Saat para model mulai bermunculan, Neung datang bersama Suam sembari menyemangati Suam. Dan begitu Suam masuk ke tempat acara, dia sontak mencuri perhatian semua orang dan para reporter yang heboh memotretinya.
Suam yang tidak terbiasa dengan flash kamera jelas tak nyaman karena itu. Tiba-tiba Rut muncul menggandeng tangannya dan itu berhasil membuat Suam jadi tenang dan bahagia. Neung agak cemburu, tapi dia cepat-cepat menepisnya.
Tapi Da dan Suk kesal setengah mati melihat pemandangan itu. Da sinis menyindir Neung, dia pakai apa untuk menggosok gembel ini? Sabun? Atau sikat toilet?
Suam cuma bisa diam menahan kesal, tapi Neung dengan pintarnya membalas sindiran Da dengan mengklaim kalau dia pakai sikat gigi. Soalnya dia takut mulutnya bau. Apa Da pernah pakai sikat gigi?
Suk buru-buru menyela dan bisa lebih bersabar dalam menghadapi situasi ini. Dengan sok ramah dia berterima kasih atas kedatangan mereka dan memuji baju-baju cantik mereka. Dan Suam bagus juga pakai produk asli.
Da sinis, dia mau ke toilet saja. Kalau dia di sini terus, bisa-bisa acara ini akan jadi kacau. Tiba-tiba seorang reporter meminta Rut dan Suam untuk foto berdua. Rut setuju dan Suam sontak menampilkan senyum penuh kemenangan pada Su sebelum kemudian pergi bersama Rut.
Su sinis menyindir Neung, dia benar-benar mengurus temannya dengan baik. Suam memang kelihatan lebih baik memakai barang asli.
"Tentu saja. Orang yang asli akan kelihatan cantik dengan apapun yang mereka pakai. Tapi orang palsu harus berusaha sedikit lebih keras." Sindir Neung.
"Orang palsu, maksudmu siapa? Aku... atau kau sendiri?" Balas Su lalu pergi.
Dua pria tertarik sama Suam dan langsung mendekatinya. Tapi Rut mendadak muncul sambil menatap mereka tajam sehingga kedua pria itu terpaksa harus pergi, dan Rut langsung menutupi Suam dengan jasnya dan melarangnya melepasnya. Suam tidak mengerti kenapa, apa bajunya tidak cantik?
"Cantik, tapi apa perlu seterbuka ini?"
"Apanya yang terbuka? Dari apa yang kulihat, pakaianku bukanlah yang paling terbuka di acara ini."
Neung yakin kalau Rut mungkin tidak suka orang-oran melihat Suam. Tapi Suam malah tak percaya. Neung buru-buru cari-cari alasan untuk meninggalkan mereka berdua dan langsung pergi.
Suam malah mau pergi ikut Neung, Rut sontak menariknya dan menegaskannya untuk tetap di sini. Kenapa juga Suam mau pergi dan membiarkan banyak orang untuk melihatnya.
"Bilang saja kalau kau cemburu, Khun."
"Aku cemburu." Rut akui itu sambil menggenggam tangan Suam.
Di luar, Neung tak sengaja menguping percakapan Da dan ayahnya. Da tak senang karena ayahnya menyuruhnya untuk bersabar menghadapi Suam padahal dia ingin sekali menampar Suam.
Direk menyuruhnya untuk tenang dulu. Bagaimanapun dia adalah istrinya Rut. Jika waktunya tiba, Direk sendiri yang akan 'mengurusnya'. Neung kaget mendengarnya, jelas-jelas ucapan Direk itu berkonotasi negatif.
Dia jadi cemas dan buru-buru mencari Suam tapi Rut malah memberitahu bahwa Suam sendiri pergi mencari Neung. Neung jadi tambah cemas, lalu di mana Suam?
Rut menyarankannya untuk tetap di sini saja dan tunggu dia kembali. Kalau Neung berkeliaran, takutnya dia akan melewatkan Suam lagi. Neung cemas banget, tapi dia terlalu ragu untuk mengutarakan kecemasannya pada Rut mengingat hubungan Rut dengan Direk.
Bukannya bertemu Neung, Suam malah berpapasan dengan Sia Ha yang menyapanya dengan sok ramah. Tapi jelas-jelas dia sedang menyindir Suam saat dia mulai membahas latar belakang mereka yang sama-sama tumbuh di lingkuhan kumuh.
Suam males banget bicara dengannya dan mau pergi, tapi Sia Ha tiba-tiba membahas kakaknya dan membanding-bandingkan mereka yang jelas saja membuat Suam jadi cemas dan kesal memperingatkan Sia Ha untuk tidak menganggu kakaknya.
Sia Ha santai mengklaim kalau dia tidak mengganggu kakaknya, dia hanya memperhatikan. Wajar kan orang dari latar belakang yang sama saling memperhatikan satu sama lain. Dia sudah punya anak tapi masih cantik.
"Jangan ganggu keluargaku!"
"Aku kan sudah bilang, aku hanya memperhatikan. Akulah yang mengurus lingkungan ini. Aku hanya membantu siapapun yang butuh bantuan. Aku tidak keberatan biarpun kakakmu sudah punya anak dengan..."
Suam kaget mendengar kalimat terakhirnya itu. Apa maksudnya? Apa Sia Ha tahu siapa ayah dari anak kakaknya?
"Perhatikan saja dan lihatlah. Mudah sekali mengenalinya. Ah, tapi mungkin belakangan ini kau terlalu sibuk untuk memperhatikan keluargamu. Kalau begitu, aku akan membantu mengurus mereka dari kejauhan. Kuharap kau tdak tersesat di dunia hi-so (high society) ini terlalu lama. Karena ini bukan tempatmu." Sinis Sia Ha lalu pergi.
Saat Sia Ha berbalik, tiba-tiba seorang pelayan wanita menubruknya dan membuat bajunya tersiram minuman. Merasa bersalah, si pelayan menawarkan diri untuk mencucikan bajunya.
Suam tak memeprmasalahkannya, tapi si pelayan memaksa dengan ketakutan, dia takut ketahuan atasannya kalau Suam kembali ke pesta dalam keadaan seperti itu, dia bisa kena masalah.
Suam jadi kasihan padanya dan akhirnya setuju untuk membersihkan bajunya di toilet. Tak lama kemudian, si pelayan kembali membawakan hair dryer untuk mengeringkan bajunya dan segelas minuman.
Dia berkata bahwa tadi waktu dia bertabrakan dengan Suam, dia memperhatikan wajah Suam tampak sangat pucat. Makanya dia membawakan sirup untuk Suam.
Sementara si pelayan mengeringkan bajunya, Suam buru-buru menelepon Oil untuk memastikan Oil dan Nat tetap aman. Setelah memastikan mereka baik-baik saja, Suam pun meminum sirupnya. Tapi saat dia keluar dari toilet tak lama kemudian, tiba-tiba dia malah merasa pusing lalu pingsan.
Neung gelisah banget menunggu Suam yang belum kembali sedari tadi. Direk dan Da kembali saat itu, tapi mereka juga tidak tahu di mana Suam. Da malah senang-senang saja menuduh Rut lagi flirting sama Neung.
Tiba-tiba Sia Ha muncul... sambil menggendong Suam yang pingsan. Dia mengklaim kalau dia menemukan Suam pingsan di depan toilet. Rut jelas tak percaya istrinya cuma pingsan dan menuntut Sia Ha unuk memberikan Suam padanya.
"Sepertinya Deputi sangat mencintai dan mencemaskan istrinya. Bagus sekali. Kau secemas ini dan dia malah bersamaku. Ambillah dia kembali."
Tapi saat Rut hendak mengambil Suam, Sia Ha tiba-tiba dia berubah mengancam Rut. "Lain kali aku mungkin tidak akan mengembalikannya."
Kesal, Rut langsung mengambil Suam. Tapi Direk malah mengucap terima kasih pada Sia Ha. Rut jadi semakin curiga dengan mereka.
Suam sadar saat itu. Rut langsung mendudukkannya di bangku dan menanyakan siapa yang melakukan ini padanya. Tapi Suam masih terlalu pusing untuk berpikir.
Direk menyuruh Rut untuk segera membawa Suam pulang saja. Direk juga mau pulang. Maka Rut menitipkan Suam ke Neung sebentar, sementara dia mengantarkan Direk keluar.
Direk penasaran kenapa Suam pingsan, apa dia sakit atau jangan-jangan... mereka punya berita bagus? Rut menyangkal. Dia sungguh tidak mengerti kenapa bisa Sia Ha yang menemukan Suam di depan toilet wanita? Terlalu kebetulan sehingga rasanya seperti disengaja.
Tapi alih-alih mencurigai Sia Ha juga, Direk malah secara tak langsung membela Sia Ha dan menyuruh Rut untuk tidak kebanyakan mikir. Bukankah sudah bagus Sia Ha mengembalikan Suam?
"Sepertinya Paman sudah tidak terlalu keras terhadap Sia Ha." Sindir Rut.
"Oh yah? Mungkin aku sudah terlalu lama meninggalkan satuan polisi. Makanya aku tidak terlalu memikirkan masalah ini." Alasan Direk.
"Apa bukan karena Sia Ha mendukung partai yang mendukung Paman?"
Direk dengan canggung mengklaim kalau dia belum membuat keputusan terkait masalah itu. Dia langsung menepuk-nepuk pipi Rut dan meyakinkannya untuk tidak khawatir. Apapun yang akan dia lakukan, dia pasti akan memberitahu Rut, seperti biasanya.
Pintu lift terbuka, tapi di dalamnya malah ada Sia Ha cs. Tapi Direk sama sekali tidak keberatan untuk naik satu lift bersamanya, membuat Rut jadi semakin mencurigai mereka semua.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam