Hujan mengguyur deras malam itu, saat Hanaoka Nao tampak terduduk dengan sedih mengenang masa kecilnya yang indah bersama sang ibu tercinta.
Namun kemudian, Nao menggunting rambutnya dan kenangan indahnya dengan cepat berubah menjadi kenangan suram saat dia mulai teringat seorang pria yang terkapar mati bersimbah darah, seorang bocah laki-laki yang tangannya ternoda darah dan sebilah pisau.
"15 tahun yang lalu, aku tidak akan pernah melupakan saat itu."
Dalam kilasan ingatan lainnya, seorang wanita tampak memaksa bocah laki-laki itu untuk mengatakan siapa pelakunya. Lalu bocah itu menjawabnya dengan menunjuk pada ibunya Nao dan berkata... "Ibunya Sakura."
Gara-gara tuduhannya itu, Ibunya Nao pun ditangkap polisi. "Ucapan terkutuk itu merenggut segalanya dariku. Sekarang, satu-satunya yang kumiliki dan satu-satunya tujuan hidupku adalah...."
Komatsu, Ishikawa.
Nao sekarang bekerja sebagai pembuat kue manis tradisional Jepang di daerah Komatsu yang masih kental akan budaya tradisional Jepang dan sekarang dia tengah bekerja menyajikan kue buatannya yang berbentuk burung hijau imut pada seorang langganannya, Mayu, dan tamunya, Satomi.
Dia menjelaskan bahwa ini adalah bentuk burung musim semi, cuitannya sangat indah sehingga disebut 'soprano emas'. Dengan manisnya dia memuji suara Satomi yang sangat indah dan cemerlang sehingga mengingatkannya pada cuitan burung ini.
Pujiannya memuat Satomi bahagia, dan memang tepat sasaran karena Satomi adalah seorang penyanyi dan akan mengikuti kompetisi. Rasa kue itu juga sangat lezat.
Jika Nao bisa membuat kue khusus untuknya, Satomi bertanya-tanya apakah Nao bisa membuat kue untuk pelanggan lain?
"Iya. Asalkan saya punya pasta kacang merah dan cinta untuk pelanggan saya, ini adalah keahlian saya. Kue manis Hanaoka Nao."
"Aku pasti akan memintamu membuatkannya lagi." Ujar Mayu.
Ternyata dia ingin Nao membuat kue untuk acara pernikahannya. Nao tentu saja bersedia melakukannya dengan senang hati. Tapi tiba-tiba Mayu berkata bahwa pihak keluar calon suaminya juga akan mendatangkan ahli pembuat kue manis langganan keluarganya sendiri.
Jadi nanti saat acara pertemuan keluarga, Nao akan berkompetisi dengan orang tersebut untuk menentukan siapa yang akan membuat kue manis untuk pesta pernikahan mereka nanti.
Nao agak ragu awalnya. Tapi... "Itu artinya aku masih punya kesempatan, kan? Kalau begitu aku akan melakukannya, jadi akan ada lebih banyak orang yang bisa mencoba kueku. Apakah pembuat kue manis itu juga dari Komatsu?"
"Oh, tidak. Mereka dari Kanazawa. Apa kau tahu yang terkenal itu... Kougetsu An?"
Nao tercengang mendengar nama itu. "Aku tidak tahu saat itu, bahwa dia akan mengjungkirbalikkan hidupku lagi."
Flashback 15 tahun yang lalu.
Waktu itu Nao masih berumur 5 tahun saat dia bertemu bocah bernama Tsubaki yang nantinya akan menuduh ibunya Nao sebagai pembunuh.
Sama seperti Nao, Ibunya Nao juga seorang pembuat kue manis tradisional Jepang. Bersama-sama mereka pindah ke Kougetsu An di mana Ibu akan bekerja sebagai chef di sana.
Tapi karena penulisan nama Nao dalam huruf kanji yang artinya Sakura, Tsubaki jadi mengira kalau namanya Nao adalah Sakura, dan selalu memanggilnya Sakura sejak saat itu.
"Mulai sekarang, kau dan aku sama-sama memiliki nama yang terkait dengan musim semi." Ujar Tsubaki dengan ceria, benar-benar menyambut Nao dengan ramah waktu itu. Sakura/Nao pun langsung suka sama dia.
Nao bercerita bahwa Kougetsu An adalah toko kue manis tradisional Jepang ternama yang memiliki sejarah selama 400 tahun. Tsubaki adalah ahli waris tunggal keluarga itu. Dia anak yang ramah dan ceria, sangat berbeda dari Nao yang lemah dan sakit-sakitan.
Suatu hari saat Nao kecil sedang sakit, Tsubaki datang membawakan foto bunga-bunga sakura yang bermekaran dengan indah. Ibunya Nao jadi merasa bersalah karena tidak bisa membawa Nao melihat bunga sakura.
Tapi Nao kecil sangat pengertian pada ibunya dan menyangkal ingin melihat bunga sakura. "Aku tidak ingin membuat Ibu cemas kalau aku akan terkena asma lagi."
Tsubaki kecil tiba-tiba punya ide untuk menyemangati Sakura/Nao. "Ayo kita buat kue manis. Kita bisa membuatnya di dalam rumah."
Ibu setuju dan langsung dengan senang hati mengajari mereka membuat kue manis berbentuk bunga sakura dan itu berhasil membuat Nao kecil kembali ceria.
"Itu adalah pertama kalinya duniaku menjadi berwarna."
Mereka bertiga bahkan tampak menikmati keindahan bunga sakura di luar dengan bahagia.
Sejak saat itu, Nao kecil jadi suka membuat dan membentuk kue manis dengan berbagai macam bentuk, dan dia benar-benar berbakat. Tsubaki benar-benar kagum akan ketrampilannya dan langsung memuji-muji Nao.
"Kalau begitu, saat aku besar nanti, bisakah aku terus membuat kue manis di sini?" Tanya Nao.
"Iya. Saat aku menjadi master nanti, aku akan membuat Sakura jadi chef nomor 1." Janji Tsubaki. Mereka pun menyepakatinya dengan janji jari kelingking.
"Kalau begitu, tsubaki dan aku..."
Tapi bahkan sebelum dia sempat mengucap apapun yang hendak dikatakannya, Tsubaki tiba-tiba dipanggil ayahnya yang langsung mengomeli Tsubaki dan dengan angkuhnya mengingatkan Tsubaki bahwa dia adalah seorang majikan. Hmm, entah kenapa Ayah tampak agak canggung pada Ibunya Nao. Tak punya pilihan, Tsubaki terpaksa pergi mengikuti ayahnya dan meninggalkan Nao.
Malam harinya, Nao bertanya-tanya pada ibunya tentang apakah dia bisa tinggal di sini selamanya dan membuat kue manis bersama Tsubaki. Ibu canggung mendengarnya.
Ibu akhirnya berinisiatif menjawab pertanyaannya dengan menghadiahkan dua cetakan kue bentuk bunga sakura dan daun camellia, dan memberitahu Nao bahwa dia bisa membuat kue manis di manapun dia berada.
"Ibu ingin kau terus membuat kue selama kau suka melakukannya. Maka kau akan bisa bersama ibu dan Tsubaki selamanya."
"Sungguh?"
"Sungguh. Kau bisa menyimpan cetakan bunga sakura untuk dirimu sendiri dan memberikan cetakan daun kamelia pada Tsubaki." Ujar Ibu. (Tsubaki artinya bunga kamelia)
"Tahun itu adalah tahun terindah dalam hidupku." Ujar Nao dalam narasinya.
Keesokan paginya saat Nao kecil terbangun, dia langsung keluar dengan antusias sambil membawa cetakan daun kamelia, berniat memberikan itu pada Tsubaki.
Dia melewati kebun bunga kamelia dan mendapati Tsubaki berdiri membelakanginya. Namun senyumnya dengan cepat memudar saat dia melihat tangan Tsubaki bernoda darah, ayahnya Tsubaki terkapar mati bersimbah darah dan sebilah pisau dapur bersimbah darah tergeletak di dekat mayat ayahnya Tsubaki.
Saat Tsubaki berbalik menghadapinya, wajahnya yang biasanya ramah, hari ini berubah dingin. Para pegawai termasuk ibunya Nao baru muncul saat itu dan jelas kaget melihat pemandangan menakutkan itu.
Hanya Tsubaki satu-satunya saksi mata, dan saat ibunya menginterogasinya dan menuntutnya untuk mengatakan siapa orang yang masuk ke kamar ayahnya, Tsubaki tiba-tiba menunjuk ibunya Nao dan berkata... "Ibunya Sakura."
Sepertinya Ibunya Nao benar-benar tidak bersalah, entah mengapa Tsubaki menuduhnya. Ibunya Nao pun ditangkap polisi. Sementara Nao kecil hanya bisa menangis tak berdaya dan menatap Tsubaki dengan benci.
"Hari itu, aku diusir dari Kougetsu An."
Flashback end.
Kejadian buruk puluhan tahun yang lalu itu masih sangat membekas bagi Nao sehingga melihat pewarna makanan merah saja, langsung membuatnya trauma hingga asmanya hampir kambuh. Dia juga langsung menolak permintaan Mayu setelah mendengar dirinya akan berkompetisi dengan kougetsu An.
Rekan chef-nya langsung sinis melihat ketakutannya pada warna merah. Cepat-cepat menguasai diri, Nao langsung menampilkan wajah cerianya lalu mengambil sebuah cetakan daun dan nyerocos riang mengomentari bentuk cetakan itu, dan meminta izin untuk menggunakannya.
"Berkali-kali berpikir untuk menyerah. Tapi, hanya saat aku membuat kue manislah aku tidak merasa kesepian. Inilah satu-satunya tujuan hidupku, aku rela kehilangan yang lainnya, asalkan aku punya ini."
Bersambung ke part 2
2 Comments
Thank u
ReplyDeleteThank u
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam