Sinopsis Prophecy of Love Episode 2 - 2

Malam harinya, Rose termenung di pinggir kolam renang, memikirkan ucapan Kheng dan Paul tentang Thee yang saling bertolak belakang. Saat dia hendak menyentuh bunga mawar putihnya, tak sengaja jarinya tertusuk duri sampai berdarah.


Dan seketika itu pula tiba-tiba dia mendapat penglihatan darahnya menetes ke bunga mawar putihnya hingga membuat mawar putih itu berubah jadi merah darah. Pertanda buruk!

Dan firasatnya terbukti benar saat tiba-tiba saja seorang penjahat muncul di hadapannya dan langsung menyerangnya. Rose berusaha menyerang balik, tapi kekuatannya kalah jauh daripada orang itu.

Paul baru tiba di depan rumahnya Rose, tapi malah mendapati ada mobilnya Thee di depan yang kontan membuatnya mencemaskan Rose. Dia mencoba memanggil-manggil Rose, tapi tentu saja tak ada jawaban karena si penjahat itu sekarang sedang berusaha menenggelamkan kepala Rose ke kolam, sama persis seperti ramalannya.


Rose berusaha memberontak sekuat tenaga tapi pada akhirnya hanya bisa melepas sarung tangan orang itu sehingga sarung tangannya terjatuh ke dalam kolam. Untunglah Thee muncul saat itu dan langsung menendang si penjahat itu.

Dia buru-buru mengeluarkan Rose dari air sebelum kemudian mengejar dan berusaha melawan si penjahat itu. Dia berusaha melepaskan topeng orang itu, tapi si penjahat itu melawannya habis-habisan hingga dia meninju perut Thee lalu kabur.

Thee langsung mencemaskan Rose. Tapi tepat saat dia sedang mengecek keadaan Rose, Paul muncul dan langsung salah paham mengira Thee-lah yang menyerang Rose dan langsung menghajarnya. Tapi untunglah Rose dengan cepat menghentikannya.

 

Tak lama kemudian, mereka semua berada di kantor polisi. Tapi hanya Thee yang diinterogasi karena dialah yang paling dicurigai. Berusaha membela dirinya sendiri, Thee meyakinkan polisi bahwa dia justru menyelamatkan Rose, dia bahkan berusaha melawan si penjahat itu, tapi penjahat itu berhasil kabur.

Tapi dari investigasi CCTV, ternyata si penjahat sudah terlebih dulu menyemprot kamera di bagian kebun mawar dan kolam renang. Tapi dari kamera di luar pagar, Thee terlihat memanjat pagar lalu disusul Paul tak lama kemudian. Polisi jadi meragukan Thee. Kenapa dia pergi ke rumahnya Rose?

Thee mengaku kalau dia hanya ingin menjernihkan kesalahpahaman Rose terhadap dirinya, soalnya dia dengar kalau Rose dan pacarnya mau melaporkannya ke polisi.

"Kesalahpahaman apa? Apa konfilik antara kau dan Rosita?"

"Rosita menuduhku menguntitnya dan melempar batu ke kaca tokonya. Dan dia menuduhku sebagai penjahat yang membiusnya di toko."

"Jadi maksudmu, segala hal yang terjadi pada Rosita bukan tanggung jawabmu?"

"Benar sekali. Biarpun aku punya masalah dengannya sebelumnya, tapi aku tidak pernah menyakitinya, tidak pernah merusak propertinya ataupun mengancamnya. Aku hanya ingin menjernihkan segala kesalahpahaman. Itu saja."

"Tapi kau selalu ada di TKP setiap kali terjadi sesuatu pada Khun Rosita. Apa kau tidak merasa itu terlalu kebetulan, Khun Theerut?"

"Tapi benar-benar bukan aku penjahatnya."


Teringat akan Auay, Thee yakin pasti dialah pelakunya. Saat polisi memberitahukan tentang Auay pada Rose, dia tidak ingat dan tidak mengenal orang bernama Auay.

Dia biasanya tidak akan tanya nama pelanggan jika si pelanggan tidak menambahkan kartu ucapan di buket bunganya. Paul yakin kalau Thee cuma mencari kambing hitam. Selama ini hanya Thee musuhnya Rose. Jadi sudah pasti dia tersangkanya.


Yang tidak Thee sangka, polisi memberitahu bahwa Auay ini adalah anak adopsinya Tuan Wuttikorn. Dia baru diadopsi sekitar 3-4 tahun yang lalu.

"Lalu kenapa tidak pernah ada berita tentang ini?" Heran Thee.

Menurut hasil penyelidikan polisi, Auay selama ini memang tidak pernah muncul di media. Dia biasanya mengerjakan pekerjaan rahasia untuk Wuttikorn. Tapi selama ini tidak pernah ada kecurigaan apapun terkait ayah dan anak ini sebelumnya.


Rose baru ingat orang bernama Auay itu saat polisi menunjukkan fotonya. Tapi dia benar-benar tidak kenal. Kalau tentang Wuttikorn, dia cuma meramal Wuttikorn beberapa hari yang lalu, di acara yang sama di mana Thee marah-marah padanya.

Polisi bertanya-tanya apakah mungkin Rose mengatakan sesuatu yang mungkin menyinggung Wuttikorn dalam ramalannya? Rose bingung teringat ramalannya tentang Wuttikorn. Dia hanya mengucap kebenaran, apa itu membuat Wuttikorn tidak senang?

"Bukan karena itu kebenaran, tapi karena itu rahasianya, Rose." Ujar Paul.

"Itu artinya, anda pasti melihat sesuatu yang spesial, kan?" Tanya polisi.

Paul juga yakin kalau ramalannya Rose mungkin tak sengaja menyentuh rahasia seseorang. Rose bahkan membeku tak mau mengatakan apapun pada akhir acara itu. Mungkin orang berpikir kalau Rose melihat rahasianya.


Kalau memang begitu, seharusnya bukan cuma Wuttikorn yang takut dia mengetahui suatu rahasia. Setelah acara itu, Teerut, Lyla, Rin dan Pat, mendatanginya untuk menanyakan ramalannya.

Sebelum acara itu, dia belum pernah meramal siapapun. Dia baru meramal lagi pada acara itu dan setelah acara itulah dia mulai mendapat berbagai ancaman ini.

Tapi dia bnear-benar tidak bisa memikirkan tersangka lain selain Thee karena karena selama ini satu-satunya orang yang berkonflik dengannya hanya Thee.

Polisi menyimpulkan pelakunya pasti salah satu dari orang-orang yang Rose ramal. Yang itu artinya, Thee bukan satu-satunya tersangka.


Begitu Thee keluar dari ruang interogasi, dia sontak diomeli Ti yang kesal bukan main. Dia jadi tersangka pelempar batu tokonya Rose saja sudah cukup buruk, sekarang malah dituduh tersangka pembunuhan. Bagaimana caranya untuk menutupi beritanya ini?!

"Kalau kau tidak bisa menutupinya, yah jangan dilakukan, P'Ti. Aku bukan penjahat. Suatu hari kebenarannya pasti akan terungkap."

"Kapan itu akan terjadi? Sebelum masalah ini selesai, image-mu akan hancur lebur, tahu nggak?!"

"Err... P'. Sebelum ini juga image-nya dia kurang baik." Timbrung Chang.

Tidak usah terlalu khawatir. Polisi pasti akan menangkap pelakunya. Chang juga pasti akan membantu. Bahkan sekalipun Auay punya orang kuat yang mendukungnya, jika dia memang bersalah, Chang tidak akan melepaskannya.

Mereka hendak pergi bertepatan dengan Rose dan Paul yang juga baru keluar. Paul langsung emosi menuduh Thee dibebaskan hanya karena dia punya teman polisi.

"Apa hubungannya sama temanku? Aku tidak melakuka kesalahan apapun, makanya polisi tidak punya bukti melawanku."

"Bahkan sekalipun bukan kau yang menenggelamkan Rose, bukan berarti kau tidak bersekongkol dengan pelakunya. Kau mungkin mengaturnya seperti itu untuk menghindari kecurigaan lalu pura-pura membantu Rose. Sama seperti saat kau membius Rose di toko."

"Imajinasimu sama persis seperti pacarmu. Kalian memang sama." Nyinyir Thee. "Daripada menghabiskan waktu untuk mencurigaiku yang sudah menyelamatkan pacarmu dua kali, lebih baik kau membantu pacarmu untuk memikirkan dirinya yang bermulut besar dalam meramal sehingga membuat orang ingin membunuhnya."

"Aku tidak bermulut besar dan aku tidak pernah meramal siapapun selama 5 tahun terakhir. Kali ini aku dipaksa untuk meramal lagi."


Berarti bukan cuma Thee tersangkanya. Masih ada 5 orang lain. Sebaiknya Rose coret namanya dan habiskan waktunya untuk menemukan bukti tentang penjahat aslinya.

Tentu saja, Rose pasti akan melakukan itu. Sebaiknya Thee hati-hati saja. Jika dia menemukan bukti, maka seorang superstar seperti dia pasti akan masuk penjara.

"Itu menarik. Aku belum pernah memerankan peran itu, menjadi penjahat yang dipenjara. Iya kan, P'Ti?" Sinis Thee lalu pergi.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments