Suam masih agak pusing setibanya di rumah, Neung benar-benar mencemaskannya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Suam? Bagaimana bisa dia pingsan? Apa dia sakit? Dan lagi, tidak seharusnya Sia Ha yang menemukan dan membopong Suam dari toilet. Aneh sekali.
Saat itulah Suam baru ingat pada pelayan yang menabraknya dan memberinya sirup tadi. Tapi Suam sengaja tidak memberitahu Neung akan hal itu dan hanya berterima kasih pada Neung yang sudah mengurusnya seharian ini.
Neung tidak mempermasalahkannya kok. Tapi tiba-tiba dia ingat tentang apa yang didengarnya tadi dan langsung penasaran, apa Suam dekat dengan pamannya Rut?
"Tidak. Tapi dia sering datang untuk menemui Khun Rut. Memangnya kenapa?"
Neung bingung bagaimana harus mengatakannya karena dia juga masih bingung dan ragu, ragu apakah pamannya Rut itu benar-benar orang baik atau tidak? Dipikir-pikir, kalau Direk benar-benar orang yang baik, tidak mungkin putrinya punya kepribadian seburuk itu.
Ah, tapi sudahlah. Tidak usah dipikirin. Pokoknya, Neung ingin Suam menjauh dari kedua orang itu. Neung tidak suka kedua orang itu.
"Tapi Suam, P'Rut sangat mengkhawatirkanmu. Aku merasa lega melihat itu. Mungkin P'Rut-lah orang terbaik yang bisa menjagamu."
Suam tak enak mendengarnya. Tapi saat dia hendak menjelaskan tentangnya dan Rut, Neung tiba-tiba pamit dan menyuruh Suam istirahat saja.
Saat dia turun, dia mendapati Rut sedang melamun. Neung jadi mencemaskannya juga, apa dia baik-baik saja? Mau diambilkan obat?
"Tidak usah. Terima kasih banyak untuk hari ini. Kau sudah membantuku dalam segala hal. Kau benar-benar nang'ek sepanjang acara tadi."
"Aku nang'ek? Kurasa cukup bagiku untuk menjadi pemeran pembantu saja."
"Kau masih berpikir seperti itu? Aku sudah pernah bilang padamu sebelumnya. Bahwa jika kau ingin melakukan apapun, kau bisa melakukan apapun. Karena Nong Neung akan selalu jadi nomor satu (Neung artinya satu)."
Neung tersentuh mendengarnya. Hanya Rut satu-satunya orang yang bicara seperti ini padanya. Tiba-tiba dia memberanikan diri memeluk Rut erat-erat. Tapi sepertinya dia memeluk Rut bukan untuk melampiaskan kerinduannya, melainkan untuk mengetes perasaannya pada Rut.
Sayangnya, mereka tidak sadar Suam baru turun saat itu dan patah hati melihat mereka berpelukan. Parahnya lagi, Padet juga mendadak muncul dan patah hati juga melihat mereka seperti itu.
Saat Neung keluar tak lama kemudian, bukannya bahagia, dia malah tampak kebingungan dengan pelukan barusan.
Entah apa yang dia pikirkan. Saat Padet mendadak muncul sambil menyindir pelukannya tadi, Neung tiba-tiba saja memeluk Padet erat-erat. Tapi kali ini ekspresinya berbeda, dia tampak sangat bahagia, sangat berbeda dari pelukannya pada Rut tadi.
Tadi saat dia melepaskan pelukannya dari Rut, dengan mantap dia memberitahu Rut kalau dia hanya memberikan dukungan moral untuk Rut. Benar-benar seperti seorang adik yang cuma sedang memberikan semangat untuk kakak laki-lakinya.
Tapi pelukannya Padet kali ini terasa sangat berbeda. Dan begitu Neung menyadarinya, dia mendadak kaget sendiri dan jadi gugup banget karenanya. Dia bahkan buru-buru melarikan diri dan membuat padet jadi kebingungan.
Ibu termenung sedih teringat komentar Nenek Dukun tentang hubungannya dengan Kob yang sama sekali tidak seperti hubungan suami-istri. Komentar yang membuat Ibu jadi teringat akan masa lalunya dengan suaminya, Kob yang asli.
Flashback.
Mereka pertama kali bertemu saat Ibu bekerja di sebuah warung. Kob langsung tertarik padanya sejak pandangan pertama, Ibu mengabaikannya walaupun sebenarnya dia senang juga.
Suatu hari, rantai sepedanya Ibu lepas. Kob kebetulan lewat saat itu dan langsung membantu memperbaikinya. Ibu jadi mulai ramah padanya sejak saat itu.
Bahkan saat Kob datang lagi ke warungnya, Ibu sengaja memberinya dua telur ceplok gratis dan tersenyum manis padanya.
Hubungan mereka berkembang pesat hingga mereka menikah dan punya anak pertama mereka, Oil. Kob benar-benar suami dan ayah yang baik dan penyayang. Mereka hidup dengan bahagia sembari menantikan kehadiran anak kedua mereka yang sedang dikandung Ibu.
Suatu hari Kob pergi bekerja, seorang pria lain bernama Singh mendadak muncul di hadapan Ibu yang kontan membuat Ibu shock. Yups, dialah pria yang sekarang mengaku-aku sebagai bapaknya Suam.
Ibu sontak ketakutan melihatnya. Ternyata dia mantannya Ibu sekaligus seorang narapidana yang entah bagaimana bisa kabur dari penjara. Dan sekarang dia dendam pada Ibu karena meninggalkannya untuk menikah dengan pria lain, bahkan punya anak.
Ibu dengan takut-takut berusaha memohon pada Singh untuk tidak menyakitikinya, bayinya dan suaminya. Tapi Singh jadi semakin emosi karena itu dan bersumpah akan membunuh suaminya Ibu.
Flashback end.
Ibu menangis teringat kenangan itu tanpa menyadari arwah suaminya di sisinya, tengah berusaha menenangkannya melalui sentuhannya.
Keesokan harinya, Rut sengaja kembali ke hotel tempat acara kemarin. Dengan alasan dompetnya ketinggalan, dia meminta mereka untuk memperlihatkan rekaman CCTV.
Mereka pun mengantarkan Rut ke ruang kendali CCTV dan memperlihatkan rekaman yang dia inginkan. Padahal rekaman yang ingin dia lihat adalah rekaman saat Direk naik lift bersama gengnya Sia Ha.
Tanpa mengetahui bahwa petugas CCTV itu adalah Songkram yang menyamar, Rut melihat begitu pintu lift menutup, Direk tiba-tiba berpaling ke arah Sia Ha dan bicara padanya dengan postur sopan selayaknya anak buah bicara pada bosnya.
Apalagi kemudian dia melihat Sia Ha menepuk-nepuk pipi Direk sama persis seperti cara Direk menepuk-nepuk pipinya kemarin. Rut shock melihat pemandangan itu.
Suk yakin pingsannya Suam adalah perbuatannya Sia Ha. Suam itu kuat, tidak mungkin dia jatuh pingsan tanpa alasan.
"Bukan itu saja, P'. Sebelum aku pingsan, dia mengancamku terkait P'Oil juga. Kenapa dia malah berbalik menargetku?"
"Karena sekarang ini kau adalah satu-satunya titik kelemahan Khun Rut."
Suam tak percaya. Dia kelemahan Rut? Dia malah yakin Rut bahkan tidak akan peduli padanya biarpun dia mati. Dan pemikirannya sendiri itu kontan membuatnya sedih.
"Ooooh, kau sudah jatuh cinta pada target kita yah?" Goda Suk.
Dan Suam langsung terdiam dengan sedih. Suk jadi prihatin padanya. Tapi bagaimanapun, sekarang juga sudah hampir 3 bulan, lebih baik Suam mulai menjauh dari Rut sekarang. Suk benar-benar mengkhawatirkannya, kasus ini mulai semakin menakutkan dan berbahaya.
Songkram memperlihatkan rekaman CCTV Direk dan Sia Ha itu ke tim Snow White. Video itu bukti yang jelas menunjukkan Direk adalah orangnya Sia Ha.
Damkerng datang saat itu dengan membawakan hasil tes DNA rambut Uu, pria yang ditemui Chana kemarin. Jadi setelah Chana membawa Uu keluar kemarin, Damerng-lah yang diam-diam masuk ke tempat persembunyiannya dan menggunakan keahlian forensiknya untuk mengambil helai rambut dan sidik jarinya Uu.
Jelas dari semua bukti yang mereka miliki sekarang ini, Uu-lah orang yang membunuh Tum dan Bee. Chana memberitahu bahwa Cuchai cuma menunggu kasus ini mereda dulu, baru dia akan mengirim Uu keluar dari negara ini melalui perbatasan Kamboja.
Songkram tidak mengerti kenapa mereka tidak menangkapnya saja, bukankah bukti yang mereka miliki sudah cukup kuat? Thuan tidak setuju. Jika mereka mau menangkap penjahat semacam ini, mereka harus menangkapnya saat dia tengah melakukan kejahatannya. Jika mereka gagal, maka mereka akan kehilangan kesempatan mereka.
"Lalu kapan kesempatan yang anda maksud itu, Pak?" Tanya Chana.
"Kita mungkin harus menunggu kurcaci ke-7." Ujar Thuan.
"Siapa kurcaci ke-7? Kapan dia akan datang?"
"Dia akan datang saat aku yakin bahwa si kurcaci ini bukan pemburu."
Fakta yang baru diketahuinya hari ini tentang Direk yang ternyata palsu membuat Rut jadi begitu sedih dan kecewa sehingga dia mengurung diri di kamar mandi.
Kekecewaan terhadap pamannya itu membuat Rut jadi semakin gencar untuk menyelidiki mantan rekannya Direk - Thuanthep, dan mendapati mereka sama-sama menangani kasus Kunwei 20 tahun yang lalu.
Bersambung ke part 3
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam