Sinopsis Prophecy of Love Episode 3 - 3

Dari percakapan mereka, sepertinya mereka dulu teman yang sekarang entah kenapa berubah jadi musuh. Lyla sungguh tidak mengerti dengan Rin. Kalau Rin punya masalah dengannya, bicara langsung saja padanya. Tapi Rin menyangkal, dia tidak punya masalah apapun dengan Lyla.


Dia hanya membicarakan kebenaran. Jika Lyla benar-benar seorang profesional, kenapa juga dia merasa bersalah? Atau jangan-jangan... Lyla memang bukan profesional?

"Rin!"

"Apa aku mengenai titik kelemahanmu? Err, kau terlalu sering mencari Rose. Apa kau takut rahasiamu akan terbongkar?"

"Kau sendiri sering menemui Rose di tokonya, bukan? Apa kau takut? Takut ketahuan image polosmu sebenarnya tidak sepolos yang orang pikir?"

Rin sinis menuduh Lyla cemburu padanya karena dia lebih sukses daripada Lyla. Tak gentar, Lyla balas menyindir Rin. Biarpun sekarang dia tidak punya siapapun, tapi bukan berarti Lyla tidak bisa maju.

Dia tidak seperti Rin yang mendapatkan ketenarannya berkat menggaet pria kaya. Biarpun Rin berusaha menutupinya, bukan berarti orang tidak akan mengetahuinya.

Justru semakin dia berusaha keras untuk menutupinya, orang akan semakin curiga. Apa yang tersembunyi, suatu saat nanti pasti akan ketahuan. Berhati-hatilah.


"Melacak hidupku dengan ketat seperti ini, entah apakah kau masih peduli atau kau hanya ingin ikut campur. Kusarankan kau mengingatkan dirimu sendiri. Karena kau sendiri punya rahasia yang ingin kau sembunyikan."

"Rahasia apa?"

"Tentang seorang bibi tua yang mencari putrinya yang bernama Buala."

Lyla kaget mendengarnya. Apa Rose yang memberitahu Rin? Rin hanya diam saja, membiarkan Lyla berpikir begitu.


Di hotel, Paul mengecek semua CCTV hotel semalam dan mendapati sesuatu yang luput dari perhatian mereka semalam. Khun Ying, suaminya dan anak buahnya juga berada di hotel semalam.

Mereka tampak hendak meninggalkan hotel pada waktu Rose diserang. Paul langsung mengabarkan masalah ini ke Rose. Menurut keterangan pelayan restoran, Khun Ying dan suaminya makan malam di sini pada waktu Rose diserang.

Rose jadi bingung. Khun Ying tidak pernah mendatanginya sama sekali setelah acara ramalan waktu itu. Mungkin cuma kebetulan saja mereka ada di sana.

Dalam rekaman lain, tampak ada mobilnya Lyla. Pada hari itu, Rin juga sebenarnya ada di sana untuk syuting. Tapi jadwal syutingnya selesai sore harinya dan Rin tidak ada di hotel saat kejahatan itu terjadi.

Lyla juga sebenarnya sudah pergi sejak sore, tapi entah kenapa dia kembali lagi malam harinya. Dan dia tampak meninggalkan hotel bersama seseorang, sayangnya kamera tidak bisa menangkap gambar orang itu dengan jelas. Rose baru ingat, dia memang bertemu Lyla saat dia masuk lift waktu itu.


Thee datang saat itu dan langsung membahas jaketnya. Waktu Rose menuduhnya waktu itu, Thee pikir kalau Rose hanya cari perkara dengannya, makanya dia tidak terlalu memikirkannya.

Tapi hari ini, staf drama memberitahunya kalau jaket itu hilang tepat pada hari tokonya Rose dilempar batu dan baru ditemukan hari ini. Orang yang bertanggung jawab terhadap semua kostum di lokasi syuting, termasuk jaket ini, adalah Lyla.

"Maksudmu, Lyla adalah tersangkanya?"

"Bisa iya, bisa tidak. Aku tidak yakin. Tapi banyak petunjuk mencurigakan yang merujuk ke Lyla. Termasuk yang kau sebut. Jadi mungkin saja."

Lyla adalah salah satu orang yang mendatangi Rose setelah acara ramalan waktu itu. Dia juga orang yang bertanggung jawab terhadap jaket ini. Dia juga tahu kalau Rose tinggal di hotel.

Tapi Rose masih ragu. Mungkin saja jaket yang dipakai si pelempar batu dan jaket yang hilang ini cuma kebetulan sama. Masa Lyla sih pelakunya?

"Kalau dia tidak melakukannya sendiri, dia mungkin menyewa seseorang untuk melakukannya."

"Kenapa dia melakukan itu?"

"Mungkin karena dia punya rahasia yang dia pikir kau ketahui?"

 

Lyla kembali ke hotel dan menelusuri lorong-lorong kamar tanpa menyadari dirinya dikuntit sama Kratai. Kratai berniat mau membuntuti Lyla yang naik lewat tangga darurat saat tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya.

Kaget, Kratai refleks menonjok orang di belakang... dan langsung shock saat menyadari orang itu ternyata Paul. Maaf! Paul tiba-tiba muncul di belakangnya, makanya tangannya refleks bergerak sesuai insting. Maaf. Paul kesal. Sedang apa Kratai di sini?

"Saya melihat Khun Lyla berjalan di sini. Dia terlihat aneh. Melihat-lihat tiap-tiap kamar seperti sedang mencari sesuatu."

Paul cemas mendengarnya. Jangan-jangan Lyla pikir kalau Rose masih di sini, makanya dia mencari Rose. Paul langsung menelepon Rose dan mengabarkan masalah ini padanya. Dia yakin Lyla pasti terlibat. Rose jadi galau. Thee heran melihatnya, dia kenapa? Takut? Apa yang Rose pikirkan?


"Aku memikirkan pesan yang pernah kudengar dulu."

Dulu saat dia mendatangi kebun mawarnya Isabelle di Perancis, Isabelle memberinya setangkai mawar hitam dan berkata. "Tak ada seorangpun yang bisa melarikan diri dari takdir."

Karena Rose tidak bisa menghindar dari takdirnya, maka dia harus menghadapinya sendiri. Jika Lyla begitu ingin menemuinya, maka dia akan pergi dan menemuinya sendiri.


Lyla baru tiba di butiknya sambil bertanya-tanya dengan kesal. "Di mana lagi aku harus mencarinya?"

"Mencari apa?" Sahut Rose yang mendadak muncul.

Lyla sampai kaget. Rose penasaran apakah Lyla sedang mencarinya? Dia juga datang untuk menemui Lyla. Ada yang mau dia bicarakan. Dia tahu Lyla mencarinya ke tokonya tapi dia tidak ada di sana.

Lyla diam-diam membatin sinis, tapi dia tetap berusaha bersikap sopan saat membahas pertemuan mereka di hotel waktu itu. Dia tidak sempat bicara dengan Rose karena dia lihat Rose sibuk waktu itu.

Rose tersenyum sinis mendengarnya. "Aku minta maaf. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?"

Belum sempat Lyla bicara, teleponnya mendadak berbunyi. Lyla terpaksa harus pamit karena sudah dipanggil untuk acara pemotretan koleksi terbarunya. Tapi, bisakah Rose menunggunya di sini? Dia benar-benar butuh bicara dengan Rose.


Tentu saja. Lyla pergi kerja saja sekarang, Rose akan menunggunya di sini dan tidka akan ke mana-mana. Tapi begitu Lyla pergi, Rose langsung mengecek situasi.

Dan begitu yakin kedua pegawainya Lyla tidak memperhatikannya dan sibuk sendiri-sendiri, Rose pun langsung memanfaatkan kesempatan untuk mengecek meja kerjanya Lyla.


Di tempat lain, Rin dan Thee sedang melakukan fan meeting bersama. Tapi Thee tampak jelas tidak mood walaupun dia berusaha tetap ramah dalam melayani para penggemarnya.

Ti sampai stres melihatnya. Ini tuh acara Meet & Greet, senyum dikit dong. Thee santai beralasan bahwa karakternya dalam drama ini adalah karakter bad boy, dia hanya sedang menjiwai karakternya.

"Dramanya sudah selesai, kenapa juga terus dijiwai? Ada apa sebenarnya denganmu, Thee?"

"Aku mengkhawatirkan Rosita."

"Kau sendiri yang bilang kalau pacarnya saja tidak ikut pergi, statusmu apa sampai kau mengkhawatirkannya?"

Thee cemas, apa yang dilakukan Rose itu terlalu beresiko. Kalau Lyla benar-benar pelakunya dan Rose mendapatkan bukti bahwa Lyla menyewa seseorang untuk melacaknya, Rose akan berada dalam bahaya besar.

"Waktu kau mengantarkannya, kau kan sudah bilang padanya bahwa jika terjadi sesuatu, dia telepon saja. Jika terjadi sesuatu, menurutmu dia akan meneleponmu atau menelepon pacarnya? Hah? Sudahlah, tersenyumlah yang manis."


Rose tak menemukan apapun di meja kerjanya Lyla. Dia langsung mengecek laci. Tapi tepat saat dia baru menutup laci paling bawah, Lyla mendadak kembali.

Rose buru-buru berakting seolah dia cuma sedang mengagumi patung yang ada di sebelah laci itu. Patung ini kelihatan kayak asli. Walaupun agak aneh awalnya, tapi untunglah Lyla percaya.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments