Aik akhirnya bisa datang ke rumah sakit malam harinya. Tapi dokter malah memberitahu bahwa jam besuk sudah lewat. Dia berusaha menjelaskan bahwa dia adalah pengacara si pasien tapi malah diberitahu bahwa barusan ada polisi yang datang. Hah?
Dan polisi yang dimaksudnya itu ternyata Rut yang cuma berdiri di depan ruang ICU tempat Suam dirawat. Aik jelas heran melihatnya ada di sini. Dia kira Rut tidak akan datang. Apa dia masih merindukan mantan istrinya?
"Orang sepertimu punya hak apa untuk menanyakan itu padaku?" Sinis Rut.
"Suam bersamaku jauh lebih lama daripada denganmu. Hubungan kami tidak akan bisa dihancurkan. Biarpun sekarang aku terlihat buruk karena aku sudah punya istri, tapi aku tidak pernah menyewa Suam untuk melakukan apapun demi keuntunganku sendiri lalu membuangnya begitu saja setelah selesai." Balas Aik.
"Kalau kau tidak tahu apapun tentang aku, kau tidak punya hak bicara begini."
"Kau bicara seperti para penjahat di pengadilan saat mereka meminta belas kasihan."
Rut mau pergi, tapi Aik ngotot mengajaknya untuk ngobrol. Mari ngobrol dengan baik-baik, dia ingin memperjelas segalanya. Jadi kesimpulannya, Rut sekarang memilih Su? Rut balas menanyakan pertanyaan itu ke Aik, siapa yang sekarang akan Aik pilih?
"Aku sudah memilih. Darika. Pria seperti kita. Jika kita tidak cinta, kita tidak mungkin mau menikahi mereka. Seharusnya kau tahu itu dengan baik. Kenapa? Kau tidak percaya?"
"Kau bilang kau mencintai Khun Da, tapi perbuatanmu menunjukkan kebalikan dari mulutmu."
"Tak peduli seberapa besar keinginanku untuk tidak setia, tapi Suam tetap tidak mau. Dia tidak mau membuat dirinya jadi semakin rendah. Satu-satunya cara yang membuatnya jadi merasa semakin rendah adalah dibuang oleh orang-orang seperti kita."
"Maksudmu Khun Da?"
"Maksudku kau! Jadi kesimpulannya kau memilih Suchawadee?"
Rut diam saja, tidak mengiyakan tapi juga tidak membantah. Kalau begitu, Aik akan menganggap Rut mengakuinya. Tapi rasanya sungguh sulit dipercaya, orang seperti Rut akan memilih orang seperti Su.
Kalau begitu, mulai sekarang Aik-lah yang akan mengurus Suam. Bagaimana? Rut sontak bangkit dengan penuh emosi. Tapi dia berusaha keras menahan diri dan cuma bilang terserah lalu berbalik pergi.
Tapi saat dia kembali ke mobilnya, tiba-tiba Bpenneung ada di sana entah sejak kapan dan langsung menyindirnya. Katanya Rut sudah tidak peduli lagi dengan mantan istrinya? Apa yang sebenarnya Rut inginkan?
Kaget, tapi Rut tak gentar. "Bukankah sudah jelas?"
"Jelas kau memiliki motif tersembunyi."
"Saat pamanku bergabung, pernahkah siapapun mencurigainya seperti ini?"
"Kau beda dari pamanmu."
"Kau mengenalku sebaik itu?"
"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, jangan masuk ke dunia ini. Kau juga sudah melihatnya sendiri. Begitu kau masuk, kau tidak akan punya siapapun lagi."
"Apa aku terlihat seperti seseorang yang memiliki sebuah keluarga yang hangat? Satu-satunya keluarga yang kumiliki, bekerja untuk Sia. Jadi kenapa aku tidak boleh melakukannya juga?"
"Satu-satunya keluarga yang kau miliki, bukankah dia yang sekarang terbaring sakit di rumah sakit ini?"
Rut sontak membeku tak berani menjawabnya. Tapi baiklah, jika Rut sudah membuat keputusan, Bpenneung tidak akan menghentikannya. Bagaimanapun, Bppeneung menghormati Rut karena Rut pernah membantunya mencari kebenaran atas kematian putranya.
Tapi jika Rut masih bersikeras seperti ini, maka Bpenneung akan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan terhadap Rut. Dia lalu keluar dan menghilang dengan cepat bagai hantu.
Dokter memberitahu Ibu dan Oil bahwa kondisi Suam sebenarnya baik-baik saja, tapi tentang kenapa dia belum sadar-sadar juga, dokter juga tidak bisa memberi jawaban pasti. Sebaiknya mereka bersabar dan menunggu pasien sadar nanti.
Ibu jadi semakin sedih dan berusaha memohon pada Suam untuk sadar. "Jangan tinggalkan ibu dan kakakmu. Ibu mohon, Nak. Ibu tidak bisa hidup tanpamu."
Tepat saat itu juga, Thuan datang bersama Padet dan menuntut bicara dengan Ibu.
Dalam tidur panjangnya, Suam bermimpi bertemu dengan mendiang Ayah. Mereka berjalan di taman yang indah sambil bergandengan tangan dengan penuh haru. Suam ingin sekali tinggal bersama Ayah seperti ini selamanya. Tapi Ayah melarang dan meminta Suam kembali untuk menjaga Ibu demi Ayah.
"Ibu kejam. Ibu tidak pernah memberitahu tentang Ayah. Aku juga ingin tahu tentang Ayah."
"Apa yang ingin kau ketahui?"
"Segalanya."
"Kenapa Ayah tidak bersamaku?"
Pada saat yang bersamaan, Thuan menunjukkan copy KTP Kob yang asli pada Ibu. Ibu memberitahu bahwa pria ini adalah Prakob dan dia sudah mati bertahun-tahun yang lalu dibunuh oleh orang yang bernama Singh. Atau mungkin mereka mengenalnya sebagai Prakob yang sekarang.
Orang itu mengambil alih identitas Praikob setelah membunuhnya lalu membawanya dan kedua putrinya pindah ke Bangkok.
Flashback.
Ayah dulunya adalah seorang guru. Ayah pertama kali melihat Ibu saat Ibu bekerja di sebuah warung dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia bahkan sengaja mampir setiap hari ke warung padahal dia sudah bawa rantang makan siang sendiri hanya demi melihat Ibu.
Saat Bibi pemilik warung menyadari siapa yang selalu diperhatikannya setiap hari, Bibi langsung terang-terangan tanya apakah Ayah suka sama Ibu dan memberitahu bahwa Suaminya Ibu baru saja masuk penjara.
Singh dipenjara karena tertangkap basah mencuri, dia menyakiti orang lain sampai mereka searat. Makanya Ibu memutuskan berpisah darinya setela dijebloskan ke penjara.
Hubungan Ibu dan Singh tidak lama karena Ibu tidak tahan menghadapi kebiadaban orang itu. Ibu sangat lega saat Singh dipenjara. Ibu tak mengharap punya suami baru sampai saat dia bertemu Praikob. Dia orang yang sangat baik dan menjaganya dengan baik.
Dalam waktu singkat, hubungan mereka berkembang pesat hingga akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia di rumah sederhana mereka. Anggota keluarga mereka pun mulai berkembang, mulai dari kelahiran putri pertama mereka lalu mereka mulai menantikan kehadiran anak kedua mereka. Kob benar-benar seorang suami dan seorang ayah yang penuh perhatian dan sangat menyayangi keluarganya.
Namun kehidupan damai mereka tiba-tiba terusik oleh kedatangan Singh yang berhasil kabur dari penjara. Entah bagaimana bisa menemukan keberadaan Ibu dan langsung kesal saat melihat Ibu berbahagia bersama keluarga barunya sementara dia menderita di penjara.
Suatu hari setelah Kob berangkat kerja, Singh langsung mendekati Ibu sambil marah-marah dan bersumpah akan membunuh Suaminya Ibu.
Ibu jadi sangat ketakutan dan berusaha membujuk Ayah untuk pindah ke Bangkok. Tapi Ibu tidak mau jujur memberitahu alasannya, malah emosi saat Ayah terus menerus bertanya tentang alasannya.
Tapi saat Ibu mulai menangis dan mengklaim bahwa dia sudah tidak mau tinggal di sini lagi, Ayah akhirnya mengalah. Tapi Ayah ingin menunggu bayinya lahir dulu, baru mereka pindah ke Bangkok.
Sayangnya, karena Ayah terlalu meremehkan situasi, ia jadi tidak menyadari bahaya yang mengintainya. Malam itu juga, Singh datang. Dia mengaku sebagai saudaranya Ibu dan Ayah percaya saja sehingga dia membawa Singh masuk rumah.
Padahal begitu Ayah lengah, Singh langsung mengapaknya sampai mati dan Ibu tak berdaya untuk untuk menolongnya. Dengan dibantu adiknya, Singh mengubur Ayah di toilet dan mengancam akan membunuh Ibu juga jika Ibu berani melapor ke polisi.
Dia bahkan mengancam akan menuduh Ibu berkomplot dengannya dalam membunuh Ayah hanya karena Ibu tidak menolong Ayah. Dan karena Ibu tak punya saksi di pihaknya, dia jadi semakin tak berdaya dalam menghadapi ancaman Singh. Dan tepat saat itu juga, ketuban Ibu pecah.
Flashback end.
Ibu menangis teringat kenangan itu. Padet dan Thuan langsung menyimpulkan tak ada seorangpun yang menggali kuburan itu sampai sekarang, pasti karena itu Ibu menamai putrinya Suam.
Ibu menyangkal, dia dipaksa menamainya Suam. Singh bilang biar dia selalu ingat bahwa dia membunuh suaminya sendiri setiap kali dia memanggil nama putrinya.
Setiap hari Singh selalu memaksanya untuk diam dan tidak memberitahu siapapun. Singh mengancam akan membunuh kedua putrinya jika dia memberitahu siapapun.
"Aku tahu dia bisa melakukannya, aku tidak bisa membiarkannya membunuh kedua putriku. Lihatlah apa yang dia lakukan padamu, E-Oil. Ibu tidak bisa melindungimu. Ibu tidak bisa melindungimu. Ibu benar-benar buruk. Maafkan ibu, nak. Maafkan ibu." Tangis Ibu.
Dalam mimpinya, Suam menghapus air mata Ayah dan bertanya-tanya apakah Ayah merindukan Ibu? Tentu saja Ayah merindukan Ibu, Ayah tidak bisa berhenti merindukan Ibu.
"Lalu kenapa Ibu tidak merindukan Ayah?"
"Bagaimana kau tahu kalau ibumu tidak merindukan ayah? Kau hanya tidak pernah melihatnya, tidak pernah mendengar ibumu mengucapkannya."
"Kalau Ibu tidak pernah mengatakannya, lalu bagaimana Ayah bisa tahu?"
"Dengarkan. Dengarkan apa yang tidak dia katakan. Satu hal yang aneh dari manusia adalah kita tidak mengutarakan apa yang ada di dalam hati kita. Kau merindukan dia (Rut), iya kan?"
"Ayah."
"Ingatlah. Jangan pernah berpikir bahwa tidak ada seorangpun yang mencintaimu hanya karena dia tidak mengatakannya. Ayah sangat mencintai Ibu. Tapi ayah tidak bisa memeluknya lagi sekarang. Apa yang tidak bisa ayah lakukan, kau bisa melakukannya, nak. Cepatlah bersama dengan siapa yang kau inginkan."
"Aku ingin bersama Ayah."
"Suatu hari nanti kita akan bersama. Tapi orang yang kau inginkan untuk bersamamu tidak ada di sini. Pergilah menemuinya, kembalilah dan peluk dia. Kembalilah untuk memeluk ibumu dan kakakmu demi ayah. Ingatlah, ayah akan selalu bersamamu." Ujar Ayah.
Suam sontak menangis memeluknya... dan seketika itu pula akhirnya dia membuka mata kembali ke dunia.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam