Sinopsis My Secret Bride Episode 15 - 1

Bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan Neung, Suam penasaran apa yang Padet katakan tentang masalah mereka keluar dari motel bersama?


"Dia bilang bukan apa-apa."

"Lalu jika aku menjawab hal yang sama, apa kau akan mempercayaiku dan Sara?"

Walau agak kecewa tak mendapat jawabannya, tapi Neung percaya pada perasaannya sendiri dan dia juga percaya pada mereka. Dia percaya Suam tidak akan melakukan hal seperti itu padanya. Suam terharu, Neung memang keren dan hebat.

"Suam, mulai sekarang, kau tidak perlu memikirkanku terkait masalah aku mencintai P'Rut dulu. Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Aku yakin kalau P'Rut peduli padamu. Kalau perasaan kalian sudah jelas, maka jangan diperumit. Biarkan dirimu sendiri bahagia, Suam."


Suam akhirnya lulus dan langsung merayakannya dengan bersulang kopi bersama Bird. Suam benar-benar bangga pada dirinya sendiri. Akhirnya mereka bebas! Err... Benarkah?

Bird tiba-tiba mengingatkan Suam bahwa sekarang mereka harus cari pekerjaan. Cari pekerjaan tuh susah. Biarpun dapat gaji, belum tentu gaji mereka cukup untuk bertahan hidup. Aish! Suam pikir setelah lulus hidupnya akan nyaman.

"Jangan bicara begitu, kau punya suami yang menyokongmu. Lihatlah aku? Aku tidak punya siapa-siapa."

Tiba-tiba terdengar jejeritan para wanita di luar. Mereka langsung keluar untuk melihat keadaan dan mendapati para mahasiswi lagi heboh mengagumi Songkram dan Damkerng yang cakep abis bak idol. Ngapain mereka datang kemari?

"Snow White menyuruh kami menjemput Khun Nu Suam."


Tapi tidak perlu terburu-buru, Songkram lagi sibuk tanda tangan buat para penggemar barunya. Dasar! Memangnya ada apa dia dipanggil?

"Kalau kau mau tahu, kau tanya saja sendiri."

Baiklah. Suam lalu pamit sama Bird, tapi malah mendapati Bird juga kesengsem sama Songkram, bahkan sedang berusaha menggodanya. Bird berubah pikiran deh, dia tidak mau cari kerja, dia mau membangun keluarga saja sama kedua pria cakep itu, dua-duanya. Songkram dan Damkerng malah sama gilanya dan melempar tanda cinta pada Bird. Stres, Suam buru-buru mendorong kedua pria itu pergi bersamanya.


"Kau sudah lulus sekarang?" Tanya Songkram.

"Sudah, tapi belum resmi. Tapi aku sudah lulus semua proyekku, mungkin sudah tidak ada apa-apa lagi. Oh! Paman Thuan mau mentraktirku, yah?! Untuk merayakan kelulusanku, kan? Dia pasti akan mentraktir makanan mahal! Biar aku ganti baju dulu yah?"

Tidak usah, ayo pergi sekarang saja. Karena ternyata Thuan cuma mentraktir shabu di markas mereka. Halah! Kalau cuma begini mah, mending nggak usah traktiran.

"Bagaimana bisa aku tidak mentraktir, semua orang bahagia."

"Kau tidak mau makan Suam?"

Jelas makan dong! Dialah bintang utama hari ini, jadi sudah pasti dia akan makan. Daging adalah miliknya. Awas aja kalau sampai ada yang menyentuh daging! Pokoknya suam harus makan paling banyak!

"Baiklah. Kalau begitu, mari kita makan lebih cepat. Setelah kau selesai makan, aku punya hadiah untukmu." Ujar Suam.

"Apa, Paman? Bisa dikasih sekarang aja nggak?"

"Tidak bisa. Makan dulu."

Thuan langsung membuka pancinya dan sontak semua orang rebutan makan dengan bahagia sampai kenyang.


Begitu meja sudah bersih, Thuan akhirnya memberikan hadiahnya yang ternyata hasil tes DNA Suam dan Kob. Suam tegang banget sampai tidak berani membukanya, tapi Suk menyemangatinya untuk membukanya saja. Kebenerannya tidak menakutkan kok.

Suam akhirnya memantapkan hati untuk membaca hasil tes itu dan langsung menangis haru saking bahagia. "Dia bukan ayahku! Dia bukan ayahku! Dia bukan ayahku! Paman, terima kasih."


Di tempat lain, seorang pria berniat mau naik taksinya Singh, tapi tempat yang ditujunya cukup jauh. Singh jadi ketakutan karena tak punya SIM, maka dia langsung menolaknya dengan berbagai alasan dan bergegas pergi. Tapi dia tidak sadar bahwa pria yang ditolaknya itu sebenarnya justru polisi yang menyamar.

Karena sikap Singh yang sangat mencurigakan, Polisi itu langsung menghubungi rekannya yang berjaga di jalan depan untuk menghadang taksinya Singh.

Singh jadi tambah tegang saat para polisi itu menghadangnya dan menuntutnya untuk memperlihatkan SIM-nya. Jelas dia tidak punya SIM ataupun KTP, makanya dia berusaha meyakinkan polisi kalau dia meninggalkan SIM-nya di rumah dan berusaha cari-cari alasan untuk menghindar. Tapi para polisi itu tak terpedaya sedikitpun dan menuntutnya keluar dari taksinya.


Suam jadi bertanya-tanya siapa ayahnya yang sebenarnya? Kenapa ayahnya ayahnya malah meninggalkan mereka di tangan orang kejam itu? Thuan mengingatkan bahwa Ibunya Suam-lah satu-satunya orang yang bisa menjawab pertanyaan itu.

"Tapi kenapa Ibu menyembunyikannya dari kami? Kenapa Ibu berbohong kalau Ai-Prakob adalah ayah kami?"

Padet yakin Ibunya Suam punya alasan sendiri untuk melakukan itu. Jadi Suam jangan marah pada ibunya. Thuan yakin kalau Prakob Munjai adalah ayah kandungnya Suam. Hah? Suam jelas bingung mendengarnya, katanya tadi Kob bukan ayahnya?

"Tenang dulu. Maksudku adalah Nai Prakob Munjai yang asli. Bukan Prakob yang selama ini kau kenal."


Songkram lalu memperlihatkan KTP model lawas atas nama Prakob Munjai itu. KTP itu sudah kadaluarsa dan tidak pernah diperbarui sejak 20 tahun yang lalu. Biasanya jika tidak diperbarui, seharusnya dia dilaporkan sebagai orang hilang. Tapi tak pernah ada laporan orang hilang.

Padet menduga mungkin kedua pria itu kebetulan punya nama yang sama. Songkram menyangkal, dia sudah menyelidikinya, hanya ada satu orang yang bernama Prakob Munjai. Maka Thuan menyimpulkan bahwa Prakob Munjai yang asli sudah menghilang, lalu identitasnya diambil alih oleh orang yang sekarang mengaku-aku sebagai ayahnya Suam.

Pasti ada alasan Ibunya Suam membiarkan ini terjadi. Alasan yang mungkin digunakan oleh Prakob palsu untuk mengancam Ibunya Suam. Songkram lalu memperjelas bagian foto KTP itu. Suam tercengang mengenalinya, dia roh pria yang selama ini mengikutinya.


Gara-gara dia gagal menunjukkan KTP aslinya, malah pakai KTP-nya Ibu, taksinya Singh disita polisi dan sekarang dia menuntut Ibu untuk memberinya uang.

Ibu jadi cemas. Hmm, jelas ada rahasia besar di antara mereka, rahasia yang bisa membuat mereka berdua sama-sama dipenjara. Dan seperti dugaan Thuan, Singh langsung memanfaatkan itu untuk mengancam Ibu.


Keesokan harinya, Sersan Dan heran melihat Padet hari ini kelihatan beda. Kelihatan lebih cerah dan ceria. Hmm, Sersan Dan jadi curiga, apakah Padet punya berita bagus?

Tepat saat itu juga, Neung datang dan menyapa semua orang dengan sapaan ala Korea-nya sambil membawa makan siang untuk semua orang dan pastinya untuk sang pacar tercinta.

"Sekarang belum siang, kenapa datang lebih cepat? Kangen aku yah?" Goda Padet.

"P'Tangmo! Kau bicara apa sih? Kau masih kerja sekarang."

"Tangmo? Siapa Tangmo?" Tanya Sersan Dan yang mendadak muncul di belakang.

Padet jadi kesal. Jangan ikut campur! Tapi dasar Sersan Dan, dia terus saja berusaha mendekati mereka dengan berbagai alasan untuk mencuri dengar bisik-bisik mereka.

"Aku kan sudah bilang padamu, jangan memanggilku begitu di tempat kerjaku."

"Maaf. Aku hanya terlalu terbiasa. Lalu apa Pak Inspektur ada waktu? Ada hal penting yang mau kulaporkan."


Gara-gara Sersan Dan menguping terus, mereka akhirnya duduk dan makan siang di bangku luar, di mana Neung memberitahu Padet tentang apa yang Direk katakan pada Da di pesta waktu itu.

Neung yakin dia tidak salah dengar walaupun awalnya dia juga tidak percaya, orang yang baik hati kayak Paman Direk tidak seharusnya mengucap kata-kata semacam itu.

"Sebenarnya aku ingin memberitahumu malam itu. Tapi kebetulan waktu itu kita... 'Sibuk'." (Pfft!)

Padet tersenyum mendengarnya. Neung jadi malu ditatap seperti itu, jangan senyum-senyum terus, dia lagi serius sekarang.

"Karena pacarku sangat manis, tentu saja aku harus tersenyum."

Neung bahagia. "Sudah cukup ah. Makanlah. Nih, sosis. Makanlah yang banyak. Kau masih melakukannya. Jangan makan sambil senyam-senyum. Apa kau gila?"

Tak lama kemudian, Padet mengantarkan Neung ke mobilnya dan mengingatkannya untuk menyetir dengan hati-hati. Dan begitu Neung pergi, Padet langsung berubah serius dan langsung menelepon Snow White.


Ayah dan Ibunya Bell kembali ke kantor polisi... untuk melaporkan Rut dan menuduhnya membunuh menantu mereka. Hah? Semua polisi jelas kaget mendengarnya.

Suam dan para warga Suksumrarn juga kaget mendengar berita ini. Mana Rut tidak bisa dihubungi lagi. Suam jadi tambah cemas. Aneh sekali, kasusnya sudah cukup lama ditutup, kenapa mereka baru melaporkannya sekarang?

"Kau yakin suamimu sungguh tidak melakukannya?" Curiga Ibu.

"Bu! Kenapa Ibu malah bertanya begitu?"

"Biar aku bisa menjawab kalau misalnya ada reporter yang menanyaiku."

Tepat saat itu juga, Suk ditelepon timnya. Dia dan Suam pun bergegas pergi. Ibu masih saja heboh menuntut Suam untuk memberinya informasi buat persiapan kalau-kalau ada reporter yang datang.


"Bibi bilang saja bahwa Deputi tidak melakukannya." Ujar Way.

"Bagaimana kau bisa yakin?"

"Tentu saja aku yakin, karena aku adalah istri rahasianya." (Pfft!)

"Pasti rahasia banget."

"Sangat amat rahasia sampai Deputi sendiri tidak tahu."

"Eh, E-Way. Kurasa kau itu harus mendapatkan perawatan."

"Di mana?"

"Aku tahu satu tempat... Pet clinic." (Wkwkwk! Guk guk dong)

"P'Lamyai! Itu tempat perawatan anjing!"

"Diam! Jangan ganggu. Aku lagi jualan sosis sekarang."

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments