Sinopsis My Husband in Law Episode 1 - 1

"Di dalam hidupmu, berapa banyak orang yang bisa membuatmu memikirkan mereka setiap saat? Di mana cinta pertamamu bermula? Kapan dan dengan siapa? Masihkah kau mengingatnya?"


Itu adalah narasi Natarin Sawatirat atau nama panggilannya adalah Muey. Seorang gadis yang penampilannya culun semasa SMA-nya.

Suatu hari, Muey diganggu seorang pria. Saat dia berniat melarikan diri, tak sengaja dia menubruk seorang pria lain yang justru menyelamatkannya dari si pria pengganggu.

Pria yang wajahnya bahkan belum dia lihat dengan benar itu, bahkan langsung menyeretnya pergi bersamanya. Muey langsung jatuh cinta pada pandangan pertama pada pria penyelamatnya itu.


"Pernahkah kau jatuh cinta pada seseorang bahkan sebelum kau melihat wajahnya? Kebanyakan dari kalian pasti pernah diam-diam jatuh cinta dan mengagumi seseorang tanpa orang itu tahu bahwa dia adalah cinta pertamamu dan kebahagiaanmu saat melihatnya baik dari dekat ataupun dari kejauhan. Hanya berharap suatu hari nanti, takdir akan menuntunnya untuk bertemu denganmu atau berada di sisimu."

Sejak saat itu, Muey selalu diam-diam mengintip pria penyelamatnya itu dan mengaguminya dari kejauhan. Pria itu adalah Thien.

"Akankah P'Thien mengingatku? Tak ada yang tahu sampai kami bertemu lagi."


Dan setelah beberapa tahun sejak itu, harapannya itu akhirnya terkabul. Hari ini, Muey akan menikah dengan Thien. Tapi... Saat Muey menatap bayangan dirinya yang hari ini tampak begitu cantik dan bahagia, kita malah mendengar Ibunya Muey memperingatkannya untuk tidak mencintai Thien dengan sepenuh hatinya.

"Suatu hari nanti saat semua masalah sudah beres, kau harus pergi. Ibu tidak ingin melihatmu terluka. Anggap saja kau sedang membantu menyelamatkannya." Nasehat Ibu.

Hmm, sepertinya ini pernikahan karena terpaksa. Berbeda dengan Muey yang bahagia, si pengantin pria justru tampak merana.


"Lihatlah. Langit saja mau menangis untukku." Ujar Thien lebay sambil menatap langit yang hari ini memang lagi mendung.

PLAK! Rit - Kakaknya sontak mengeplak kepalanya dengan gemas. Omong kosong. Prakiraan cuaca hari ini memang berkata bahwa hari ini akan ada badai, bukan karena langit sedang bersedih demi Thien. Sebaiknya dia bersiap sekarang.

Tapi Thien mendadak beralasan mau ke toilet. Rit tak membiarkannya begitu saja, mungkin takut Thien akan melarikan diri, sudah hampir waktunya sekarang.

Thien meyakinkan kalau dia cuma mau pipis. Masa itu saja tidak boleh? Gimana kalau dia ngompol saat upacara pernikahan berlangsung? Susah amat jadi pengantin, ke toilet aja susah.


Pelayannya Thien dan Ibunya Thien sama-sama berdoa semoga hari ini tidak hujan. Para tamu sudah hadir saat pengantin wanita muncul dan berjalan ke tempat upacara pernikahan dengan begitu cantik dan anggun, lalu bersujud hormat pada ibu mertuanya.

Tapi bahkan sampai beberapa lama, si pengantin pria malah belum muncul-muncul juga. Ke mana Thien? Apa dia ke toilet di Inggris, kenapa lama banget? Ibu dan Rit mulai cemas. Rut pun bergegas pergi mencari Thien.


Sementara itu di toilet, Thien benar-benar galau luar biasa. Tiba-tiba dia melihat jendela. Waduh! Dia mau kabur?

Parahnya lagi, saat Rit mencoba mengetuk kamar mandi, tak terdengar jawaban apapun dari dalam. Rit sontak menerobos masuk tapi malah mendapati jendela sudah terbuka dan Thien menghilang.


Rit terpaksa kembali ke tempat acara dengan tangan kosong. Semua orang jelas kebingungan sekarang. Muey kecewa.

Tapi tiba-tiba Thien muncul saat itu juga. Fiuh! Semua orang akhirnya bisa lega. Muey pun langsung sumringah saking bahagianya. Hanya Thien seorang yang terus cemberut dan menjalani upacara pernikahan ini dengan sangat terpaksa.

Tapi, apa yang sebenarnya terjadi sehingga mereka dipaksa menikah. Dan apa maksud ucapan Ibunya Muey tentang membantu menyelamatkan Thien dengan cara menikah dengannya?

Marilah kita kembali ke masa 2 minggu yang lalu saat segalanya bermula...


Thien ternyata punya seorang pacar lain bernama Yada. Hubungan merekapun sangat i~~~m. Keesokan harinya setelah mereka bergumul, Thien melihat ponselnya Yada berbunyi.

Tapi saat Thien hendak mengambilnya, Yada mendadak panik melarang. Tapi saat dia mencoba merayu dan mengalihkan perhatian Thien kembali padanya, Thien tak sengaja menjawab video call itu sebelum kemudian menjatuhkan ponsel itu.

Orang di seberang kaget melihat kedua pasang kaki yang saling terkait itu dan sontak murka. "Beraninya kau berselingkuh?!"


Thien jelas kaget mendengarnya dan langsung mengambil ponsel itu sebelum Yada sempat menghentikannya dan berhadapan dengan pria di seberang. Dia siapa?

"Siapa aku? Aku adalah suaminya Yada! Wanita yang berselingkuh denganmu!"

Hah? Thien shock dan sakit hati. Apalagi Yada bilang kalau dia masih single, tapi ternyata dia bohong.


Yada dengan terpaksa mengakui kalau dia memang sudah menikah, tapi pernikahannya selalu bermasalah dan mereka akan bercerai.

"Akan bercerai, artinya kau belum bercerai. Kau berbohong padaku dan menghancurkan kepercayaanku padamu. Mulai sekarang, aku tidak ingin melihatmu lagi."

Yada sontak panik menangkap tangannya, bersikeras tidak akan pernah melepaskan Thien. Tapi tak peduli, dia langsung menarik kembali tangannya dan pergi.


Lebih sialnya lagi, begitu sampai rumah, dia tidak melihat ada genangan air di lantai dan jadilah terpleset dan jatuh dengan cukup keras. Thien kesal dan langsung teriak memanggil. "MUEY!!!"

Ah! Muey sekarang tinggal bersama Thien. Tapi bukan sebagai kekasihnya, melainkan jadi pembantunya Thien dan hubungan mereka udah kayak kakak-adik yang hobi ribut.

Menyadari apa yang terjadi, Muey sontak lari melindungi dirinya di balik tembok sambil berusaha membela diri. Dia sedang bersih-bersih, mana dia tahu kalau Thien akan pulang sekarang.

Thien akhirnya mengalah dan langsung duduk di meja makan di mana Muey sudah menyiapkan sarapan untuknya. Biarpun cuma jadi pembantu, Muey tetap bahagia, apalagi saat melihat Thien makan dengan lahap.


Tapi tiba-tiba Ibu muncul tanpa suara tepat di depan muka Thien sampai Thien kaget. Ternyata Ibu sudah datang sejak kemarin. Thien sontak menatap Muey tajam, mengira Muey melaporkan pada Ibu tentang dirinya yang jarang pulang.

"Jangan menatapnya begitu! Dia tidak memberitahu ibu. Ibu tahu pakai cara ibu sendiri kalau kau main-main lagi. Iya kan?"

Sontak saja kedua ibu dan anak itu langsung ribut. Muey yang tak ingin ikut campur, dengan ceria menyatakan kalau dia mau menyelesaikan bersih-bersihnya dan langsung menjauh.

Thien berusaha menghindar tapi tentu saja Ibu tak melepaskannya begitu saja dan langsung mengomelinya panjang lebar, mengeluhkan tingkahnya yang hobi keluar malam sampai kurang tidur. Kapan Thien akan berhenti membuat Ibu khawatir?

"Kapan kau akan menikah seperti kakakmu?! Kau selalu saja bersama wanita baru."

"Aku belum menemukan yang tepat."

"Belum? Kalau belum, akan ibu nikahkah kau dengan Muey saja."


Muey kaget tapi juga senang. Tapi Thien dengan cepat menghancurkan kebahagiaannya saat dia menyatakan bahwa dia tidak akan pernah menikahi Muey.

"Kenapa?"

"Lihatlah dia." Sinis Thien melihat penampilan Muey yang berantakan. "Dia belum tumbuh." (Wkwkwk!)

"Apanya yang belum tumbuh? Dia punya d~~a dan bo~~ng seperti wanita lainnya."

"Dia bukan tipeku."

"Bukan tipemu? Hati-hati kalau bicara. Orang jaman dulu berkata bahwa kau akan selalu mendapatkan apa yang kau benci. Kalau suatu hari nanti kau jatuh cinta sama Muey, ibu akan menertawaimu sampai gigi ibu copot."

"Ibu tidak akan tertawa sampai gigi ibu copot karena itu tidak akan pernah terjadi."

"Bagaimana kau tahu? Kita lihat saja nanti!"


Saat Muey mengantarkan Ibu keluar tak lama kemudian, ternyata keberadaan Muey di sana bukan cuma jadi pembantunya Thien, melainkan juga jadi mata-mata yang mengawasi Thien untuk Ibu.


Dalam flashback, ternyata Muey sudah lama tinggal bersama mereka. Ibu membawanya tinggal di rumah mereka karena dia adalah putri temannya dan harus melanjutkan studi di Bangkok.

Thien awalnya protes keras dengan alasan bahwa dia dan kakaknya sama-sama cowok. Tapi Ibu bersikeras menyuruh mereka untuk menerimanya dan menganggapnya sebagai adik mereka sendiri. Muey stidak punya siapa-siapa di Bangkok. Thien masih keberatan, tapi Rit setuju, dia bahkan langsung akrab sama Muey seperti kakak sendiri.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam