Sinopsis My Secret Bride Episode 12 - 3

Ibu sedang memasak untuk para pelayat saat Rut dan Suam baru datang. Suk sontak menggoda penampilan Suam yang hari ini kelihatan anggun pakai gaun warna hitam. Nat yang sudah akrab dengan Rut, langsung lari memeluk Rut. Kenapa Ibu membawa Nat kemari?


"Di rumah panas. Aku kasihan padanya."

Mendengar itu, Rut langsung menawari Ibu untuk pasang AC saja di rumah, biar Rut yang mengurus segalanya. Terang saja para tetangga langsung heboh menggoda mereka. Ibu pun langsung membangga-banggakan menantu kesayangannya itu.

Suk memperhatikan sepertinya Rut sayang banget sama Nat, apa mereka berdua tidak berpikir untuk memiliki anak sendiri? Ibu langsung setuju, mereka sudah kebanyakan main, kapan mereka akan punya bayi?

"Bu! Apaan sih?!" Suam malu.

"Tidak perlu malu. Ke mana kalian pergi waktu itu? Kenapa tidak memberitahu kami? Kau membawa Suam ke mana, Khun Rut?"

"Suan Phueng."


PRANG! Tutup panci yang dipegang Ibu terjatuh seketika. Entah kenapa dia shock mendengar nama tempat itu. Terang saja semua orang heran dan kebingungan, Ibu kenapa? Ibu tampak pucat, apa Ibu mau istriahat?

Ibu canggung menyangkal dan buru-buru menormalkan sikapnya. Tapi Suk jelas curiga. Dia sengaja mengusir Suam dengan menyuruhnya untuk keluar bersama Rut untuk menjamu para tamu polisi.


Suk sadar dia tidak akan bisa mendapatkan jawaban apapun dari Ibu. Maka saat Oil datang, Suk langsung mendekatinya. Dia berbasa-basi sebentar sebelum kemudian memberitahu Oil bahwa ibunya tadi terlihat pucat banget sampai hampir pingsan.

Heran dia, biasanya Ibunya Oil itu sangat kuat. Tapi waktu mendengar Rut dan Suam pergi ke Suan Phueng, wajah Ibu langsung memucat. Bahkan Oil pun langsung kaget saat mendengar nama tempat itu.

Tapi berbeda dengan Ibu yang langsung menutup diri, Oil dengan polosnya memberitahu Suk tentang alasan Ibu bereaksi seperti itu.


Tak lama kemudian, Suk memberitahu para rekan kurcacinya tentang apa yang didengarnya dari Oil tadi. Bahwa dulu sebelum Suam lahir, mereka sebenarnya tinggal di Suan Phueng. Mereka baru pindah kemari setelah dia melahirkan Suam.

Kelihatannya informasi itu memang tidak ada yang aneh. Tapi yang membuatnya jadi aneh adalah reaksi Ibu. Kenapa Ibunya Suam menyuruh Oil untuk tidak memberitahu Suam bahwa mereka dulu pernah tinggal di Suan Phueng?

Ibu bahkan marah bisa ada orang yang membahas hal itu. Karena itulah, Suk menduga kalau Ibunya Suam punya rahasia di tempat itu sebelum mereka pindah kemari.

"Apa mungkin Ibunya Suam punya mantan di tempat itu?" Duga Songkram.

Suam sontak kesal mendengar tuduhannya. Tapi Songkram serius. Coba pikirkan, bukankah Suam tidak yakin kalau Kob adalah ayah kandungnya? Hal yang disembunyikan Ibunya Suam, mungkin saja ada hubungannya dengan masalah ini. Hmm... benar juga.


Usai dari pemakaman, Suam begadang untuk mengerjakan skripsinya. Rut turun tak lama kemudian. Tapi Suam canggung banget sama dia dan langsung mengalihkan pandangannya.

Rut pun tak mengatakan apapun dan langsung ke dapur. Dan saat dia selesai, tiba-tiba dia menyodorkan sandwich buatannya sendiri untuk Suam.

"Buat aku?" Tanya Suam.

"Masa buat kucing?"

"Jawab iya aja, napa sih?"

"Mau kubantu? Sini, kau sudah sampai mana?"


Rut langsung mengambil alih buku-bukunya dan laptopnya, biar dia yang mengetik, Suam makan saja. Suam begitu terpana padanya hingga dia langsung memohon pada Rut untuk jadi suami sungguhannya. Inilah satu-satunya keuntungan punya suami di saat seperti ini. Tapi Rut hanya tersenyum tanpa menjawabnya.

"Aku akan mengingat momen ini. Jika di masa depan hidupku buruk, aku akan menggunakan saat ini untuk menggantikan sisa hidupku."

"Bagaimana?"

"Setelah kita berpisah dan aku tidak bertemu suami yang sebaik dirimu."


Rut benar-benar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Seharusnya dia tidak memiliki pandangan kehidupan seperti ini. Satu-satunya kehidupan pasutri yang pernah dia saksikan adalah ayah dan ibunya yang tidak pernah sekalipun bicara baik-baik pada satu sama lain. Entah bagaimana dia dan Oil bisa lahir dari kedua orang itu?

"Jangan menilai dari apa yang kau lihat, Suam. Mungkin ada banyak sisi yang tidak kau ketahui."

"Maksudmu ada sisi baik dari kedua orang itu? Tidak ada! Alangkah bagusnya seandainya ibuku bertemu seseorang yang mencintainya dan bisa menjaganya."

Mendengar itu, Rut langsung mengusap lembut kepala Suam dan berusaha menghiburnya. Tapi ujung-ujungnya itu malah membuat mereka berdua jadi canggung pada satu sama lain.


Kob mabuk dan tidur nyenyak setelah menyiksa Ibu. Tapi Ibu hanya bisa menangis dalam diam, apalagi saat dia teringat Suam dan Rut pergi ke Suan Phueng. Sebuah tempat yang mengingatkannya akan masa mudanya yang indah bersama seorang pria yang jelas bukan Kob, melainkan pria yang sekarang menjadi roh yang selalu muncul di hadapan Suam. (Diakah ayah kandungnya Suam?)

Tanpa Ibu ketahui, roh itu sebenarnya ada di sisinya. Tapi roh itu tak berdaya dan hanya bisa melihat Ibu dengan sedih.


Pada saat yang bersamaan, Damkerng sudah mendapatkan hasil tes DNA Suam dengan Kob yang kontan membuat semua orang tercengang, karena seperti yang sudah bisa diduga, Kob BUKAN ayah kandungnya Suam.

Tapi kalau begitu, Siapa ayah kandungnya Suam? Dan kenapa Ibunya Suam berusaha keras menyembunyikan masalah ini?

"Menurutku pertanyaan yang paling tepat adalah... Siapa sebenarnya Nai Praikob?" Ujar Songkram.

Mendengar itu, Thuan langsung menunjukkan copy sebuah KTP model lawas. Suk tercengang melihatnya. Nama di KTP itu Prakob, tapi wajahnya bukan Kob. Walaupun fotonya agak kurang jelas, tapi jelas dia adalah roh yang selalu mengikuti Suam. (Terus Kob yang selama ini ngaku2 bapaknya Suam tuh siapa?)


Hari ini adalah hari peringatan Kakeknya Rut. Walaupun tidak mengakuinya secara langsung, tapi jelas dari omongan Direk bahwa dia iri dengan Ayahnya Rut yang dulu selalu menjadi anak kesayangan ayah dan ibu mereka. Kakek bahkan meminta abu mereka diletakkan bersama saking sayangnya dia dengan putra tertuanya.

Dulu Kakek ingin salah satu putranya jadi pegawai pemerintahan. Tapi Ayahnya Rut tak pernah mau, jadi Direk-lah yang akhirnya menjadi polisi. Tapi biarpun begitu, Direk tetap tak pernah menjadi putra kesayangan Kakek.

Rut jadi penasaran, apa sebenarnya cita-cita Direk seandainya dia tidak menuruti keinginan Kakek? Direk mengaku tak tahu, dia hanya mengikuti alur.

Dia lalu cepat-cepat mengalihkan topik, menyuruh Rut pergi ke pemakaman Letnan Kom sekarang karena hari ini adalah upacara kremasi Letnan Kom.


Tapi begitu Rut pergi, wajah Direk yang semula ramah penuh senyum hanget, seketika berubah menjadi penuh kebencian dan dendam. Alih-alih memberikan penghormatan dengan benar pada mendiang, Direk malah menyiram abu ayahnya dan abu kakaknya dengan kasar.


Sementara para tetangga sibuk mempersiapkan upacara kremasi, Sersan yang paling tua berusaha menyemangati Deputi dan Inspektur yang tampak melamun sedih.

Letnan Cha benar-benar merasa miris melihat sedikitnya orang yang datang. Semasa hidup, manusia biasanya punya banyak teman. Tapi setelah mati, tidak banyak orang yang peduli.

"Saat ayah dan ibuku meninggal dunia, aku duniaku serasa berhenti berputar. Dan aku juga berpikir bahwa dunia orang lain juga akan berhenti berputar. Tapi ternyata tidak. Hanya duniaku sendiri yang berhenti berputar." Ujar Rut.

Padet bisa mengerti perasaannya. Dia juga merasakan hal yang sama saat ayahnya meninggal dunia. Semakin tua, kita semakin sadar bahwa kita dilahirkan sendiri, mati pun juga sendiri.


Sersan Dan mendadak mau ikut-ikutan merenung tentang ayah dan ibunya yang sudah meninggal... sampai saat Letnan Cha mendadak menghentikannya dan mengingatkan kalau ayah dan ibunya Sersan Dan belum mati. Wkwkwk!

Kalau begitu, Sersan Dan mau tanya. Apa benar rumor yang mengatakan bahwa Letnan Kom adalah orangnya Sia Ha? Tapi Rut hanya menjawabnya dengan diam lalu bergegas ke toilet untuk menenangkan diri.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments