Sinopsis Prophecy of Love Episode 3 - 1

Semua orang kaget mendengar usulan Thee yang mengajak Rose tinggal bersamanya. Paul tidak setuju, jangan dengarkan Thee. Walaupun tidak ada bukti, tapi bukan berarti Thee tidak bersalah. Dia akan membawa Rose pindah ke cabang lain saja.


"Si penjahat akan terus mencari cara untuk mendekatimu. Baik di hotel, di resor, atau di cabang hotel manapun. Mereka akan tetap bisa menemukanmu. Semua orang tahu kalau kalian adalah pasangan. Kau tinggal di sini, berpikir kalau kalian bisa membodohi semua orang dengan alasan ke luar negeri, pada akhirnya kau tetap bisa ditemukan."

Bahkan sekalipun Rose pergi ke Perancis, belum tentu juga dia akan aman. Penjahatnya pasti akan tetap bisa menemukan Rose dan membungkamnya di Perancis.

Orang berkuasa seperti Wuttikorn, akan bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan cara apapun. Ramalannya Rose-lah yang membawa sial bagi diri Rose sendiri. Rose pasti mengetahui rahasia pentingnya Wuttikorn, makanya dia mengirim Auay untuk membungkam Rose.

"Jadi bagaimana? Apa kau mau menerima tawaran bagus ini atau kau mau menunggu mereka datang dan mencoba membunuhmu untuk yang keempat kalinya?"


Rose galau. Tapi akhirnya dia setuju juga, semua orang kaget kecuali Thee yang langsung sumringah. Tapi Rose punya satu syarat. Thee harus mau diramal lagi.

"Buktikan ketulusanmu dengan menyentuh mawar sekali lagi. Jika kau benar-benar tulus, kau akan berani membiarkanku meramalmu."

"Jika aku menolak?"

Rose menegaskan bahwa permintaannya ini adalah syarat mutlak. Thee pernah bilang kalau Thee tidak mempercayai ramalannya, kan? Jika Thee benar-benar tidak percaya, maka sentuhlah mawar itu. Atau mungkin... Thee takut? Tidak berani?

"Siapa bilang aku tidak berani?"


Thee langsung mengambil sebatang mawar dan menyodorkan ujung yang satunya pada Rose. Rose pun langsung meramal lagi dan melihat dirinya dikejar-kejar di sebuah hutan dan ada suara tembakan.

Thee tampak kebingungan mencarinya. Seseorang menyanderanya. Thee melawan si penyerang, tapi kemudian orang itu melepaskan tembakan ke Thee. Tapi dalam kilasan-kilasan lainnya, dia melihat Thee selalu melindunginya dan mereka melewatkan banyak momen-momen indah bersama.

Dia melihat Thee memeluknya dan menangkapnya saat dia hampir terjatuh. Dia bahkan melihat dirinya sendiri memberikan sebuket bunga mawar pada Thee sebagai ungkapan terima kasih.


Rose membuka matanya kembali dengan galau dan kebingungan. Paul jadi yakin kalau Rose pasti melihat sesuatu yang buruk pada Thee. Dia pasti sudah tahu kalau Thee tidak bisa dipercaya. Apa Rose sudah membuat keputusan?

"Iya. Aku sudah memutuskan."


Tak lama kemudian, Chang dan Kratai bertanya-tanya kenapa Thee menawari Rose untuk tinggal bersamanya. Apa Thee sekhawatir itu padanya? Kratai rasa wanita itu tidak layak dicemaskan dan cuma bikin masalah saja.

"Aku tidak mengkhawatirkannya. Alasanku mengajaknya tinggal bersamaku untuk sementara waktu adalah karena aku ingin menemukan bukti untuk menyeret Auay ke penjara."

"Maksudmu kau menggunakan Khun Rose sebagai umpan untuk mendapatkan Auay?"

Betul sekali. Mereka belum menemukan siapa pelakunya, tapi Thee yakin Auay adalah salah satunya. Kratai khawatir. Dia tidak mau Thee dalam bahaya lagi gara-gara wanita itu.

Chang setuju. Lagipula Thee tidak menyukai Rose. Dia tidak setuju kalau Thee memanfaatkan Rose dan mempertaruhkan hidupnya demi masalah ini. Chang sama sekali tidak mengerti apa sebenarnya masalah antara Thee dan Auay. Tapi apapun itu, sejarah di antara mereka tidak ada hubungannya dengan hidupnya Rose.

"Berhubungan! Aku tidak akan membiarkan Auay melakukan hal buruk pada siapapun lagi! Tidak usah khawatir. Begitu masalah ini selesai dan Auay masuk penjara, aku dan si peramal itu akan berpisah."


Sementara itu di dalam kamar, Rose sudah siap pindah. Paul tidak senang dengan keputusan Rose ini. Kenapa dia memutuskan untuk tinggal bersama Thee?

"Aku tahu kau mencemaskanku. Aku juga mencemaskanmu dan semua orang. Kau, ibuku, P'Kheng. Semua orang yang terlibat denganku jadi ikut terkena masalah karena si penjahat mengejar semua orang. Ini cara terbaik, karena tak ada seorangpun yang akan berpikir kalau aku tinggal bersama seorang musuh seperti Theerut."

"Apa yang kau lihat tentang Theerut? Kenapa kau mempercayainya?"

Rose canggung, ragu untuk mengatakan detilnya. Akhirnya dia hanya berkata bahwa apa yang dlihatnya tidak terlalu penting, hanya saja dia melihat Thee tidak melakukan hal buruk padanya. Lagipula, selama ini Thee selalu menolongnya. Bahkan kali ini, dia hampir saja mati. Karena itulah, Rose yakin Thee bukan penjahatnya.

"Tapi aku takut kau dalam bahaya."

"Theerut juga dalam bahaya. Dia rela menempatkan dirinya dalam bahaya. Aku tidak punya alasan untuk menolak tawarannya kali ini."


Tak lama kemudian, Thee membawa Rose ke apartemennya dan menempatkan Rose di kamar kosong. Dia biasanya istirahat di apartemen saat lagi syuting drama. Setelah itu dia akan pulang ke rumahnya.

Rose mau masuk kamar, tapi Thee dengan cepat menghadangnya. Dia penasaran kenapa Rose menerima tawarannya semudah itu? Apa yang dia lihat dari mawarnya?

"Aku tidak harus melaporkan segalanya padamu."

"Kau tidak menggunakan sihir hitam padaku, kan? Kau tidak main pelet atau semacamnya, kan? Karena waktu aku menyentuh mawarnya, aku merasakan agak hangat."

"Aku peramal, bukan dukun! Aku akan tinggal di sini dan tidak akan bikin kekacauan. Aku tidak akan menganggu kamar pribadimu. Dan satu lagi, aku tidak akan ke mana-mana jika tidak perlu. Kau bisa pulang sekarang. Sekarang sudah larut malam."

"Siapa bilang aku akan pulang?"

Loh! Katanya Thee akan membiarkannya tinggal di sini, sementara Thee sendiri akan tidur di rumah keluarganya? Thee mengingatkan bahwa sekarang sudah larut malam. Masa Rose menyuruh pemilik apartemen ini untuk berkendara pulang dan tidur di rumah? Sekarang tuh sudah larut malam, Thee capek dan lapar, tahu!

 

"Jadi maksudnya kau akan tinggal di sini, malam ini. Berdua, denganku?"

"Memangnya kau melihat ada orang lain di sini?"

Sudahlah, sebaiknya Rose atur barang-barangnya dan mandi biar wangi. Thee akan mencari makanan untuk dimakan.

"Tapi jika kau tidak ingin makan makanan, kau bisa makan sesuatu yang lain." Thee mendadak mendekat sambil berbisik menggoda yang jelas saja membuat Rose merinding dan langsung kabur ke kamarnya.

Thee puas banget menggodainya. "Rasain! Khayalannya liar banget."

"Apa aku membuat keputusan yang tepat dengan tinggal bersama si sinting itu?" Gerutu Rose.


Tanpa memberitahu tentang Rose, Thee memberitahu Ibu bahwa dia menginap di apartemen malam ini. Tapi dia menelepon sambil mengocok telur yang pada akhirnya membuatnya jadi tidak konsen sehingga telur itu tumpah mengenai bajunya.

Thee jadi terpaksa melepas kaosnya... tepat saat Rose baru keluar dari kamar mandi dan sontak melotot melihat keadaan Thee. Teringat ucapan gombal Thee yang tadi, Rose sontak menjerit heboh sambil mengklaim kalau dia tidak mau makan, dia tidak lapar!

Thee bingung. Tidak mau makan, yah sudah, tapi ngapain juga dia teriak-teriak? Berhentilah berteriak! Takutnya tetangga akan datang dan salah paham. Tapi Rose terus saja menjerit heboh gara-gara Thee terus mengejarnya.


Saking paniknya, dia jadi tidak lihat jalan dan akhirnya terpleset tumpahan telur. Rose terjatuh dan dalam prosesnya menendang wajah Thee sehingga Thee juga ikut terjatuh. Ti baru datang saat itu dan jelas bingung melihat kekacauan ini. Ada apa ini?

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments