Sinopsis Prophecy of Love Episode 2 - 5

Pada saat yang bersamaan, Lyla mendatangi tokonya Rose dan melewati anak buahnya Khun Ying yang sedang menyamar sambil pura-pura betulin mobil.


Kheng berbohong kalau Rose sudah pergi ke luar negeri. Itu keputusan dadakan gara-gara apa yang terjadi semalam. Lyla malah bingung, sepertinya dia benar-benar tidak mengetahui apa yang terjadi semalam.

"Khun Lyla tidak membaca berita?" Heran Keng.

"Berita apa? Aku sangat sibuk belakangan ini."

"Seseorang menerobos masuk rumah Rose dan menyakitinya."

Lyla kaget mendengarnya. Tapi, dia perlu menghubungi Rose. Bagaimana dia bisa menghubungi Rose? Kheng menyuruhnya menunggu saja sampai Rose kembali. Tapi sekarang ini, dia belum ada rencana untuk kembali. Mereka tidak sadar bahwa semua informasi tadi juga didengar oleh anak buahnya Khun Ying.


Kheng menelepon Rose dan mengabarkan kedatangan Rin dan Lyla tadi. Rose menyimpulkan dari semua orang yang pernah diramalnya di acara waktu itu, hanya Khun Ying dan Phol yang belum menemuinya sama sekali.

Paul yakin Khun Ying tidak mungkin terlibat, dia orang yang baik hati dan dermawan. Dan jangan curigai Pat, Paul meyakinkan Rose bahwa tak ada apapun yang perlu dicurigai dari kakaknya itu, Pat hanya mengkhawatirkan suaminya.

Kalau begitu, orang yang paling mencurigakan hanya Rin dan Lyla. Hanya dua wanita itu yang terus menerus datang menemuinya dan sepertinya sangat terganggu oleh ramalannya.

Tiba-tiba pensilnya terjatuh. Rose mau mengambilnya tapi malah membuat lengannya jadi sakit lagi. Paul jadi cemas dan langsung mengajaknya pergi berobat.


Auay juga mencoba mencari Rose ke tokonya, tapi malah diberitahu kalau Rose pergi ke luar negeri. Tapi Wuttikorn sepertinya tak mau melepaskan masalah ini begitu saja dan memerintahkan Auay untuk mengecek ke mana Rose pergi.


Ibunya Thee sedang sibuk di cafe-nya tanpa menyadari Ran sebenarnya ada di luar. Dia hampir saja mau masuk, tapi tiba-tiba dia melihat Rawee pulang bersama Thee. Dan itu sontak membuat Ran mundur dan bersembunyi lagi.

Dia berusaha melarikan diri dengan bersembunyi di antara para pelanggan yang hendak pergi. Tapi Ibu tiba-tiba melihatnya dan langsung memanggilnya. Ran sontak panik dan bergegas naik ke mini bus.


Ibu mau mengejar, tapi bus-nya sudah melaju. Chang dan Kratai baru datang saat itu, Thee dan mereka berdua langsung berusaha mengejar bus mini itu tapi gagal. Ran pun diam-diam berlinang air mata melihat Thee. Rawee penasaran, mereka mencari siapa?


"Mereka mencari P'Ran. Yang pernah Ibu ceritakan waktu itu."

"Lalu kenapa P'Ran melarikan diri? Oh!, mungkin P'Ran suka bermain petak umpet kayak aku yah? P'Thee pasti bisa menemukannya. P'Thee pintar mencari."

"Iya. Dan suatu hari, kau akan bisa bertemu P'Ran yah?" Ibu sontak memeluk Rawee sambil berusaha menahan tangisnya.


Prihatin melihat Rawee yang sedang ngobrol bersama Ibu, Thee sungguh tidak mengerti dengan Ran. Sudah 5 tahun berlalu, bukankah seharusnya Ran sekarang sudah pulih?

Kratai heran, sekian lama Ran meninggalkan rumah, kenapa Ran tidak pulang malah cuma berdiri di luar lalu kabur, seolah dia tidak mau bertemu siapapun.

Chang yakin Ran punya alasannya sendiri. Sebaiknya mereka tetap berpikir positif saja. Biarpun dia tidak mau pulang, tapi setidaknya dia masih datang kemari, yang itu artinya dia masih belum melupakan mereka.

"Aku akan berusaha mencarinya untukmu secepatnya." Janji Chang.

"Terima kasih. Aku kasihan sama Ibu. Ibuku pasti sangat sedih. Aku tahu Ibu tidak ingin memaksanya kembali. Tapi jauh dalam lubuk hatinya, dia ingin Ran kembali dan tinggal bersama keluarga."


Mendengar itu, Kratai langsung menawarkan diri untuk cuti kerja biar dia bisa menemani Ibunya Thee hari ini, sekalian dia bisa main sama Rawee. Thee menolak, tidak usah, dia tidak enak sama Kratai. Lagipula dia sendiri tidak ada kerjaan malam ini. Jadi dia akan menginap dan menemani keluarganya.

"Rawee datang pada saat yang tepat untuk melengkapi keluarga kalian. Tak lama setelah P'Ran pergi, P'Thee dan Bibi Rujee mengadopsi Rawee. Kalau tidak ada Rawee, Bibi pasti sangat kesepian." Ujar Kratai. (Hmm, kayaknya Kratai dan Chang tidak tahu apa-apa tentang hubungan Rawee dan Ran)

Saat itu juga, Chang ditelepon rekannya yang mengabarkan ada perkembangan dalam kasus orang hilang. Chang pun pamit dan kembali ke kantor polisi.


Anak buahnya Khun Ying baru datang dan mendapati Nyonya-nya sedang melihat-lihat album foto dengan mata berkaca-kaca entah karena apa. Tapi Khun Ying buru-buru mengubah ekspresinya begitu melihat si anak buah.

Si anak buah melapor tentang apa yang didengarnya tadi, bahwa Rose sudah pergi ke luar negeri. Dia benar-benar tidak melihat keberadaan Rose di toko, sepertinya dia benar-benar sudah pergi.

Khun Ying berniat mau mengembalikan album-album foto itu ke rak, tapi malah tak sengaja menjatuhkan semuanya sehingga album-album foto itu mengenai kakinya.

Khun Ying tercengang teringat ramalannya Rose bahwa dia akan mengalami kecelakaan kecil yang akan mencederai kakinya. Ramalannya benar-benar terjadi sekarang.


Cemas, si anak buah langsung memapahnya ke sofa dan memijak kakinya. Tapi Khun Ying lebih mencemaskan masalah Rose. Ke mana dia pergi dan bagaimana mereka bisa mengontaknya?

Si anak buah meyakinkannya untuk tidak mencemaskan masalah itu, sebaiknya Khun Ying periksakan kakinya ke dokter.

"Akan kuurus istriku sendiri." Jenderal mendadak muncul dan jadi cemburu melihat kedekatan mereka.

Khun Ying langsung menyuruh si anak buah untuk melaksanakan perintahnya. Si anak buahpun bergegas pergi. Khun Ying langsung memalingkan muka, sepertinya masih marah karena mereka belum merayakan anniversary pernikahan mereka.


Rose baru selesai diperiksa. Untungnya tidak ada cedera serius dan hanya peradangan otot. Kalau sampai tulangnya patah, dia tidak akan bisa bekerja.

Paul tak senang, yang Rose khawatirkan selalu saja masalah pekerjaan. Sebaiknya dia istirahat saja dulu dan biarkan Kheng yang menangani toko. Sebaiknya dia melakukan itu. Jika tidak, Paul akan melaporkan segalanya pada Ibunya Rose.

"Jangan, Paul. Ibuku baru mulai menulis novel baru. Aku tidak ingin dia kehilangan konsentrasi."

Mereka pun pergi tanpa menyadari Khun Ying juga ada di sana, sedang menunggu diperiksa. Jelas saja Khun Ying kaget melihat Rose ternyata masih ada di sini. Jenderal heran melihatnya. Khun Ying sedang melihat siapa?

"Peramal mawar. Namanya Rosita."

"Bagaimana kau bisa mengenalnya?"

"Kalau waktu itu kau datang ke acara pembukaan mall, kau mungkin..." Khun Ying sontak terdiam menyadari dirinya hampir keceplosan. "Tidak ada apa-apa. Dia cuma seorang peramal biasa."


Malam harinya, Kratai sedang bekerja sambil menelepon Thee. Meminta Thee untuk menelepon nomor hotel kalau Thee tiba di hotel nanti. Dia akan menjemput Thee di lobi.

Tiba-tiba Pat datang dan menuntut Kratai untuk membooking suite room untuk tamu VIP-nya. Kratai yang sejak awal tidak mengetahui tentang kamar VIP yang dibooking Paul, jadi bingung saat mendapati satu kamar VIP yang sudah dibooking tanpa regristasi.

Pat mendadak heboh menyuruh Kratai untuk menghubungi kamar itu untuk menanyakan namanya. Dia tidak boleh memasukkan tamu tanpa regristasi. Kratai jadi ketakutan dan segera menghubungi kamar VIP itu. Tapi tidak ada yang mengangkatnya.


Pat jadi tambah heboh, mengira tamu itu sudah melarikan diri secara diam-diam. Parahnya lagi, Pat nekat mengabaikan peraturan dan memaksa Kratai menemaninya masuk ke kamar yang kebetulan sedang kosong itu.

Dan dari semua barang-barangnya itulah, Pat akhirnya tahu kalau Rose-lah yang menginap di kamar ini. Dia tahu kalau Rose bersembunyi di sini karena Rose dibunuh, tapi kemudian dengan santainya dia menelepon suaminya dan memberitahunya tentang keberadaan Rose.

Kratai akhirnya sadar tamu bermasker Doraemon tadi pagi adalah Rose. Jadi Rose menyembunyikan diri darinya? Kenapa? Takut dia akan memberitahu Thee? Astaga! Rose masih mencurigai Thee.

Bersambung ke part 6

Post a Comment

0 Comments