Sinopsis My Secret Bride Episode 17 - 3

Padet dan Rut mendadak saling bersitatap sengit. Rut masih tidak terima dengan hinaan Padet yang kemarin, Padet menuduhnya polisi yang punya koneksi. Padet harus minta maaf padanya.


Padet tidak mau, itu kan karena Padet belum mengetahui alasan Rut waktu itu. Jadi tidak perlu minta maaf. Ujung-ujungnya mereka jadi otot-ototan kayak anak kecil sampai Thuan harus membentak mereka. Masalah pribadi mereka, diselesaikan nanti saja.


Bagaimana dengan masalah video itu? Apa di ruang rahasia itu cuma ada satu CCTV? Rut yakin ruangan semacam itu seharusnya tidak ada CCTV-nya, pasti kamera itu diinstal hanya untuk tujuan ini. Berarti tidak ada bukti yang bisa membuktikan Rut tidak bersalah.

"Tapi video itu belum berakhir. Kalau ada video lanjutannya, kita bisa melihat Cuchai ditembak dari arah lain. Itu bisa membuktikan ada orang lain di dalam ruangan itu."

"Tapi tetap saja wajah mereka tidak akan kelihatan. Bagaimana bisa itu digunakan sebagai bukti? Para saksi juga orang-orangnya mereka."

Damkerng menyimpulkan, Rut tidak akan bisa melarikan diri. Thuan berkata bahwa satu-satunya cara agar Rut terbebas dari tuduhan itu hanya dengan cara menangkap Sia Ha. Misi mereka harus sukses. Dateline mereka hari senin. Apa Sia Ha akan membiarkan Rut mengatur segalanya?


Rut yakin Sia Ha hanya sedang mengujinya, segalanya mungkin akan dikontrol oleh Bpenneung. Padet penasaran apakah Su juga mengetahui masalah ini?

"Su tidak pernah menghadiri meeting. Sepertinya dia tidak ingin terlibat dengan masalah ayahnya. Dan lagi, Sia Ha juga tidak mempercayainya. Dia bilang putrinya lemah."

Suam sontak cemburu mendengarnya. Selain pernah dibawa masuk ke ruang penyiksaan, Rut ternyata pernah dibawa masuk untuk melihat bisnisnya Sia Ha. Rut memberitahu bahwa bisnis gelapnya Sia Ha bukan cuma obat-obatan terlarang, tapi juga menjual para wanita ke pasar gelap. Beberapa dipekerjakan untuk melayani klien. Beberapa lainnya mungkin dikirim untuk dijual organnya.

Sia Ha mengklaim kalau dia melakukan semua itu untuk membebaskan mereka dari segala penderitaan hidup mereka. Dan wajahnya bahkan tidak tampak bersalah sedikitpun.


"Orang yang tega membunuh ibunya sendiri, mungkin tidak akan merasa bersalah." Ujar Thuan.

Hah? Thuan mengaku bahwa dari hasil penyelidikannya, dia yakin Sia Ha-lah yang membunuh ibunya sendiri dengan racun. Dan dialah orang pertama yang Sia Ha bunuh.

Istrinya Sia Ha juga meninggal setelah melahirkan putrinya, tapi Sia Ha menolak diadakan otopsi dengan alasan dia kasihan pada putri mereka. Dan Cuchai, setelah mengetahui dia sakit parah, Sia Ha langsung membunuhnya. Sia Ha memang meyakini dirinya adalah orang yang membebaskan penderitaan semua orang.

Rut menyarankan Thuan untuk berhati-hati juga. Apalagi setelah Sia Ha tahu bahwa bukan dia orang yang masuk ke dalam kamar persembunyian Uu, Sia Ha langsung menanyakan tentang Thuan pada Direk.


Sekarang saatnya Rut untuk bersembunyi dulu, Thuan akan berusaha menunda surat penangkapannya Rut. Tapi Sia Ha juga pasti punya caranya sendiri untuk memastikan Rut tidak akan dipenjara. Tapi, apa yang akan Rut lakukan terkait Suam?

"Aku akan membawanya bersamaku."

"Siapa juga yang mau pergi, aku tidak mau pergi."

"Masa kau akan membiarkannya pergi sendirian? Kau tidak mengkhawatirkannya?"

Canggung, Suam beralasan kalau dia tidak bisa pergi karena dia tidak bawa baju ganti. Tapi Suk malah berkata kalau dia sudah menyiapkan segalanya di mobil. Suam pergi sajalah, tidak usah pura-pura tidak mau. Mereka langsung pergi meninggalkan kedua sejoli itu berduaan. Suam kesal.


"Kau masih belum berhenti marah padaku? Apa lagi yang belum kau pahami?"

"Apa lagi yang perlu kupahami?"

"Memahami bahwa aku mencintaimu."

"Tidak perlu bicara begitu, aku melihat Su keluar dari kamarmu... Hah? Kau bilang apa barusan?"

"Aku mencintaimu." Ucap Rut tepat saat Damkerng keluar dan langsung penasaran dengan percakapan mereka. Siapa yang mencintai siapa?

"Kalian masih belum pergi juga? Aku mau ke indoapril, ada yang mau nitip?"


Tapi baik Rut maupun Suam terlalu tenggelam dalam dunia mereka sendiri dan mengabaikan Damkerng. Damkerng pun pergi. Rut menjelaskan Su hanya mencoba pakaiannya, Su bilang kalau dia mau membuat baju untuknya, makanya Rut membiarkannya biar Su tidak curiga.

"Aku tahu kau marah, maaf."

"Aku marah. Sangat marah."

"Aku terpaksa harus berbohong karena aku tidak mau kau berada dalam bahaya karena pekerjaanku."

"Aku mengkhawatirkanmu."

Terharu, Rut langsung mengambil tangan Suam dan mengecupnya... Tepat saat Chana dan Songkram mendadak muncul. Iiiish! Suam sebal, siapa lagi yang mau ganggu? Ah, sudahlah. Ayo pergi saja. Songkram dan Chana geli mendengarnya dan sontak menggodai mereka. Semoga berhasil, yah.


Suk melihat postingan medsosnya Su yang sekarang berangkat ke Perancis dengan alasan mencari inspirasi. Suk sinis, jelas-jelas dia pergi hanya untuk membuktikan dirinya tidak terlibat dengan bisnis ayahnya.

"Kenapa kau marah, Jae?"

"Aku juga pingin pergi ke Perancis."

"Kau iri?"

"He-eh."

Padet penasaran apa yang akan Thuan lakukan terkait Sia Ha yang sedang mencari Thuan. Mungkin sebentar lagi orang-orang itu akan menemukan mereka.

"Sebentar lagi? Siapa yang tahu kalau mereka sudah menemukan kita sekarang."

 

Benar saja. Tak lama kemudian, para anak buahnya Sia Ha datang dan menyerbu ke motel. Sia Ha pun memerintahkan Bpenneung untuk membunuh semuanya.

Tapi alangkah kagetnya mereka saat mereka tiba di markasnya Snow White tapi malah mendapati tempat itu kosong melompong. Benar-benar tidak ada apa-apa, semuanya sudah dibersihkan dengan sempurna seolah tak pernah ada apa-apa di sana.

Terang saja semua orang jadi panik berusaha mencari orang-orang itu ke seluruh motel, tapi tetap saja mereka tak bisa menemukan siapapun atau apapun.

Mereka bahkan tidak mencurigai si penyapu jalan dan si tukang ojek yang mondar-mandir di sekitar mereka sebenarnya adalah Songkram dan Damkerng. Sia Ha jelas kesal saat mengetahui itu.

 

Suk ngumpul bersama para warga Suksumrarn dan mengumumkan bahwa dia akan menutup warungnya akhir bulan ini dengan alasan dia mau jualan online. Dia mau jualan sabun, dia akan menamai tokonya Suk Soap. Tapi dia akan tetap berada di sekitar sini kok, dia tidak akan ke mana-mana.

Ngomong-ngomong tentang memulai dari awal kembali, Way mengaku kalau dia sedang stres. Dia bingung harus kerja apa. Waew menyarankannya untuk jadi MUA saja, dia kan pintar dandan. Way tidak mau. Dia harus jadi MUA hanya karena dia banci? Tidak semua banci suka makeup.

"Terus kau mau jadi apa, E-Way?" Tanya Sersan.

"Aku berpikir untuk jadi polisi."

Hah? Letnan dan Sersan kaget mendengarnya. Way kecewa melihat kekagetan mereka. Kenapa? Memangnya banci tidak boleh jadi polisi? Biarpun sekarang ini banci tidak bisa jadi polisi, tapi Way yakin di masa depan nanti pasti akan ada cara bagi banci untuk menjadi polisi.

 

Nenek Dukun menyarankannya untuk kembali jadi pria sejati saja. Tapi Way mengingatkan Nenek Dukun bahwa menjadi banci itu bukan semacam penyakit yang cuma perlu dikasih paracetamol lalu langsung sembuh.

Way bangga dengan menjadi dirinya sendiri. "Kita harus menjadi seperti bagaimana kita melihat diri kita di cermin. Aku menghormati diriku sendiri dan aku akan menjadi banci terbaik."

Semua orang sontak bertepuk tangan untuknya. Tepat saat itu juga, Ibunya Suam datang mencari putrinya. Sejak dia keluar dari rumah sakit, tuh anak menghilang entah ke mana.

Dia selalu saja pergi tanpa memberitahu ibunya. Apa Suk tahu di mana Suam? Uhuk-uhuk! Suk hampir tersedak saking kagetnya. Untung saja tak ada seorangpun yang mencurigainya.


Rut dan Suam tidur berpelukan di vilanya Rut. Suam sudah ngantuk, tapi dia tetap bertahan cuma gara-gara mereka belum ngobrol. Rut membujuknya untuk tidur saja, mereka bisa ngobrol besok. Lagi pula Suam juga baru keluar dari rumah sakit, dia harus banyak istirahat.

"Kenapa kau tidak menjengukku di rumah sakit? Dasar kejam."

"Aku menjengukmu. Bagaimana mungkin aku tidak menjengukmu."

Tapi Suam sudah tertidur nyenyak saat itu dan tidak mendengarnya. Rut dengan lembut menyelipkan kembali cincin kawin mereka ke jari Suam dan mengecupnya.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments