Dalam kepanikannya, mereka nekat menyeberang jalan yang padat kendaraan saat tiba-tiba saja sebuah mobil melaju kencang dan langsung menabrak Singh.
Kejadian itu begitu tiba-tiba hingga Suam sontak membeku di tempat menatap Singh yang terkapar di aspal sehingga dia terlambat menyadari ada mobil lain yang melaju kencang ke arahnya sendiri.
Suam sontak menjerit ketakutan... saat tiba-tiba saja arwah Kob muncul memeluknya dan otomatis melindungi Suam dari tabrakan itu. Suam tersenyum melihat ayahnya, tapi kejadian itu membuatnya begitu shock dan langsung jatuh terduduk.
Tiba-tiba Singh terbangun dan langsung berjalan mendekati mereka. Tapi itu bukan raganya, melainkan arwahnya dan tiba-tiba bumi di bawah kaki Singh membela dan menelan arwah Singh ke dalam api neraka. Dan Suam pingsan seketika.
Suam pun segera dilarikan ke rumah sakit. Saat dia masih diperiksa, dokter lain mendatangi mereka untuk menanyakan masalah Singh yang mati di tempat. Apakah mereka keluarga korban?
Tapi Ibu dengan dinginnya menyangkal dan mengklaim tak kenal. "Akhirnya karma kita berakhir."
Suster datang tak lama kemudian untuk meminta pihak keluarga mengisi formulir. Padet dan Neung datang saat itu. Neung panik banget sampai Padet harus menenangkannya.
Neung berniat mau mengisikan formulir itu untuk Ibu saat tiba-tiba Thuan datang menyatakan dirinya sebagai walinya Suam dan akan bertanggung jawab membiayai seluruh perawatan medisnya Suam. Ibu dan Oil jelas kaget melihat si paman pemulung ternyata orang kaya.
Teerak mendapat kabar itu tak lama kemudian. Rut shock. Tapi saat dia mendengar Suam sudah baik-baik saja sekarang, dia lega dan langsung kembali pura-pura tak peduli padanya.
Bahkan saat Teerak mengajaknya ke rumah sakit, Rut menolak dengan alasan sibuk dan menyuruh Teerak pergi sendiri saja.
"Dia tdak bisa pergi karena dia ada kencan denganku hari ini." Ujar Su yang mendadak muncul lagi.
Aik pun langsung cemas begitu mendengar kabar itu dan bergegas pergi tapi Da langsung mencegahnya sambil marah-marah dan mengancam akan menceraikan Aik kalau Aik pergi.
Aik kesal, Da benar-benar sudah kelewatan. Da mengklaim kalau Suam juga selalu membuatnya merasa ditabrak mobil setiap hari, tapi pernahkah Aik peduli padanya? Lagipula apa yang bisa Aik lakukan kalau dia pergi ke sana? Anggap saja Suam mati, apa Aik bisa menghidupkannya kembali?
"Ini masalah kemanusiaan, Da. Apa kau punya rasa kemanusiaan?"
Da ngotot tak percaya dan menuduh Aik cuma menggunakan alasan itu untuk menemui Suam. Lagipula apa Aik pikir dirinya akan menjadi orang pertama yang ingin Suam lihat saat dia sadar nanti? Tidak! Orang yang ingin Suam lihat pertama kali adalah RUt. Aik masih mau pergi meninggalkannya demi Suam?
Seandainya Da yang ditabrak mobil, Aik-lah orang pertama yang ingin dilihatnya. Tapi kalau dia ditabrak mobil, mungkin Aik tidak akan bergegas pergi menemuinya seperti ini. Berusaha bersabar sekaligus prihatin, Aik akhirnya mengalah dan langsung memeluk Da.
Thuan pergi bersamaan dengan Teerak yang baru datang. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana harus menjelaskan absennya Rut. Ibu jelas marah karena mantan menantunya itu malah tidak datang.
Tapi sudahlah, Ibu tidak mau peduli lagi. Dia tidak perlu datang juga, Ibu bisa mengurus putrinya sendiri. Menyebalkan banget. Dulu saja waktu melamar Suam, dia datang setiap hari.
Teerak ketakutan melihat kemarahan Ibu dan langsung memohon maaf mewakili majikannya. Dia bahkan sampai menawarkan diri untuk menasbihkan dirinya jadi biksu selama 7 hari sebagai tebusan. Tapi... sekarang lagi musim hujan. Dingin.
Su ternyata membawa Rut untuk makan bersama Sia Ha cs. Sia Ha juga sudah mendengar tentang mantan istrinya Rut yang tertabrak mobil, bagaimana kabarnya?
Rut santai mengklaim tak tahu dan tak peduli. Suam hanya orang yang disewanya, bukan istri aslinya.
"Aktingmu bagus sekali kalau begitu, aku sampai percaya kalau kalian berdua saling mencintai. Kalau begitu putriku punya kesempatan."
"Jika sekarang aku kembali mendekati Su, bukankah itu terlihat terlalu sengaja untuk menyenangkanmu?"
"Kau pintar bicara. Berarti itu artinya kau sudah memutuskan untuk bersamaku?"
"Apa kau mempercayaiku, Sia?"
"Kepercayaan adalah kualitas seekor anjing. Aku tidak mau anjing. Aku menginginkan kepala harimau."
"Bagaimana dengan Su?"
"Su itu wanita."
Rut pura-pura membelanya, mengklaim bahwa menurutnya Su bisa melakukan apapun dengan baik tak kurang dari apa yang bisa dilakukan pria.
Sia Ha tetap yakin. Su itu lemah dan mudah menyerah seperti mamanya, seperti neneknya. Su harus bersama seseorang yang bisa menjaganya. Su benar-benar kesal mendengar hinaan papanya itu, tapi dia terpaksa diam saja.
"Apa itu artinya kau memberikan putri semata wayangmu padaku, Sia? Lalu bagaimana dengan Cuchai? Kupikir kau akan membuatnya jadi penerusmu."
Tiba-tiba Bpenneung mendapat telepon darurat. Dan tak lama kemudian, Sia Ha langsung menghajar Cuchai dengan kejam gara-gara dia tetap mengirim barang mereka dan melanggar perintahnya, membuat mereka hampir tertangkap.
Bpenneung berusaha menyelamatkannya dan meyakinkan Sia Ha bahwa barang mereka sekarang sudah aman. Untung saja mereka kembali tepat waktu. Tapi Sia Ha malah semakin murka pada Chai.
Dia sungguh tidak mengerti ada apa dengan Cuchai. Kenapa Cuchai malah melanggar perintahnya. Dia tuli atau tidak mengerti bahasa manusia?
Cuchai yang sudah babak belur, berusaha meminta maaf. Tapi Sia Ha terlalu marah padanya dan langsung memerintahkan para anak buahnya untuk menyeret Cuchai keluar.
Su curhat sama Rut tentang sikap papanya terhadapnya. Sejak kecil, tak peduli sehebat apapun prestasinya, itu tak pernah cukup di papanya. Papanya selalu memandangnya lemah dan pengecut seperti mendiang mamanya.
Mamanya sakit dan meninggal dunia setelah melahirkannya. Bagi papanya, itu adalah sebuah aib karena mamanya mati tanpa melahirkan seorang putra untuknya.
Papanya selalu meyakini bahwa semua wanita itu lemah karena semua wanita dalam keluarganya papa adalah wanita lemah. Termasuk neneknya. Padahal neneknya seorang diri membesarkan putranya tapi putranya bahkan tidak pernah memikirkan jasa-jasanya itu.
Bpenneung juga heran sama Cuchai, kenapa dia melanggar perintahnya Sia Ha? Cuchai melarat, dia tidak melanggar perintahnya Sia Ha. Dia hanya tidak mempercayai si polisi itu.
"Dia mungkin berniat baik."
"Niat baik apanya? Kenapa kau mempercayainya? Kenapa Hia mempercayainya?"
"Aku tidak mempercayainya! Dan apa kau benar-benar akan menyembunyikan penyakitmu dari semua orang?"
"Aku sudah sejauh ini, kau ingin aku melepaskan segalanya semudah itu? Kau dan aku, berapa tahu kita melayani Sia Ha? Kau ingin aku melepaskan segalanya semudah itu?"
Kalaupun dia harus melepaskannya, maka satu-satunya orang yang harus mendapatkan segalanya hanya Bpenneung. Bpenneung harus mendapatkan segalanya demi dia dan bukannya orang luar seperti Rut.
Bpenneung menegaskan bahwa dia tidak menginginkan apapun. Cuchai langsung menunjukkan obat-obatannya dan jujur mengakui kalau dia menderita kanker otak.
Tapi jangan khawatir. Dia tidak akan mati sekarang. Dia tidak akan membiarkan siapapun membahayakan Sia Ha. Dia tidak akan membiarkan orang luar seperti Rut menyakiti Sia Ha.
"Tapi jika aku mati, maka kau harus menjaga Hia. Mengerti tidak?"
Bpenneung hanya diam dan menatapnya dengan prihatin. Apalagi tadi dia tidak ada di sana dan tidak mendengar ucapan Sia Ha tentang kepercayaan. Jelas Sia Ha sama sekali tidak pernah menganggap Cuchai.
Alasan Sia Ha meremehkan putrinya sendiri adalah karena masa lalunya. Dia dibesarkan oleh seorang ibu yang menghidupi keluarganya dengan menjadi pe~~~~r. Dan dia selalu melakukannya di rumah mereka.
Parahnya lagi, saat kekasihnya Ibu kesal mengetahui dia sudah punya anak, Ibu langsung menyangkal hubungan mereka dan mengklaim kalau Sia Ha hanya keponakannya lalu mengusirnya.
Sia Ha benar-benar marah karena itu. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya selain menuruti mereka dan menunggu di luar sampai mereka selesai.
Saat dia berusaha meminta Ibu untuk melakukan pekerjaan lain, Ibu malah berkata bahwa dia tidak bisa melakukan pekerjaan lain selain ini karena dia hanya seorang wanita. Wanita yang ditinggalkan suaminya dan sekarang dibebani oleh seorang anak.
Parahnya lagi, Ibu terang-terangan mengaku bahwa dia menyesal sudah melahirkan Sia Ha. Seharusnya dia tidak lahir, dengan begitu hidup Ibu pasti akan lebih baik. Masa lalunya itulah yang menjadikan Sia Ha jadi sangat merendahkan perempuan sekarang.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam