Sinopsis My Secret Bride Episode 13 - 2

Suam lalu bergegas pergi ke kampung Suksumrarb, Suk memberitahu bahwa keadaan sekarang masih bisa ditangani berkat Nenek Dukun yang menggantikan Suam. Tapi sebaiknya mereka bergegas sekarang.


Songkram dan Damkerng menyamar jadi salah satu pelanggan rumah meditasi di mana Nenek Dukun sedang berakting dirasuki Jao Mae ular lagi. Dan orang-orang itu percaya banget sama dia, bahkan langsung bersujud hormat padanya. Satu per satu, para warga desa maju untuk mengeluhkan masalah masing-masing.

Waew maju duluan untuk mengeluhkan jodohnya yang tak kunjung datang padahal dia sudah dandan cantik, bibir dan pipinya sudah merah merona dan alisnya juga sudah digambar tebal, terus apa yang kurang darinya?

Nenek Dukun mengklaim tak ada yang kurang darinya, justru berlebihan. "Hapus alismu. Itu menghalangi kemakmuranmu, menghalangi semua keberuntunganmu!"

Tapi Waew malah ngotot menolak menghapusnya, mending dia mati aja deh daripada menghapus alis, udah susah-susah digambar malah suruh hapus.

Sekarang giliran Niang yang dengan kepedean tingkat tinggi minta dibantu agar para pria berhenti tergila-gila padanya.

"Pergilah ke dokter, kau sudah gila." Nasehat Nenek Dukun.

Sekarang Way, tapi bukannya mengeluhkan masalah hidup, Way malah menanyakan tentang jawaban dari soal ujian rumus matematika. Nenek Dukun jadi bingung harus jawab apa. Tapi untunglah dia terselamatkan berkat Suam yang sudah siap tampil, Nenek Dukun pun pura-pura seolah Jao Mae ular sudah pergi.


Suam pun keluar dengan dandanan ala Indianya. Dia pura-pura bertapa sebentar lalu langsung menunjuk ke trio preman untuk jadi pelanggan pertamanya.


Yang tidak Suam ketahui, Rut ternyata berencana untuk menangkap Suam. Makanya tadi dia berusaha keras untuk mencegah Suam pergi, tapi Suam ternyata tetap pergi.

Dan sekarang Rut memerintahkan para bawahannya untuk menangkap Suam. Para letnan dan sersan sudah berusaha mencegahnya, tapi keputusan Rut sudah bulat.


Suam mulai menginterogasi trio preman yang mengaku kalau mereka masih pergi ke tempat itu karena bagaimanapun, itu adalah tempat kerja mereka.

"Apa yang kalian kerjakan di sana? Tanah di sana sangat berhantu, tidak seharusnya kalian pergi ke sana."

Tapi trio preman itu tak ada yang mau bicara. Maka Suam langsung menyuruh salah satu dari mereka untuk mendekat dengan alasan dia akan menutup kesialan mereka dengan sinar malaikat.

Padahal begitu dia menyentuh si preman, dia justru sedang berusaha menggunakan kekuatan cenayangnya untuk melihat tempat itu. Dalam kilasan-kilasan penglihatannya, dia melihat sebuah rumah di tempat itu, roh pria itu dan sebuah pembunuhan. Err... penglihatannya yang ini sepertinya penglihatan masa lalu.

Tapi tiba-tiba penglihatannya mulai berubah, sepertinya kali ini adalah penglihatan masa depan. Dia melihat para polisi yang tampak mengepung penjahat di sebuah jembatan sungai dan seseorang yang kena tembak.


Suam tersentak bangun dari penglihatannya... tapi malah lebih kaget mendapati kepala yang dia pegang bukan kepala si preman, melainkan kepala Letnan Cha. Sedang apa para polisi di sini?

"Kami datang untuk menangkap."

"Menangkap siapa? Aku? Aku melakukan kesalahan apa?"

Ibu berusaha menyelamatkannya dengan mengklaim kalau kartu lotrenya keluar hari ini. Tapi para polisi itu sama sekali tak peduli karena mereka datang bukan untuk menangkap penjudi.

Suam tidak terima, memangnya dia melanggar hukum apa? Memangnya membuka rumah meditasi itu melanggar hukum? Sersan dengan sabar meminta Suam untuk ikut saja bersama mereka dan tidak membuat masalah ini jadi semakin besar.

Suam berusaha mengancam akan melaporkan mereka ke Rut, tapi mereka malah memberitahu bahwa Rut sendiri yang memerintahkan mereka untuk menangkap Suam.


Jadilah Suam dipenjara. Dia terus diam tanpa mempedulikan ejekan dua tahanan yang dipenjara bersamanya. Rut datang tak lama kemudian, Suam sudah senang saja mengira Rut akan mengeluarkannya.

Tapi Rut malah menuduhnya melakukan penipuan uang dan korbannya adalah Rut sendiri. Tadi pagi Suam sendiri yang menyuruhnya untuk mentransfer uang, jadi Suam tetap harus dihukum. Rut bahkan tak peduli biarpun Suam harus mengumpulkan skripsinya besok lalu pergi begitu saja meninggalkannya.


Nenek Dukun heran melihat Ibunya Suam malah santai-santai saja, dia tidak mau melihat putrinya? Ibu santai, biar saja Suam diurus suaminya sendiri. Tapi dia mulai meragukan bisnis rumah meditasi ini. Apa bisnis ini benar-benar menguntungkan? Setiap kali buka rumah meditasi, ada saja kesialan yang mereka alami. Kalau mereka membukanya lagi, mungkin putrinya akan mati.

Thuan datang saat itu sambil pura-pura tak tahu apa yang sedang mereka lakukan. Suk memberitahunya kalau Suam barusan ditangkap polisi. Thuan kaget, lalu apa tidak ada di antara mereka yang menjaminnya?

Ibu santai, suaminya Suam kan Deputi polisi, itu masalah keluarganya sendiri jadi tidak perlu ikut campur. Mengalihkan topik ke suaminya Ibu sendiri, Nenek Dukun penasaran apakah suaminya itu tidak pulang.

"Lebih baik dia tidak pulang. Dia pulang juga cuma membawa masalah saja."

Nenek Dukun benar-benar heran sama Kob itu. Dia memukuli anak-anaknya seolah mereka bukan anak kandungnya saja. Sebenarnya Nenek Duku ingin sekali melaporkan orang itu ke polisi karena itu orang itu benar-benar sudah keterlaluan.

Kenapa Ibu tidak berpisah saja dengannya? Lagian juga tuh orang tidak pernah pulang dan tidak pernah menafkahi keluarganya, kenapa juga Ibu masih bertahan dengannya?

"Menurutku, kau sepertinya takut padanya alih-alih mencintainya. Apa dia mengancammu? Laporkan saja pada menantumu, dia pasti bisa membantumu."

"Betul!" Timpal Thuan antusias. "Apapun yang terjadi, laporkan saja pada polisi. Mereka pasti akan membantumu."

Tapi entah apa yang membuat Ibu takut dan keras kepala menolak semua saran mereka. Lagipula segalanya sudah berlalu dan dia juga sudah berhasil bertahan sejauh ini.


Padet datang tak lama kemudian untuk mengecek Suam, tapi malah mendapati Suam lagi asyik rujakan mangga muda sama tahanan lainnya. Wkwkwk!

"Sepertinya kau tidak depresi yah?" Sindir Padet.


Suam yakin kalau Rut cuma marah sebentar, dia yakin Rut pasti akan membebaskannya. Dia kan istrinya Rut, tidak mungkin Rut akan membiarkannya dipenjara terus.

Tapi Padet malah memberitahu kalau Rut sudah pulang sekarang. Bahkan sampai malam tiba, Rut tetap tidak kembali. Satu per satu, tahanan lain dibebaskan berkat jaminan keluarga masing-masing. Hanya Suam seorang yang masih mendekam di penjara.

Suam jadi sedih teringat pertengkarannya dengan Kob dulu. Dulu Kob saking marahnya pada Suam, dia menghina Suam habis-habisan, mengklaim takkan ada seorangpun yang akan mencintai Suam. Dia bahkan mengutuk Suam sebagai narapidana dan akan dipenjara oleh suaminya sendiri.


Di tempat lain yang tampak menyeramkan, Sia Ha sedang menyiksa seorang wanita sebelum kemudian membunuhnya. Bah! Psikopat beneran. Cuchai mau langsung pergi setelah wanita itu disingkirkan.

Tapi Sia Ha tiba-tiba memanggilnya dan berkata kalau dia masih ingin ngobrol dengan Cuchai. Dia menanyakan bagaimana keadaan Cuchai. Cuchai mengklaim kalau dia baik-baik saja, tapi tentu saja Sia Ha tak percaya.

Kenapa Cuchai menyembunyikannya darinya? Takut kalau Cuchai tidak akan mendapatkan apapun yang dia inginkan? Apa Cuchai tidak percaya padanya? Katakan saja ada apa sebenarnya dengannya?

Tapi Cuchai masih terlalu takut untuk mengungkapkannya dan akhirnya mengklaim kalau dia cuma sedikit sakit, tapi sekarang dia sudah baikan. Sia Ha tampak jelas tak percaya dan kecewa karena kebohongan Cuchai itu, tapi dia tak membahasnya lebih jauh dan pura-pura mempercayai omongan Cuchai.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments