ciuman pertamanya. Bagaimana bisa malah dicuri oleh orang seperti itu?

Anehnya, sepertinya ramalan si nenek mulai terbukti saat tiba-tiba saja dia mendapat telepon dari universitas yang memberitahu bahwa dia di-diskualifikasi.

Sialnya lagi, dia tidak lihat-lihat jalan sehingga dia tersandung batu dan ponselnya terjatuh ke dekat genangan air kotor. Dan saat dia hendak mengambilnya, tiba-tiba saja ada mobil lewat dan membuat genangan air kotor itu terciprat ke Sang Tian.


Tanpa memedulikan penampilan kotornya, Sang Tian bergegas ke kampus untuk menanyakan alasan dirinya di-diskualifikasi padahal awalnya dia sudah diterima.

Pelatih Xue menjelaskan bahwa dia gagal dalam ujian kelas Budaya, dia kurang satu poin. Sang Tian jelas tidak bisa menerimanya begitu saja dan langsung berusaha membujuk Pelatih Xue untuk membantunya melakukan banding.

"Masuk ke Liuye adalah impian saya sejak lama."

Tapi Pelatih Xue dengan kasar menampik tangannya dan menolak, Sang Tian coba saja lagi tahun depan.


Dan kesialannya makin komplit saat dia pulang ke apartemennya dan mendapati tempat itu sudah jadi abu karena kebakaran gara-gara sebuah alat listrik. Untungnya foto keluarganya bersama adik dan ibunya masih aman. Tapi tetap saja Sang Tian merasa bersalah pada ibunya karena dia sudah gagal masuk ke Liuye. Dia sudah mengecewakan Ibu.


Sejak bisa fokus menatap wajah Sang Tian tadi, Wen Bing langsung menghabiskan waktunya untuk menggambar wajah Sang Tian di studio seninya. Dari lukisan-lukisan lainnya, tidak tampak ada satupun lukisan wajah.


Tiba-tiba ada perampok datang menodongnya dengan pisau sambil menuntut uangnya. Tapi Wen Bing santai saja menutupi gambarnya dan balas mengonfrontasi si perampok.

"Cheng Min Jun, kau sangat konyol."

Hah?! Kok Wen Bing bisa mengenalinya? Padahal dia sudah membuat suaranya jadi berat, menyamarkan seluruh penampilannya. Tidak mungkin Wen Bing bisa mengenalinya.

"Parfummu." Santai Wen Bing.

"Apa kau punya hidung sensitif seperti anjing? Lain kali aku akan pakai parfum wanita saja!"

Dari percakapan mereka, ternyata Wen Bing adalah penderita prosopagnosia (kelainan yang menyebabkan penderitanya tidak bisa mengenali wajah orang, termasuk wajahnya sendiri).


Itulah mengapa saat bermain hoki es, Wen Bing tidak pernah mengoper puck pada siapapun karena dia tidak bisa mengenali wajah-wajah semua orang, dia tidak bisa mengenali yang mana kawan dan yang mana lawannya.

Dia juga sebenarnya tidak bisa mengenali wajah Meng Na dan Sang Tian di kampus tadi. Makanya dia tampak tersenyum pada Sang Tian. Dia baru mengetahui yang mana Meng Na saat Meng Na mendekat.

Dia bahkan tidak bisa melihat bayangan wajahnya sendiri di cermin. Tapi entah bagaimana, ciumannya dengan Sang Tian tadi, membuatnya pandangannya bisa fokus melihat wajah Sang Tian. Tapi hanya wajah Sang Tian yang bisa dia lihat dengan jelas.


Min Jun nyerocos panjang lebar tentang keanehan Wen Bing itu dan cara bicara Wen Bing padanya yang tidak pernah ada sopan-sopannya. Wen Bing santai menyodorkan kartu kredit padanya dan sukses membuat Min Jun terdiam lalu pergi.
 
Termenung menatap bayangan dirinya yang kabur di cermin, Wen Bing bertanya-tanya kenapa tiba-tiba dia bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.


Di tengah jalan, Sang Tian ditelepon Xiao Rou dan Sang Zhan yang mengeluh manja minta makan sama dia. Mungkin tak ingin membuat mereka cemas, Sang Tian memutuskan merahasiakan segala kesialannya hari ini dan pura-pura kesal sama Sang Zhan, menolak menyiapkan makan untuknya.

Berusaha menahan emosinya, Sang Tian mengklaim kalau dia sedang sibuk menyiapkan kuliahnya di Liuye, jadi dia tidak ada waktu mengurusi Sang Zhan lalu cepat-cepat mematikan teleponnya dengan alasan mau makan malam sama teman sekampusnya.


Pada saat yang bersamaan, Wen Bing juga melewati jalan itu sembari menggunakan payung hitamnya untuk melindungi dirinya dari hujan salju. Dia berusaha melihat orang-orang di sekitarnya, tapi semuanya tetap kabur... sampai saat dia memalingkan pandangannya dan melihat Sang Tian yang bisa dia lihat dengan jelas.

Tercengang, dia langsung membuntuti Sang Tian diam-diam. Melihat Sang Tian duduk meringkuk di bangku taman dengan mata berkaca-kaca tanpa memedulikan hujan salju di sekitarnya. Wen Bing prihatin melihatnya.


Saat Sang Tian memalingkan pandangannya, tiba-tiba saja dia melihat sebuah payung hitam yang jelas ditinggalkan di bangku untuknya. Tapi sudah tidak ada siapapun saat Sang Tian mencari pemilik payung itu.

Bersambung ke episode 2

Post a Comment

0 Comments