Sinopsis My Secret Bride Episode 16 - 1

Suam menemui Rut di ruang kerja untuk pamit. Rut meyakinkannya untuk tidak usah terburu-buru, dia tidak keberatan kok. Di mana Suam akan tinggal setelah ini? Di rumah ibunya? Bagaimana dengan ayahnya?


"Tidak usah khawatir. Aku bisa bertahan hidup."

Dia lalu memberikan hadiahnya untuk ultahnya nanti. Dia berikan sekarang karena mungkin dia tidak akan ada di sini pada hari ulang tahunnya Rut nanti.

Rut terkejut melihat kado itu ternyata saputangan warisan ibunya yang selama ini dia kira hilang. Sekarang dia ingat siapa Suam, si gadis kumuh yang pernah ditolongnya di kantor polisi dulu.

"Maaf karena aku diam-diam mengambilnya. Waktu itu aku mengira kalau kita tidak akan pernah bertemu lagi."

Bersamaan dengan saputangan itu, Suam juga mengembalikan cincin kawin mereka. Rut mengembalikannya dan menyuruh Suam menyimpannya saja. Tapi Suam menolak. Buat apa? Karena siapa tahu mereka tidak akan bertemu lagi? Rut simpan sendiri saja.

 

Rut lalu memberikan uang yang dijanjikannya dan juga... sebuah sertifikat rumah. Suam kaget melihatnya. Rut benar-benar memberinya sebuah rumah.

"Anggap saja itu sebagai penolak kesialan saputangan ini. Terima kasih untuk segalanya."

"Khun. Kau tidak perlu memberiku sebanyak ini. Uang saja cukup."

"Kuserahkan itu padamu. Kalau kau menginginkan yang lainnya, kau juga boleh mengambilnya. Selamat ulang tahu lebih awal juga untukmu."

Suam berkaca-kaca mendengarnya. Rut galau ingin menyentuhnya. Tapi pada akhirnya dia mengurungkannya dan bergegas keluar, membiarkan Suam menangis diam-diam.


Kesokan harinya, Suam membawa Ibu, Oil dan kedua temannya ke rumah barunya yang kontan membuat mereka tercengang melihat rumah besar pemberian Rut itu. Suam menerima rumah ini begitu saja?

"Iya, P'Oil. Aku bukan nang'ek di lakorn yang bisa bersikap arogan dan menolak pemberiannya. Dia rela memberinya, aku mau menerimanya."

Dia lalu mengajak mereka semua masuk. Tapi Ibu masih kesal sama Rut dan tidak mau masuk. Rut pikir bisa merendahkannya dengan memberi rumah ini? Enak aja! Dia sudah menyakiti hati putrinya begitu dalam! Ibu tidak sudi masuk ke rumah ini!

Tapi tiba-tiba Way menjerit heboh melihat ada mesin cuci di dalam rumah. Dan seketika itu pula Ibu mendadak berubah pikiran dan mengklaim mesin cuci itu sebagai miliknya. Awas kalau sampai ada yang menyentuhnya!


Da jadi kesal dan semakin mencurigai Aik, mengira Aik mau pergi menemui Suam yang sekarang sudah bebas. Dia bahkan tak percaya dengan klaimnya Aik yang berkata kalau dia cuma mau pergi kerja.

Sekarang setelah Suam sudah bercerai, Aik pasti mau pergi meninggalkannya untuk menemui Suam. Aik pun jadi kesal mendengar tuduhannya. Da jadi semakin emosi, Aik kesal banget sama dia? Iya sih, Aik memang tidak pernah menyukai apapun yang dia lakukan. Tidak seperti si jalang itu!

"Da! Aku sekarang bersamamu, Da! Kalau kau tidak ingin aku pergi, maka kau harus membuatku untuk tetap tinggal dan bukannya membuatku ingin pergi seperti ini!"


Setibanya di markas Snow White, Suam mendapati rekan-rekannya sudah menunggunya dengan wajah prihatin. Thuan juga merasa bersalah telah membuat Suam mengalami semua ini dan meminta maaf karenanya.

"Paman tidak perlu meminta maaf. Selama 3 bulan ini adalah masa-masa terbaik dalam hidupku."

"Tapi kau juga sedih."

"Tidak masalah, Paman. Ini cuma masalah kecil. Tapi kumohon padamu, Paman. Tolong akhiri kasus ini dan jangan biarkan orang-orang jahat itu bebas."

Dia cuma sedih karena kehilangan Rut. Sedangkan Bee, Bell dan Letnan Kom harus kehilangan nyawa. Lamyai dan anaknya harus kehilangan suami dan ayah. Dan putranya Bee dan Bell harus kehilangan kedua orang tuanya. Anak-anak itu harus tumbuh tanpa kehadiran ayah-ayah mereka, itu tidak adil.

"Berjanjilah padaku bahwa Paman tidak akan melepaskan kasus ini."

"Aku janji."

"Kalau begitu, aku memohon satu hal lagi, Paman. Tolong jangan tinggalkan Khun Rut."

"Kau masih percaya padanya?"

"Aku percaya. Aku percaya padanya."

"Ayo! Kita akhiri kasus ini bersama."

"Bersama? Maksudnya, aku bisa tetap di sini?"

"Kita sudah sejauh ini, bagaimana bisa kami meninggalkanmu begitu saja, Nona Mata-Mata?"

"Kurcaci tidak akan meninggalkan Snow White, oke?"


Suam terharu mendengarnya. Damkerng dan Songkram berusaha menghiburnya dengan memberinya segelas sirup dan mengajaknya olahraga. Tapi Suam menolak, daripada olahraga mending jualan lotre, lebih menguntungkan dari segi finansial.

"Kalau kau melakukannya lagi, aku akan menangkapmu." Ancam Thuan.

"Menangkap apa, Paman? Paman akan menyentuhku? Mau melecehkanku, yah? Kulaporin polisi loh." Canda Suam.

Jangan khawatir. Suam tidak akan jual lotre lagi, dulu dia terpaksa melakukannya karena butuh. Tapi sekarang dia sudah lulus dan punya pekerjaan, dia juga punya uang. Dia akan mencari nafkah yang halal sekarang.


"Masalah tentang ayahmu, apa kau sudah membicarakannya dengan ibumu?" Tanya Padet.

Belum. Belakangan ini ibunya tampak sangat stres. Nanti saja setelah mereka sudah selesai pindahan ke rumah baru, dia akan cari waktu untuk bicara sama Ibu.

"Bilang pada ibumu untuk tidak khawatir, aku pasti tidak akan membiarkan siapapun menyakiti keluarga Suam."


Su makan malam di rumahnya Rut. Dia mengklaim semuanya enak, kecuali semur telurnya yang keasinan. Wah! Teerak tersinggung, baru kali ini masakannya dihina.

Rut tersenyum saat Su menyingkirkan kuning telur seperti yang pernah dilakukannya dulu. Tapi alasan Su tidak memakannya cuma karena itu tinggi kolesterol.

Teerak sinis. "Penelitan mengatakan bahwa kolesterol sangat sedikit hubungannya dengan makanan, kolesterol paling banyak dihasilkan oleh tubuh sendiri. Saya sarankan anda lebih banyak makan ikan biar... (pinter)."

Tapi bahkan sebelum dia sempat mengucap kata terakhirnya itu, dia melihat tatapan membunuh Su  dan seketika dia terdiam. Rut yang juga dulu tidak suka kuning telur, sekarang tiba-tiba mau memakannya seperti yang dilakukan Suam dulu.


Suam sekarang juga sedang makan semur telur sambil ngedumel kesal mengeluhkan Rut yang biasanya tidak suka makan kuning telur. Kuning telur tuh enak, tahu!


Keesokan harinya, Singh dalam perjalanan pulang saat tiba-tiba dia melihat Bu memindahkan barang-barang rumah mereka ke mobil pickup. Penasaran, Singh langsung memanggil ojek untuk membuntuti mereka hingga ke rumah baru mereka dan jelas langsung kesal menuntut penjelasan mereka.

Ibu santai menyuruh Singh untuk tinggal di rumah lama saja. Dia boleh membawa siapapun ke sana, terserah. Singh tidak terima dirinya dibuang ke lubang tikus sementara mereka malah bersenang-senang di rumah baru. Enak aja! Singh mau tinggal di rumah ini!

"Kau tidak punya hak tinggal di rumah ini!"

"E-Suam, kau sudah dibuang sama suamimu tapi masih berani nyolot. Tapi bagus juga. Kau dibuang tapi mendapat rumah."


Bu sontak menendangnya dengan kesal. Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi menghadapi kegilaan Singh. Ayah macam apa dia? Dia tidak pernah mengurus keluarganya tapi masih berani memarahi Suam. Singh malah tambah kurang ajar menuduh Bu marah karena dia suka sama Suam. Atau Bu sebenarnya suka sama Oil.

"Orang jahat!" Rutuk Suam.

"E-Suam, kau berani mengatai ayahmu orang jahat?!"

"Kau bukan ayahku. Aku tidak punya ayah jahat sepertimu."

"Kau benar. Aku tidak punya hak untuk jadi ayahmu. Tapi aku punya hak pada Oil."

"Kau tidak punya hak jadi ayah siapapun."

"Aku punya hak karena aku ayahnya Oil... dan suaminya juga."


Hah? Semua orang jelas shock tidka mengerti apa maksudnya. Singh sinis memberitahu mereka semua bahwa dialah yang menghamili Oil, dialah ayahnya Nat. Oil shock.

"Jadi kau orang yang menyerangku malam itu."

"Benar. Akulah suaminya Oil. Kalau kau tak percaya, tanya sama ibumu."

Oil sontak menjerit histeris menolak mempercayainya. Suam berusaha meminta Ibu untuk menyangkalnya, tapi Ibu malah diam saja.


Bu benar-benar murka dan langsung menyerang dan mendorong Singh. Tapi tiba-tiba Singh menemukan sebilah pisau dan sontak menggunakan itu untuk balas menyerang Bu.

Suk dengan cepat menggunakan keahlian bela dirinya untuk melucuti senjata itu dari tangan Singh hingga pisau itu jatuh ke kaki Suam.
Tapi Suam tiba-tiba mengarahkan pisau itu ke Singh. Singh tak gentar, malah sinis menantang Suam untuk membunuhnya kalau berani. Kalau dia mati, maka Suam akan dipenjara.

Suk dan Ibu berusaha membujuk Suam untuk tenang dan tidak usah buang-buang tenaga untuk orang jahat semacam ini. Tapi Singh terus menantangnya, bahkan terang-terangan mengaku bahwa dia membunuh ayahnya Suam pakai kapak.

Habis sudah kesabaran Suam. Dia sontak menyerang Singh, tapi kekuatannya kalah jauh dari Singh yang berhasil merebut pisau itu dengan mudah dan berniat mau menyerang balik.

Suk dan Bu berusaha menghalanginya dan menyuruh Suam melarikan diri sekarang juga. Suam pun bergegas lari ke jalan raya dengan Singh yang mengejar dengan ketat di belakangnya.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments