Sinopsis My Secret Bride Episode 13 - 4

Keesokan harinya, Rut turun dengan membawa laptopnya Suam sambil celingukan gugup mencari Suam. Sepertinya Suam belum turun, Rut pun meletakkan laptopnya di meja saat tiba-tiba saja Teerak muncul dan menyapanya.


Padahal dia cuma menyapa biasa, tapi Rut melompat kaget banget kayak maling yang tertangkap basah sedang mencuri. Teerak jelas bingung melihat keanehannya. Rut benar-benar canggung dan salting banget sampai bingung musti ngomong gimana padahal dia cuma mau tanya apakah Suam belum turun.

"Oh, belum. Saya belum melihatnya sedari tadi. Oke! Akan saya panggilkan dia untuk anda."

Rut sontak heboh menghadang Teerak dan melarangnya. Tidak usah dipanggil. Dia lalu memberikan laptopnya Suam dan meminta Teerak untuk mengembalikan itu ke Suam. Teerak tambah bingung, kenapa Rut tidak mengembalikannya sendiri saja?

"Itu... anu... Suam harus mengumpulkan tugasnya hari ini. Tapi... Aku tidak punya waktu. Jadi, tolong berikan ini padanya."


Gampang! Teerak tiba-tiba mendorong Rut berbalik tepat menghadap Suam yang baru saja turun. Pfft! Rut refleks menutup mukanya pakai laptop saking malunya. Bahkan Suam pun tak berani kontak mata dengannya dan terus menatap ke lantai dengan gugup. Dan jadilah mereka berdiri membeku di sana dengan kebingungan, sama-sama tak tahu harus bagaimana.

"Apa kalian baik-baik saja?" Heran Teerak.


Rut dan Suam mendadak kompak mengklaim mereka baik-baik saja, tidak ada masalah sedikitpun, oke banget! Rut akhirnya ingat untuk memberikan laptopnya, tapi dia menyodorkannya dengan malu-malu.

Suam pun menerimanya dengan malu-malu sampai-sampai laptop itu hampir saja terjatuh dan pada akhirnya membuat tangan mereka jadi tak sengaja bersentuhan dan sontak membuat mereka jadi semakin heboh dan tegang bukan main.

Rut bergegas menghindar dan balik ke kamarnya untuk mengatur irama jantungnya yang tak beraturan, sementara Suam cuma bisa membeku di sana bagai patung dan baru sadar saat Teerak menegurnya.


Dan saat itulah dia baru sadar kalau Rut bukan cuma mengembalikan laptopnya. Di bawah laptop itu juga ada skripsinya yang sudah selesai di-print. Ternyata saat laptopnya ketinggalan semalam, Rut membantu menyelesaikannya dan menge-print-nya sepanjang malam.

Suam terharu dan langsung memeluk dan mencium skripsinya itu saking bahagianya lalu mengirim ucapan terima kasih pada Rut.


Bahkan sesampainya di kampus, Suam masih menatap skripsinya itu dengan senyum bahagia. Tiba-tiba Bird - temannya Suam berteriak memanggilnya. Suam kaget banget sampai-sampai dia refleks melempar skripsinya lalu duduk membeku dengan canggung.

Bird jelas bingung melihatnya. Suam kenapa? Belum sarapan? Suam menyangkal, tapi sikapnya benar-benar aneh banget. Dia bahkan tidak sadar dia menjawab dengan suara yang terlalu tinggi.

Mengalihkan perhatian ke skripsnya Suam, Bird kagum melihat betapa rapinya skripsinya Suam, benar-benar sempurna. Ini tidak dikerjakan orang lain, kan?

"Bukan! Bukan!" Sangkal Suam dengan nada suara yang terdengar terlalu panik dan jelas mencurigakan.

Dia bahkan buru-buru mengalihkan topik ke skripsinya Bird yang terlihat rada lecek dengan berbagai bekas entah apa saja. Bird menjelaskan kalau itu cuma bekas kopi dan air mata semalam suntuk. Selain itu juga ada kebahagiaan dan semangat masa muda mereka. Apa Suam sudah siap mengumpulkan skripsinya? Siap!

"Ayo kita lanjutkan perjalanan kita menuju kebebasan!"

Mereka pun beranjak bangkit dengan penuh semangat... tapi malah melihat di luar lagi hujan. Tunggu reda dulu deh.


Saat Suam pulang tak lama kemudian, dia mendapati di meja ada banyak sekali barang-barang mewah dan Teerak dengan antusias mengucap selamat untuk kelulusan Suam.

"Terima kasih, Khun Teerak. Tapi ini apa?"

"Hadiah untuk orang yang baru saja lulus." Ujar Rut yang mendadak muncul dengan membawa sebuket bunga besar. "Selamat, Suam."

"Khun, aku masih belum lulus. Aku baru mengumpulkan skripsi. Aku tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak."

Pasti berhasil kok, soalnya Rut sudah mengecek seluruh skripsinya Suam. Canggung, dia akhirnya menyerahkan buket bunganya untuk Suam.


Setelah Teerak meninggalkan mereka berduaan, Rut meminta maaf atas semalam. Tapi Suam malah pura-pura amnesia. Memangnya semalam ada apa? Dia tidak ingat.

"Kau sungguh ingin aku mengatakannya?"

Tidak usah! Suam mendadak ingat. Terus apa semua ini adalah hadiahnya? Rut membenarkan, semuanya hadiah untuk Suam.

"Wow! Kau benar-benar sugar daddy yah. Kenapa kau melakukan ini? Hah? Kalau begini, aku akan sering-sering menyuruhmu melakukan ini."

Rut sama sekali tidak keberatan. "Lakukan saja. Aku tidak masalah. Aku bisa melakukannya untukmu. Sungguh."


Suam terharu. Dia langsung antusias memakai tas Louis Vuitton barunya. Tapi semua ini terlalu banyak bagi Suam. Jadi, bolehkan dia membagikannya dengan teman-temannya?

"Terserah kau. Kenapa? Kau tidak suka?"

Bukan begitu. Hanya saja, Suam takut untuk menggunakannya. Barang-barang ini terlalu banyak dan juga membuatnya... lebih serakah.

"Orang lain akan senang mendapatkan sesuatu, Suam."

"Karena aku tidak bisa menggunakan semuanya, Khun. Bolehkah aku membaginya dengan Way dan Bu?"

Rut setuju. Suam tiba-tiba ingat bahwa sebentar lagi sudah mau 3 bulan. Suasana di antara mereka sontak berubah jadi lebih canggung sekarang. Suam buru-buru menjelaskan maksudnya adalah ulang tahunnya Rut. Dia mau hadiah apa?


Suam akan menagih uang sama Rut karena Rut telah menyentuhnya, nanti uang itu akan dia belikan hadiah ultah untuk Rut. Dia mau hadiah apa?

Tidak perlu. Rut tidak menginginkan apapun. Suam tak percaya. Rut akhirnya mengaku sebenarnya ada yang dia inginkan, tapi itu tidak bisa dibeli. Sebuah saputangan.

Hah? Cuma itu? Astaga! Suam bisa membelikannya berapapun yang dia mau. Dia mau saputangan berapa lusin?

"Hanya ada satu. Ibuku memberikannya padaku sebagai hadiah. Ibu menjahit namaku di situ. Tapi aku sudah kehilangan sapu tangan itu."

Informasi itu kontan membuat Suam termenung teringat sapu tangan milik polisi berinisial DS yang dulu menolongnya. Sekarang akhirnya dia mengerti apa arti DS itu, Danurut Sangkhapat.


Mengalihkan topik kembali ke Suam, Rut penasaran hadiah apa yang Suam inginkan untuk ulang tahunnya?

"Aku mau sebuah rumah. Apa kau akan membelikannya untukku?"

"Mungkin. Kapan kau lahir?"

"31 Mei."

Buku yang pegang Rut sontak terjatuh saking tercengangnya mendengar informasi itu. Suam jadi cemas melihat wajahnya, mengira Rut mempermasalahkan masalah rumah itu. Dia cuma bercanda kok, Rut tidak perlu membelikannya rumah.

"Aneh. Ayah dan ibuku meninggal dunia pada tanggal 31 Mei."

Dalam flashback setelah ibunya meninggal dunia di rumah sakit, Rut tak sengaja lewat ruang perawatan bayi dan melihat seorang bayi perempuan yang baru lahir, dia tidak sadar bahwa bayi itu adalah Suam.


Kembali ke kamarnya, Suam mengeluarkan saputangan DS itu, saputangan yang mengingatkannya akan polisi baik hati yang menolongnya dulu. Polisi yang baru disadarinya adalah Rut.

"Seseorang pernah bilang bahwa orang yang dilahirkan untuk menjadi belahan jiwa, mereka akan mendapat kesempatan untuk saling bertemu dan serin berada di tempat yang sama, berjalan melewati satu sama lain, tapi tidak bisa saling mengingat. Tapi saat waktu yang tepat tiba, mereka akan saling bertemu dan tidak akan terpisah lagi."


Itu adalah pidato yang Suk sampaikan pada para reporter dalam acara peluncuran koleksi terbarunya. Salah satu reporter bertanya apakah Su sendiri masih menunggu atau sudah bertemu jodohnya?

Su dengan gaya sok rendah hatinya mengklaim kalau dia sudah bertemu, tapi sekarang sudah berlalu. Mungkin karena dulu dia kurang cantik. Tapi jika dia bertemu dengan orang itu lagi, kali ini dia tidak akan kehilangan lagi.

Dia sedang memperkenalkan koleksi pertamanya saat Rut datang sendirian. Rut berkata kalau Suam masih dandan bersama Neung. Kesempatan! Suk langsung memanfaatkan saat itu untuk menggandeng Rut sok mesra biar difoto sama para reporter dan terang-terangan mengklaim kalau dia menginginkan Rut sebenarnya, sayangnya dia sudah ada yang punya.

Rut jelas tak nyaman dan langsung melepaskan diri. Tepat saat itu juga, Direk baru saja datang. Seorang reporter langsung mewawancarainya terkait dirinya yang akan menjadi kandidat menteri dalam pemilu berikutnya.


Direk berusaha menolak wawancara itu, tapi si reporter tak peduli dan terus saja menanyainya tentang Sia Ha yang mendukung pemilihan dirinya, apa Direk tidak keberatan dengan itu?

Ekspresi Direk sontak berubah kesal. Apalagi Sia Ha datang saat itu dan dengan gaya sok baiknya mengklaim kalau dia hanya ingin memanfaatkan keuntungan dari bisnisnya demi kepentingan rakyat. Direk adalah orang yang terhormat. Mereka harus percaya pada keputusan Direk.

Dia lalu cepat-cepat mengalihkan perhatian semua itu ke acara putrinya ini dan jadilah mereka berempat foto bersama bak keluarga.


Pada saat yang bersamaan, Cuchai menugaskan Chana untuk mencari seorang pria yang tangannya bertato dan bersembunyi di suatu tempat untuk memberinya seamplop uang.

Tapi kemudian Chana mengajak orang itu untuk minum-minum bersamanya dengan alasan untuk melepaskan penat, seharian mengurung diri di dalam kamar, rasanya pasti sumpek.

Pria itu percaya-percaya saja padanya, padahal itu cuma caranya Chana untuk membuat pria itu meninggalkan rumahnya. Dan tepat setelah mereka pergi, seseorang masuk ke dalam rumah persembunyian orang itu.


Da senang banget melihat Rut datang sendirian. Tuh cewek pasti tidak berani datang, dia kan tidak tahu cara bergaul dengan masyarakat kelas atas.

Tapi tiba-tiba perhatian semua orang teralih ke pintu, melihat tamu yang baru datang. Bahkan reporter pun langsung heboh memotreti Suam yang tampak begitu cantik hari ini.

Bersambung ke episode 14

Post a Comment

0 Comments