Sinopsis My Secret Bride Episode 15 - 3

Su benar-benar percaya dengan Rut dan jadi bahagia banget sekarang. Da bingung melihatnya senyam-senyum gaje. Apa Su tidak tahu tentang Rut? Tentu saja Su sudah tahu.


Kalau begitu bagaimana bisa Su senyam-senyum di saat seperti ini? Da benar-benar cemas. Apalagi Rut tidak bisa dihubungi sedari tadi. Su santai memberitahu bahwa tadi Rut bersamanya.

Da tidak perlu mengkhawatirkannya, Ayahnya dan Ayahnya Da pasti akan membantu menyelesaikan masalah Rut itu. Da yang tidak tahu apa-apa tentang hubungan kedua ayah mereka, jelas bingung mendengarnya. Bagaimana bisa kedua ayah mereka membantu Rut, mereka kan tidak akur?

Su meyakinkannya untuk tidak usah mengurusi masalah itu, biarkan saja para ayah mereka yang mengurusinya. Asal Da tahu saja, Rut akan segera menceraikan istrinya.

Da senang banget mendengarnya, akhirnya Rut berhenti jadi bodoh. Tapi dengan cepat Su menghancurkan kebahagiaannya saat dia mengingatkan Da bahwa jika Rut menceraikan Suam, maka Suam akan single. Aik pasti senang. Da mendadak heboh dan panik karenanya. Apa yang harus dia lakukan?
 

Rut mandi dengan penuh amarah, benar-benar marah akan fakta tentang Direk yang disaksikannya hari ini. Saat dia keluar dari kamar mandi, dia kaget mendapati Suam sudah menunggunya.

Rut dengan dinginnya mengingatkan Suam kalau dia lagi capek, tapi Suam tak terpedaya. Capek atau Rut sedang menghindarinya?

"Kenapa juga aku menghindarimu?" Sangkal Rut.

"Betul sekali. Kau tidak punya alasan untuk menghindariku, kan? Lalu kenapa kau melakukannya? Malam sebelumnya kau tidak seperti ini. Aku ini wanita, Khun. Malam sebelumnya kau memelukku seolah kau akan menghisap jiwa. Tapi sekarang kau malah diam saja. Jadi jadi tidak tahu harus bersikap bagaimana." Ujar Suam malu-malu.

Rut sekilas tersenyum mendengarnya, tapi dengan cepat dia mengubah wajahnya jadi dingin lagi. Suam benar-benar tidak mengerti dengannya, katakannya sesuatu dan jangan diam terus seperti ini.


Rut akhirnya melunak dan langsung memeluk Suam. Dia hanya lelah, maaf kalau sudah membuat Suam salah paham.

"Apa kau percaya padaku, Suam?"

"Percaya tentang apa?"

"Apa kau percaya padaku?"

"Tentu saja aku percaya padamu. Bahkan sekalipun semua orang di dunia memandangmu sebagai orang jahat, aku akan tetap percaya padamu."

Terharu, Rut langsung memeluknya erat. Bingung, Suam pun berusaha menghiburnya dengan menepuk-nepuk punggungnya.

Saat Rut melepaskan diri tak lama kemudian, tiba-tiba dia memuji betapa cantiknya Suam di pesta kemarin. Waktu itu dia lupa memuji Suam. Suam jadi malu mendengarnya. Tapi sebaiknya Rut istirahat saja sekarang.

"Kau juga tidurlah. Kurasa hari ini aku tidak punya energi untuk melakukan apapun padamu."

"Gila! Aku datang mencarimu bukan untuk masalah itu." Ujar Suam lalu kembali ke kamarnya.

Oil dan Nat datang keesokan harinya. Oil senyam-senyum geli melihat Suam. Menurutnya, Suam jadi makin cantik sejak dia menikah. Sepertinya apa yang orang bilang itu benar. Wanita jadi lebih cantik saat sedang jatuh cinta.

"Cinta apa, P'Oil? Omong kosong." Sangkal Suam malu-malu.

Tanpa menyadari Rut yang sebenarnya baru turun, Suam santai saja mengingatkan Oil tentang ketakutannya terhadap pria. Apa Oil ingat? Tentu saja Oil ingat. Eh, jangan bilang kalau selama 2 bulan mereka menikah, mereka masih belum 'itu'?

"Belumlah, P'. Gila apa?"

"Tapi Khun Rut itu suamimu, Suam."

"Jangan omeli aku dulu, P'. Dengarkan aku dulu. Aku tidak berani memberitahu siapapun. Jadi aku akan memberitahumu saja."


Oil kan tahu sendiri kalau dia tidak suka jika pria dekat-dekat dengannya. Dia jijik sama pria. Makanya dia masih perawan sampai sekarang. Tapi malam itu...

"Apa yang terjadi malam itu? Khun Rut mendatangimu?"

"Semacam itulah, P'."

"Lalu, apa kau takut atau tidak?"

"Tidak. Seandainya dia melanjutkannya, aku mungkin mau. Kenapa aku tidak jijik dengannya yah, P'?"

"Masa kau ingin aku memberitahumu? Orang pintar sepertimu seharusnya lebih tahu. Eh, Suam. Kalau kau mencintainya, katakan saja dengan lantang."

"Baiklah. Aku... Aku cinta Khun Rut! Aku mencintainya! Aku mencintainya! Aku mencintainya!"

Rut yang menguping dari balik tembok, langsung sumringah mendengarnya. Tapi tiba-tiba Nat muncul dan langsung mengajaknya main. Pfft! Ketahuan deh.


Rut terpaksa menampakkan diri sambil pura-pura seolah dia baru saja turun. Suam tegang banget, Rut dengar atau tidak yah? Tapi Rut bersikap biasa-biasa saja, seolah dia tak pernah mendengar apapun.

Dia bahkan terus mengabaikan Suam sambil pura-pura sibuk dengan pekerjaannya, membiarkan Suam menggalau di sisinya tak tahu harus bagaimana.

Bahkan saat Teerak berniat membantu membawakan barang-barangnya Rut ke mobil, Rut menolak dan dengan sengaja berterus terang memberitahu mereka bahwa dia akan dijemput seseorang sebentar lagi.

Suam akhirnya memberanikan diri bicara dan tanya apakah Rut akan pulang malam? Ada yang perlu dia bicarakan dengan Rut. Tapi tepat saat itu juga, orang yang menjemput Rut datang dan orang itu adalah Su. Rut bahkan sengaja membiarkan Su menggandeng tangannya di hadapan Suam. Suam cemburu. Su langsung melempar senyum penuh kemenangan pada Suam.


Tapi begitu mereka di luar, dia bertanya-tanya apakah Rut tidak takut Suam akan marah. Rut langsung pasang senyum manis sambil memberitahu Su bahwa hubungan antara dirinya dengan Suam hanya hubungan bisnis. Dan sekarang dia sudah tidak diperlukan lagi.

"Tapi kau berinvestasi sangat banyak sampai-sampai mendaftarkan pernikahan dengannya secara resmi."

"Itu cuma selembar kertas, Su. Sama sekali tidak penting."

"Boleh aku tanya? Kenapa kau mencari papaku? Padahal sebelumnya kau sangat membenci papaku."

Rut menyangkal, dia tidak benci, dia hanya melaksanakan tugasnya. Sebelumnya dia tidak tahu apa-apa tentang pamannya. Su penasaran. Lalu sekarang setelah Rut tahu, apa yang akan dia lakukan?

"Entahlah. Tapi mungkin ini akan menjadi yang pertama kalinya aku bisa melakukan apapun yang kuinginkan." Ujar Rut sambil menampilkan senyum manisnya pada Su. Dan Su langsung percaya.


Suam mendatangi Neung di rumah Padet untuk curhat tentang Rut. Dia benar-benar tidak mengerti dengan Rut beberapa hari ini. Sikapnya kayak cewek lagi PMS. Kadang dia baik, kadang dia membingungkan. Dia sama sekali tidak mengerti apa maunya Rut.

"Menurutku sebaiknya kau tenang dulu. Sekarang ini P'Rut pasti sangat stres." Ujar Neung sambil memainkan tangannya dan tangan Padet yang saling terkait erat.

Suam jadi iri melihat kemesraan mereka dan langsung protes keras. Sekarang ini dia sendiri jauh lebih stres dibanding Rut. Mereka berdua ini tidak peduli sama orang lain, yah? Mesra amat!

"Namamu bukan Neungthida. Jadi jangan komplain." Tukas Padet.

"Oh-Ho! Siapa yang sudah menelan Sara? Ini keterlaluan! Dulu kau bahkan tidak pernah mau bicara, sekarang kau sudah keterlaluan. Pegangan tangan, pakai baju couple lagi, sama-sama menyilangkan kaki juga. Dasar!"

"Orang harus tahu bagaimana harus maju."

"Nyolot terus!"


Neung buru-buru menghentikan perdebatan mereka dan menyuruh mereka untuk fokus ke masalah Suam dan Rut. Sebaiknya mereka memisahkan dulu masalah kasusnya Rut dengan masalah pribadinya Suam.

"Kalau ini masalah pribadi, Nu (kamu) sebaiknya jangan ikut campur. Iya kan?"

"Tidak bisa tidak ikut campur. Dia adalah temanku. Nu (aku) harus ikut campur."

"Ngomongnya pakai Nu-Nu segala." Suam tambah iri. (Nu biasanya digunakan anak kecil atau wanita saat bicara pada orang yang lebih tua)

Tapi menurut Padet, mungkin juga kedua masalah itu saling terkait. Bukankah Suam bilang kalau tadi Rut dijemput sama Su. Neung jadi khawatir dan menyarankan Suam untuk segera menyatakan perasaannya pada Rut.

Apalagi di saat seperti ini, Rut pasti sangat membutuhkan seseorang di sisinya. Tapi Suam ragu mengingat sikap Rut yang sangat aneh dan susah ditebak belakangan. Benar-benar seperti cewek yang lagi PMS. Suam bingung.

Kalau begitu, Neung usul agar mereka meanalisanya dengan detil ini. Dia akan menanyakan beberapa hal dan Suam harus menjawabnya dengan jujur dan jangan malu.

"Kau dan P'Rut sudah sampai mana?" Tanya Neung. Padet sontak heboh mendengar pertanyaan frontal itu. Neung sampai kesal menyuruhnya untuk diam, ini pembicaraan antar teman wanita. "Jawab aku, Suam. Apa kalian sudah begituan?"

"Belum."

"Sudah ciuman?"

"Sudah."

"Mengesankan atau tidak?"

"Lumayan."

"Kalau begitu, kurasa P'Rut juga mencintaimu. Karena jika dia tidak mencintaimu, lalu kenapa dia menciummu. Iya kan, P'?"


Tapi Padet tak yakin. Suam menyuruh Padet untuk berterus terang saja menyatakan pendapatnya. Maka Padet pun jujur berpendapat bahwa ciuman belum tentu cinta.

Neung mendadak kesal mendengarnya, maksudnya apa? Padet buru-buru menjelaskan bahwa pria biasanya punya alasan untuk melakukan segala hal. Tapi, Suam pasti sudah tahu dengan baik tentang bagaimana perasaan Rut terhadapnya.

Suam jadi teringat pertengkaran hebat mereka malam itu, saat Rut menciumnya dengan lembut. Suam langsung mengerti.

Tapi Neung jadi kesal sama Padet. Kalau memang ciuman belum tentu cinta, yah sudah, Padet juga sebaiknya jangan mengharap mulai sekarang. Dia bahkan dilarang menyentuh tangan Neung mulai sekarang.

Hah? Padet mendadak panik berusaha membujuk sang pacar tercinta. Tapi Neung tak mau tahu dan jadilah mereka kejar-kejaran lucu sementara Suam hanya duduk diam dan termenung bahagia.


Bersambung ke part 4

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam