Sinopsis My Secret Bride Episode 17 - 2

Bpenneung termenung menatap kantor kosongnya Cuchai saat tiba-tiba dia ditelepon mantan istrinya. Ternyata Pa sekarang menasbihkan dirinya di kuil demi arwah mendiang putra mereka.


Setiap malam dia tidak bisa tidur dan terbayang-bayang wajah putra mereka. Dia jadi berpikir kalau putra mereka belum bereinkarnasi dan masih menderita, makanya dia melakukan ini.

"Pa, aku yakin putra kita sudah beristirahat dengan tenang."

"Putra kita bunuh diri, bagaimana mungkin dia tenang? Jangan menghiburku seperti orang lain. Itu tidak akan bisa membantuku."

Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk putra mereka adalah melakukan derma dan mengirimnya untuk putra mereka. Seiring berjalannya waktu, orang-orang akan melupakan putra mereka. Hanya mereka berdua yang akan mengingatnya.

"Jika kita... jika aku tidak melakukan ini, lalu siapa yang akan melakukannya untuk putra kita?"

"Aku memang ayah yang tidak berguna."


"Belum terlambat. Aku meminta bertemu denganmu hari ini adalah untuk mengucap selamat tinggal padamu untuk yang terakhir kali."

Dan untuk yang terakhir kalinya, dia memohon pada Bpenneung untuk kembali menjadi Bpenneung yang dulu. Bisakah? Bpenneung berkaca-kaca mendengarnya. Tapi dia sudah sejauh ini, dia bahkan tidak tahu dari mana dia harus mulai?

Mendengar itu, Pa langsung menggenggam tangannya dan berkata bahwa jika Bpenneung tidak tahu harus mulai dari mana, maka Pa hanya berharap Bpenneung akan melakukan hal yang benar. Itu saja sudah cukup.

"Aku memintamu melakukannya bukan untukku, tapi demi putra kita."


Suam keluar dari rumah sakit hari ini. Berkat nasihat ayahnya dalam mimpinya waktu itu, Suam akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumahnya Rut.

Kebetulan Teerak baru pulang belanja dan langsung senang melihat Suam sudah sehat kembali. Syukurlah. Dia langsung mengajak Suam masuk, Rut pasti senang melihatnya lagi.

Tapi begitu masuk, dia malah melihat Su baru turun dari kamarnya Rut dengan hanya mengenakan kemejanya Rut. Su bahkan mengklaim bahwa Rut sedang 'kecapekan' sekarang.

Bahkan begitu Rut turun, Su langsung menggandeng mesra tangannya. Rut pun menyambutnya dengan dingin menanyakan kenapa Suam datang. Suam patah hati sampai dia tidak sanggup mengucap apapun.

Teerak cepat-cepat membantunya dengan mengklaim kalau Suam datang hanya untuk mengambil sesuatu darinya lalu bergegas mengantarkan Suam keluar. Su puas banget, sementara Rut berusaha keras menahan emosinya hanya karena ada Su.


Malam harinya, Suam masih termenung sedih dan kesal saat Thuan meneleponnya dan menyuruhnya untuk datang ke markas besok.

Keesokan harinya, dia pergi ke markas dengan naik taksi. Dia minta diturunkan di depan motel, tapi anehnya, si supir taksi malah terus melaju masuk yang jelas saja membuat Suam bingung dan sontak teriak-teriak minta berhenti.

Tapi si supir taksi terus mengabaikannya, Suam jadi tambah heboh merutuki si supir hingga akhirnya taksi itu berhenti di salah satu parkiran kamar.


"Kau datang kemari karena kau ingin diperk~~a?" Sinis si supir taksi yang ternyata Rut yang menyamar.

"Bahkan sekalipun aku ingin, aku tidak ingin melakukannya denganmu! Penjahat! Anjing! Rendahan! Mati saja kau dan biarkan cacing menggerogoti tengkorakmu!"

"Kau kasar banget."

"Ai Khun Rut!"

"Kalau sudah pakai Ai tidak usah pakai Khun." (Ai panggilan kasar untuk pria, sedangkan Khun panggilan sopan)

"Apa masalahnya? Menyamar jadi supir taksi. Kau pikir bisa membodohiku?"

"Kau sudah tahu?"

"Ya ampun. Aku sudah gila kalau sampai aku tidak tahu. Selama 3 bulan kita hampir bercinta, aku bahkan bisa mengenali kupingmu."

"Kalau mengenaliku, lalu kenapa kau memarahiku?"

"Karena aku ingin, muka cacing!"


Suam mau pergi, tapi Rut tiba-tiba menyeretnya paksa ke dalam kamar. Dia mencoba membujuknya untuk duduk di ranjang bersamanya, tapi Suam kesal menolak. Rut minta saja sama pacarnya itu.

"Aku sedang memintanya sekarang."

"Maksudku, pacarmu yang ganti baju di rumahmu!"

"Kemarilah, Suam. Kita bicara dulu."

Suam ngotot menolak dan mau pergi. Rut sontak membantingnya ke ranjang dan jadilah mereka bergulat dengan ganas. Suam berusaha melawannya habis-habisan sekuat tenaga sampai Rut hampir saja kewalahan menghadapinya.

 

Tapi pada akhirnya Suam kalah tenaga dan Rut berhasil menguncinya pergerakannya. Suasana di antara mereka seketika berubah. Rut langsung mendekat untuk menciumnya, Suam pun menutup mata... saat Snow White cs mendadak muncul menyela mereka bak sekumpulan polisi yang menangkap basah penjahat yang sedang beraksi.

Suam sontak panik melepaskan diri dari Rut dan berusaha meyakinkan Thuan bahwa dia tidak memberitahu apa-apa ke Rut. Tapi yang tak disangkanya, Rut tiba-tiba menyapa Thuan dengan hormat. Hah?

Suam bingung. "Kau kenal Paman Thuan?"

"Kau mudah disenangkan yah? Kami hampir saja tidak datang tepat waktu." Sindir Thuan sebelum kemudian ganti mengomeli Rut. "Kerja dulu. Yang lainnya nanti saja."

 

Tak lama kemudian, Thuan mengejutkan semua orang dengan memperkenalkan Rut sebagai kurcaci ketujuh - Grumpy. Maaf karena merahasiakan masalah ini cukup lama.

"Mata-matanya mata-mata benar-benar sangat rahasia."

"Tapi kenapa dirahasiakan?" Tuntut Padet.

Thuan menjelaskan bahwa Rut hanya ingin yakin dulu kalau dia bisa mendekati Sia Ha tanpa dicurigai. Makanya dia merahasiakannya dulu, terutama dari Suam. Takutnya dia malah tidak menyembunyikannya dengan baik. Suam tersinggung, kenapa mereka meragukannya?

"Kenapa kau tidak tanya apakah selama ini kau bekerja dengan baik?"

"Deputi, kau sudah tahu tentang Suam selama ini?"


Rut mengaku bahwa sebenarnya dia tak sengaja mengetahui keberadaan alat sadap mereka sejak pertama kali Suam memasangnya. Damkerng heran mendengarnya. Kalau Rut tahu sejak awal, lalu kenapa Rut masih mempertahankan Suam?

"Menyenangkan, buat main."

"Hei, Khun!"

Rut mengaku awalnya dia tidak tahu Suam bekerja pada siapa. Awalnya dia curiga kalau Suam adalah mata-matanya Sia Ha. Tapi sejak dia mengetahui keponakannya Suam pernah dipaksa untuk mengemis, dia langsung tahu kalau Suam bukan orangnya Sia Ha.

Tapi dia tetap tidak tahu Suam bekerja pada siapa... hingga pada malam itu, saat dia dan Suam bertengkar hebat sehingga Suam lupa mengambil laptopnya.


Setelah berkutat dengan skripsinya Suam, Rut mendapati satu aplikasi aneh di laptopnya Suam yang menarik perhatiannya, yang ternyata adalah aplikasi dinas rahasia mereka. Dari situlah dia tahu tentang mereka.

Hadeh! Thuan stres memikirkan mata-matanya yang paling ceroboh itu. Dia kan sudah memperingatkan Suam untuk tidak meninggalkan komputernya sembarangan. Jangan biarkan siapapun mengakses informasi mereka.

"Duh, Paman. Yang malam itu benar-benar terpaksa banget. Kalau aku balik untuk mengambil laptopku, aku mungkin akan kehilangan keperawananku."

Semua orang sontak tertawa mendengarnya. Rut mengaku bahwa pada pemakaman Letnan Komsak, dia tak sengaja bertemu seorang pensiunan polisi. Orang itulah yang memberitahunya tentang pamannya dan Thuan. Sejak saat itulah dia mulai menginvestigasi tentang Thuan.


Malam itu dia melihat mereka saat Thuan mengantarkan Suam pulang, makanya dia sengaja memancing Thuan dengan memberitahu Suam bahwa dia pergi ke rumah ayahnya, sehingga Thuan mengikutinya dan begitulah bagaimana mereka bertemu malam itu.

"Lalu sekarang kau yakin kau bisa mendekati Sia Ha?" Tanya Padet.

"Bagaimana dengan video yang viral itu? Apa yang akan kau lakukan dengan itu?" Tanya Suk.

Thuan mengaku bahwa dia dan Rut sebenarnya sudah menyetujui sesuatu, bahwa apapun yang akan terjadi mulai sekarang, itu akan dianggap sebagai bagian dari misi rahasia.

"Apa bisa berhasil, Paman? Kurasa sekarang kasus ini jadi semakin menakutkan."

"Sekarang sudah hampir berakhir. Hanya saja, bagaimana akhirnya itu bergantung pada kita semua."


"Aku juga, Paman?" Suam mendadak kepedean. "Tentu saja. Bagaimana bisa kalian meninggalkan E-Suam, iya kan?"

"Kau harus istirahat."

Pfft! Suam kecewa. Intinya mereka sudah hampir berhasil sekarang. Mereka sudah berhasil mengetahui jaringan si penyihir jahat. Mereka semua hebat, Thuan benar-benar berterima kasih pada mereka semua. Dia langsung bertepuk tangan memuji kerja keras mereka.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments