Sinopsis My Unicorn Girl Episode 1 - 2

Tapi untungnya sih dia wanita yang punya banyak pintar dan cerdas sehingga bisa mengubah malapetaka jadi berkah. Jika tidak, dia bisa celaka gara-gara si cowok brengsek itu. Lihat saja nanti, kalau dia mengetahui namanya tuh cowok, Sang Tian bersumpah takkan melepaskannya.



Baru juga dipikirkan, tiba-tiba dia melihat Wen Bing sedang diwawancarai tentang pertandingan hokinya tadi dan pilihan universitas yang akan dia pilih, apakah dia akan masuk ke Universitas Olahraga Liuye. Tapi Wen Bing hanya menjawab ambigu.

Dari para wartawan yang menyebut namanya itulah, Sang Tian akhirnya mengetahui nama pria itu adalah Wen Bing. Tepat saat itu juga, pria yang mengembalikan stik hoki patahnya tadi muncul menyela sesi wawancara itu. Sang Tian akhirnya sadar Wen Bing-lah yang mematahkan stik hokinya.


Pria itu diam-diam membisiki Wen Bing untuk pergi sekarang, sudah waktunya untuk daftar ulang ke Sekolah Bisnis Shuren. Wen Bing pun pergi. Tapi tepat di depan tangga, langkahnya tiba-tiba terhenti.

Seorang gadis tiba-tiba berteriak memanggil Wen Bing. Wen Bing langsung berpaling ke arah Sang Tian dan tersenyum padanya. Sang Tian jelas kaget tiba-tiba disenyumi sama dia, tapi senyum manisnya tak pelak membuat Sang Tian terpesona.

Dia hampir mau membalas senyuman Wen Bing... sampai saat seorang wanita mendadak muncul dari belakangnya sambil menyapa Wen Bing. Pfft! Jelas gadis itulah yang disenyumi sama Wen Bing.
 

Gadis itu adalah Meng Na, orang yang batal menghadiri ujian masuk Seluncur Indah karena dia naksir Wen Bing. Makanya dia ganti haluan ke Sekolah Bisnis Shuren demi mengejar Wen Bing.

Gadis itu dengan antusias terus terang tentang alasannya masuk ke Sekolah Bisnis Shuren dan dia sangat menanti-nantikan menghabiskan kuliah 4 tahun bersama Wen Bing di universitas yang sama.

Wen Bing tersenyum manis banget sama dia, tapi jelas dia hanya beramah tamah. Saat Meng Na meminta Wen Bing untuk foto bersamanya, Wen Bing mengiyakannya saja tapi dia usul agar mereka berfoto dengan memakai ponselnya.


Dia pura-pura mengambil ponselnya padahal diam-diam dia mengisyaratkan asistennya itu untuk memberikan ponselnya. Dia sengaja berdiri agak menjauh.

Meng Na dengan antusias menariknya mendekat dan saat itulah Wen Bing pura-pura tak sengaja menjatuhkan ponselnya hingga ponsel itu rusak. Lalu saat asistennya itu protes, Wen Bing dengan muka tanpa dosa pura-pura membela Meng Na padahal secara tak langsung dia menyalahkan Meng Na atas kerusakan ponsel itu.

Dengan santainya dia usul pada Meng Na agar mereka foto bersama lain kali saja lalu pergi. Sang Tian yang memperhatikan segala kelicikan Wen Bing dari kejauhan, sontak mendengus sinis.

"Benar-benar trik yang bagus. Dia menjatuhkan ponselnya biar dia bisa pergi. Berani sekali dia pura-pura menjadi pria terhormat. Dia itu penjahat berhati kejam! Tunggu! Uang ini adalah uangnya, aku harus cepat menghabiskannya kalau begitu."


Tak lama kemudian, Sang Tian mendatangi cafe teh susu tempat kerja sahabatnya, Fang Xiao Rou, untuk menunjukkan segepok uang itu dan dengan antusias memberitahunya bahwa dia sudah diterima di Universitas Liuye.

Xiao Rou senang banget mendengarnya dan kedua wanita itu sontak bersorak heboh. Xiao Rou bahkan berjanji bahwa setelah Sang Tian resmi masuk Liuye nanti, Xiao Rou akan memberinya teh susu sebanyak yang Sang Tian inginkan.

Sang Tian benar-benar lega sekarang, jadi mulai sekarang dia tidak perlu lagi menyamar jadi pria untuk bermain hoki. Ah, ternyata selama ini dia menyamar jadi pria dan bermain hoki karena dia butuh uang untuk membiayai adiknya, Sang Zhan.

Yah, walaupun Sang Zhan itu hobi main game terus, tapi dia berhasil diterima di Sekolah Bisnis Shuren. Sang Tian benar-benar bangga pada adiknya itu. Seharusnya sekarang adiknya itu daftar ulang ke universitasnya.

Baru dibicarakan, Sang Zhan tiba-tiba mengirim pesan ke Sang Tian dan meminta Sang Tian untuk membantunya daftar ulang hari ini soalnya dia lagi ada pertandingan game. Hadeh! Dasar Sang Zhang! Sang Tian terpaksa pergi ke sana dengan dandanan cowoknya.


Tanpa mereka saling menyadari, Sang Tian tiba di depan gedung Sekolah Bisnis Shuren bersamaan dengan Wen Bing yang ditemani Cheng Min Jun yang ternyata bukan cuma sekedar asistennya, tapi juga pamannya - adiknya ibunya.

Tepat saat itu juga, ponselnya Wen Bing berbunyi dari ibunya. Tampak jelas dia tak senang dengan telepon itu. Entah mengapa dia sengaja mengambil sedikit debu lalu menempelkannya di kerah bajunya sebelum kemudian dia mengangkat video call ibunya.

Sepertinya dia kuliah di Shuren karena paksaan ibunya karena dari percakapan mereka, Wen Bing adalah ahli waris satu-satunya perusahaan keluarga mereka, Grup Wen.

Tapi kemudian Ibu melihat kerah bajunya Wen Bing kotor, itu membuat Ibu mengingatkannya untuk jaga image. Ming Jun dengan antusias menunjuk-nunjuk dirinya sendiri, minta bicara sama kakaknya itu.


Tapi saat Wen Bing tanya apakah Ibu mau bicara sama Min Jun, Ibu malah menolak dengan alasan harus balik kerja lalu menutup teleponnya begitu saja. Hiks! Min Jun kecewa. Dia kan kangen sama kakaknya. Tega sekali kakaknya itu. Eh, tapi bagaimana ceritanya kerah bajunya Wen Bing jadi kotor?

"Di mata Ibu, tidak ada orang dan hal-hal yang sempurna di dunia ini. Jika aku tidak menunjukkan cela, apa mungkin Ibu akan mengakhiri video call-nya dengan cepat?"


Sang Tian selesai mengurus daftar ulangnya Sang Zhan lalu meletakkan kartu mahasiswanya di kamar asramanya yang akan dihuni dua orang. Sang Tian penasaran, siapa orang yang akan jadi teman sekamarnya Sang Zhan nanti.
 

Dia lalu pergi dan sedetik kemudian, Wen Bing dan Min Jun masuk ke kamar asrama yang sama dengan Sang Zhan. Merasa tugasnya sudah selesai, Ming Jun pun pamit, dia mau balik ke studionya.

Tapi Wen Bing tiba-tiba menghentikannya lalu menyerahkan kartu mahasiswanya ke tangan Min Jun dan berkata. "Kau akan belajar dengan baik di sini. Diterima di Sekolah Bisnis Shuren memang kesempatan langka." (Hah?)

Min Jun jelas kaget mendengar dirinya-lah yang ternyata diterima di universitas ini dan bukannya Wen Bing sendiri. Wen Bing tetap santai memberitahu Min Jun untuk mengirimkan tugas-tugasnya padanya tepat waktu agar dia bisa mengirimkannya ke ibunya biar Ibu mengira dialah yang diterima di Shuren dan bukannya Min Jun. Dia bahkan langsung pergi meninggalkan Min Jun sebelum Min Jun sempat bereaksi apapun.


Sang Tian melewati halte bis saat tiba-tiba saja seorang nenek berpakaian mewah memanggilnya, bahkan mengundangnya duduk bersamanya sambil menawarinya penghangat tangan.

Sang Tian menerima benda itu dengan kebingungan dan berterima kasih pada nenek asing itu. Tapi, apakah Nenek membutuhkan bantuannya? Nenek itu tiba-tiba mengeluarkan kartu tarot dan meminta Sang Tian untuk memilih satu kartu.

"Saya tidak mempercayai hal semacam ini."

"Kalau kau tidak percaya, kau tidak perlu takut mengambil satu kartu, kan?"


Sang Tian akhirnya menurutinya dan mengambil satu kartu, dan kartu yang dia pilih adalah kartu Roda Keberuntungan. Apa artinya ini? Nenek langsung mendesah dengan prihatin melihat kartu pilihannya itu.

"Bagaimana aku harus mengatakannya? Takdir antara manusia seperti semua jenis benang sutra terjerat dalam takdir. Ada benang merah, ada benang putih. Tapi kau terjerat dalam benang hitam."

"Benang hitam? Apa artinya?"

"Itu berarti, sejak saat kau terjerat benang hitam, nasibmu akan terbalik. Semua keberuntungan dan kemalangan akan terbalik."

"Nenek, jangan mengutukku. Aku selalu beruntung. Teman-temanku memanggilku Koi."

"Koi? Apa itu artinya?"

Tapi Sang Tian menolak membicarakan masalah ini lebih jauh dan langsung pamit dengan alasan ada hal lain yang harus dia urus lalu bergegas pergi.


Sambil berjalan melewati padang ilalang, Sang Tian update status tentang pertemuannya dengan nenek aneh tadi. Pada saat yang bersamaan, Wen Bing berjalan dar arah yang berlawanan dengannya.

Tak sengaja mereka saling bersilangan jalan dan saling menyerempet sehingga entah bagaimana benang hitam dari sweater-nya Wen Bing terjerat ke tasnya Sang Tian.

Tak ada seorangpun yang menyadari itu dan mereka terus berjalan semakin jauh sehingga benang hitam itu terhampar semakin panjang.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments