Pada saat yang bersamaan, Ibu tiba-tiba menendang seorang agen asuransi yang datang menawarkan asuransi kematian untuk putrinya. Jelas saja Ibu kesal, putrinya belum mati! Minggat, sana!
Si agen ketakutan meminta dan menjelaskan bahwa ada seseorang yang melapor tentang putrinya Ibu yang sekarat. Ibu jelas kesal, siapa orang kurang ajar itu?
"Aku." Ujar Da yang datang dengan angkuhnya bersama Su.
Suam kan belum bangun beberapa hari, berarti dia sudah mau mati. Da bahkan mau nyelonong masuk untuk melihat wajah orang yang sudah mau koit itu.
"Kalau kau melangkah satu langkah lagi saja, akan kutampar kau!" Ancam Suk.
Su mencoba bicara lebih manis dan menjelaskan kalau mereka cuma mau menjenguk Suam, dia juga minta maaf atas sikap kasar Da.
"Merebut suami orang jauh lebih kasar." Balas Suk.
"Sukurin! Dia pantas mendapatkannya!" Sinis Da.
"Hei!"
Su mengklaim kalau dia datang karena permintaan Rut, Rut juga khawatir. Dan juga, kalau mereka butuh bantuan biaya, bilang saja padanya.
"Bilang padanya untuk menyimpan uang itu untuk biaya kremasi sepupunya. Dengan kepribadian seperti ini, kurasa dia tidak akan bisa bertahan lama."
"Menjijikkan."
"Lebih baik daripada manusia berhati busuk sepertimu."
Oil mendadak muncul memberitahu mereka bahwa Suam sudah siuman. Da langsung mau masuk lagi, tapi Suk dengan cepat menghadangnya sambil sinis menyarankannya untuk cari pekerjaan. Dia kebanyakan nganggur, makanya dia jadi gila.
Dia bahkan langsung mengancam akan menuntut Da atas tuduhan pencemaran nama baik, pelecehan, pengancaman dan masuk tanpa izin... yang jika semuanya digabung, minimal mereka akan dipenjara 5 tahun. Bagaimana? Mau? Kesal, tapi terpaksalah kedua wanita rese itu pergi.
Setelah memeriksanya, Dokter memberitahu bahwa Suam baik-baik saja. Ibu dan Oil pun langsung memeluknya dengan penuh haru.
Sia Ha mengumpulkan semua kroninya di ruang penyiksaannya, bahkan Direk Rut pun turut diundang ke sana. Kedua anak buah Sia Ha kaget melihatnya mengundang Rut dan Direk masuk ke ruangan ini, apa Sia Ha begitu mempercayai mereka?
"Tidak juga. Tapi aku punya cara."
Begitu mereka masuk, Rut kaget melihat genangan darah di bawah kakinya. Cuchai sinis, itu cuma sedikit darah. Masa Rut tidak tahan melihat itu? Kalau begitu dia mati saja.
"Bagaimana, Rut? Jika kita tidak benar-benar dekat, maka kau tidak akan punya kesempatan untuk melangkah masuk ke ruangan ini."
Sia Ha mengklaim kalau dia mengumpulkan mereka di sini untuk minum-minum bersama karena ini adalah hari baik. Dia bahkan berkata kalau dia akan menyajikan sendiri minuman untuk mereka semua.
Tapi dia secara khusus memerintahkan Cuchai untuk duduk di sebelahnya Rut dengan alasan agar Cuchai bisa cepat akrab sama Rut. Cuchai jelas tak senang, tapi dia tak berani menolak perintahnya dan terpaksa duduk di sampingnya Rut. Sedangkan Direk disuruh duduk di sisi yang satunya.
Sambil menuang minuman-minumannya, Sia Ha mengucap terima kasih karena Rut sudah memberi mereka informasi tentang blokade jalan sehingga mereka bisa selamat. Sedangkan dia yang cari perkara (Cuchai)... lupakan saja.
Dia juga bersulang untuk Direk yang akan ikut dalam pemilu. "Kuharap kau tidak akan mengecewakanku."
Dia lalu memerintahkan Rut untuk mendekat dan mengambil sendiri minumannya, tapi dia juga menyuruh Rut untuk memberikan yang segelas lagi untuk Cuchai.
Mereka pun minum secara bersamaan. Tapi err... senyuman Sia Ha mencurigakan banget saat dia menatap Cuchai menghabiskan minumannya.
Di markas Snow White, Padet melapor bahwa belakangan ini Rut jarang ada di rumah. Kalaupun dia ada di rumah, Su selalu ada bersamanya. Padet jadi tidak bisa kontak dengannya sama sekali.
Sia Ha memberitahu bahwa dia akan mengirim barangnya lagi hari senin nanti. Tapi kali ini dia menyerahkan tugas penanggung jawab kepada Rut. Terang saja Cuchai sontak protes tak setuju. Tapi Sia Ha dengan ketus mengingatkan Cuchai bahwa dia bukan siapa-siapa dan memerintahkannya duduk kembali.
"Kenapa aku, Sia?" Tanya Rut.
"Cepat atau lambat, kau harus memulainya suatu hari nanti. Aku tidak suka bertele-tele. Aku akan memindahkan semua barang itu agar segalanya bersih sebelum pemilihan pamanmu. Anggap saja ini balas jasamu pada pamanmu."
"Tapi dia orang luar, Hia." Protes Bpenneung.
"Orang luar? Kau berpikir begitu, Bpenneung? Apa kau orang luar, Deputi?"
Sia Ha tiba-tiba menodong Rut dengan pistol dan menuntut jawaban. Apa sebenarnya tujuan Rut mendatanginya? Apa dia masih orang luar? Direk sontak cemas berusaha meminta Sia Ha untuk bicara baik-baik. Bagaimanapun, Rut adalah keponakannya.
Sia Ha tambah sinis mendengarnya. "Keponakanmu? Kau masih berani menyebut dirimu sendiri sebagai pamannya? Menyedihkan! Bagaimana kalau aku tembak saja dia dan membuang mayatnya biar dia menyusul ayahnya ke alam baka? Bukankah kau membenci kedua ayah dan anak itu?"
Rut shock mendengarnya. Direk pun langsung gugup dan canggung. Sementara Sia Ha terus ribut mengkritiki Direk tanpa henti, tak ada seorangpun yang menaruh perhatian pada Cuchai yang mulai terbatuk-batuk.
"Kau mengikuti, menjilat kakiku seperti ini adalah karena kau menginginkan posisi tinggi untuk dipamerkan ke ayahmu dengan harapan suatu hari ayahmu akan berbalik menyayangimu sebagaimana dia menyayangi kakakmu. Menjijikkan! Kau terlahir tanpa kualitas apapun dan kau masih ingin menjadi pemalas yang cemburu pada orang ini dan orang itu! Cih! Kau pikir bosmu akan mencintaimu sampai mati? Ayahmu tidak menyayangimu, kan? Ayahmu lebih menyayangi kakakmu. Nih, anak kakakmu ada di sini. Apa yang akan kau lakukan? Bagaimana kalau aku menembaknya saja dan membuang mayatnya biar seluruh warisannya jatuh ke tanganmu dan biar kau tidak perlu berpura-pura setiap hari?"
Cuchai mulai semakin lemah hingga akhirnya dia terjatuh tepat ke bawah kaki Rut dalam keadaan mulut berbusa dan kejang-kejang. OMG! Dia diracuni, sama persis seperti ramalannya Suam dulu. Tapi Sia Ha bahkan tak peduli sedikitpun dan terus menuntut jawaban Rut.
"Bagaimana kalau kau urus Cuchai dulu, Sia?"
"Tidak perlu. Dia akan mati. Ai-Chai, kau mengkhianatiku. Kapan kau akan memberitahuku kalau kau sekarat?"
Parahnya lagi, saat Cuchai masih belum mati juga, Sia Ha dengan dinginnya menembak kepala Cuchai lalu dengan cepat beralih topik ke urusan pengiriman barang hari senin nanti. Seperti yang sudah dia putuskan, Rut-lah yang akan mengawasi pengiriman barang itu, dan dia tidak boleh menolak.
Dan baru setelah Rut dan Direk pergi, Sia Ha menangisi kematian Cuchai (Bah! Orang aneh). Saat dia Bpenneung menuntut kenapa Sia Ha membunuh Cuchai, Sia Ha mengklaim kalau dia kasihan sama Cuchai.
Cuchai sekarat, dia akan semakin menderita kalau hidup lebih lama, jadi lebih baik mengakhiri hidupnya biar dia tidak menderita terus.
"Tapi dia bisa disembuhkan, apa harus sampai membunuhnya, Hia? Ai-Chai sangat menyayangimu."
"Aku juga sangat menyayanginya! Dalam hidupku hanya dia seorang yang sangat setia padaku. Aku tidak tahan melihatnya menderita terus menerus. Kenapa? Kau takut? Aku bahkan tega membunuh Ai-Chai, kau takut kalau suatu hari aku akan membunuhmu juga? Apa yang perlu kau takutkan? Kau masih sehat. Aku tidak akan mencampakkanmu."
Apa yang diketahuinya hari ini membuat Rut jadi marah pada Direk hingga dia tidak mau mendengarkan apapun yang ingin Direk jelaskan.
"Rut. Jika kau mundur sekarang, kau masih bisa melakukannya. Jangan mengambil jalan ini."
Mereka tak sadar ada Thuan yang mengintip mereka dari kejauhan, teringat masa lalunya bersama Direk saat mereka menangani kasus Kunwei.
Flashback.
Terlepas dari kemarahannya pada Direk karena mendadak ganti target, tapi pada akhirnya dia tetap berbaik hati membantu Direk. Pada malam kejadian itu, mereka berdua menyamar ke dalam markasnya Kunwei. Tapi mereka dengan cepat ketahuan sehingga perang pun tak terelakkan. Namun biarpun mereka kalah jumlah, tapi kedua partner itu tak terkalahkan dan berhasil meringkus gembong narkoba itu dengan mudah.
Begitu para reporter datang, Direk sontak jadi bintang utama dalam konferensi pers. Dia mengklaim bahwa mereka sudah mengejar kelompok kriminal ini selama satu tahun.
Thuan cuma bisa diam mendengarkan segala kebohongan Direk. Setelah Kunwei dibawa pergi, Thuan baru mengonfrontasinya, dia sungguh tidak mengerti kenapa Direk malah menangkap Kunwei padahal jelas-jelas bukan Kunwei yang mereka target selama ini. Kenapa Direk malah melepaskan Sia Ha?
Direk seperti biasanya, berkilah dengan alasan bahwa Kunwei juga penjahat yang wajib ditangkap. Thuan jelas tak percaya alasannya cuma itu dan seketika itu pula dia langsung mengerti wajah asli Direk.
Flashback end.
Mengabaikan saran Direk, Rut dengan sinis meminta maaf pada Direk. Maaf karena dia tidak mati bersama kedua orang tuanya. Maaf karena dia malah selamat dari kecelakaan itu.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam