Sinopsis My Secret Bride Episode 13 - 1

Rut sinis menyindir kepengecutan Aik di hadapan para tetua dan cuma berani padanya. Berhentilah menganggu istrinya dan jaga saja Da, jangan membuatnya kecewa lagi.


Tepat saat kedua pria itu sedang bersitatap dengan sengit, para wanita baru keluar. Aik berusaha menyenangkan Da dengan mengucap sampai jumpa di rumah nanti. Da mengiyakannya saja dengan gaya jual mahal lalu menggandeng Rut pergi bersamanya.

Sekarang tinggal mereka berdua saja, Neung langsung mengajak Oppa-nya itu untuk ngopi bareng. Dipikir-pikir mereka sekarang jarang ngobrol bersama.

"Sejak kau jarang pulang."

"Meski aku pulang juga aku tidak pernah melihat wajahmu. Jadi, di rumah siapa kau bersembunyi? Ibu bilang kalau adikku ini sudah punya pacar. Siapa dia?"

Neung hampir tersedak mendengarnya, tidak ada kok. Aik sudah menduga kalau itu tidak benar, tapi kenapa Neung berbohong pada Ibu? Tentu saja karena Neung tidak suka dijodoh-jodohkan.

"Lalu bagaimana dengan Khun Rut? Kau sudah tidak menyukai dia lagi?"


"P'Rut sudah menikah."

"Jangan bilang kalau kau mempercayai pernikahan mereka?"

"Percaya atau tidak, mereka sudah menikah. Aku harus menghormati mereka. Iya kan?"

"Neung, kau membicarakan dirimu sendiri atau membicarakan aku?"

Neung penasaran, apa Aik benar-benar mencintai Suam? Tapi Aik malah bingung harus jawab apa, tampak jelas dia juga ragu dengan perasaannya sendiri. Neung jadi semakin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi antara Aik dan Suam setelah dia pergi ke luar negeri dulu? Kenapa Ibu mengusir Suam dari rumah?

Flashback 7 tahun yang lalu.


Pertama kalinya Neung membawa Suam ke rumahnya setelah pertengkaran hebat Suam dengan ayahnya. Suam langsung bersujud hormat di lantai pada ayah dan ibunya Neung. Tapi Neung yang baik hati, langsung mengajak Suam duduk di sofa.

Aik menyambutnya hangat. Walaupun tak mengatakannya secara langsung, tapi ayah dan ibu jelas agak jijik melihat penampilan Suam yang waktu itu tampak sangat gembel.

Neung menjelaskan duduk perkaranya dan alasanya membawanya Suam kemari. Karena itulah Neung memohon pada mereka untuk membantu Suam dan mengizinkan Suam tinggal di sini.

Awalnya mereka kasihan dan akhirnya mengizinkan Suam tinggal bersama mereka, membiarkan Neung memberikan baju-bajunya pada Suam, bahkan melindungi Suam saat Kob berniat mau menjemput Suam.


Hingga pada suatu hari, Ibu mulai menyadari sikap aneh Aik yang tampak terlalu perhatian sama Suam dan suka menggodai Suam. Sejak saat itulah Ibu mulai tak suka pada Suam.

Apalagi saat mereka melihat nilai-nilainya Suam jauh lebih bagus daripada nilai-nilainya Neung, Suam bahkan mendapatkan piagam sebagai siswa terbaik. Aik tampak begitu bangga padanya, bahkan merangkulnya yang jelas saja membuat Ibu jadi semakin tak suka sama Suam.

Dan perasaan tak suka itu semakin lama semakin besar setiap kali Ibu mendapati Suam dan Aik tampak begitu dekat dan mesra.

Flashback end.


Neung masih melamun saat Suam datang. Mereka masih agak canggung, Suam pun masih memanggilnya 'Khun Neung' saat dia bertanya-tanya apakah Neung sekarang sudah tidak membencinya lagi?

Neung galau. Entahlah, tapi dia merasa sepertinya dia membenci Suam hanya karena omongan orang lain. Dia benar-benar bingung dengan dirinya sendiri. Bahkan membenci seseorang pun, dia tidak bisa memutuskannya sendiri.

"Itu tidak benar, Khun Neung. Karena orang yang kau percaya adalah orang yang sangat mencintaimu dan memiliki niat baik terhadapmu."

"Panggil 'Neung' sajalah. Lalu, kau tidak marah pada ibuku karena membohongiku tentangmu dan P'Aik."

Tentu saja tidak. Ibunya Neung telah berbaik hati memberinya tempat tinggal saat dia tidak tahu harus pergi ke mana, menyekolahkannya dan selalu merawatnya. Dan juga... mungkin Ibunya Neung tidak berbohong tentangnya.

"Tidak perlu membelanya. Aku sudah bicara dengan P'Aik. Aku sudah tahu semuanya."

Tapi kebenaran bagi tiap-tiap orang itu tidak sama. Apapun yang dilihat Ibunya Neung adalah benar menurutnya. Mungkin ada banyak hal yang membuat Ibu salah paham. Tapi semua itu karena Ibu punya niat baik pada Neung dan Aik. Karena itulah, Suam memohon pada Neung untuk tidak marah pada ibunya.

"Kalau begitu, kau dan aku, kita mulai dari awal lagi, yah? Jika aku tidak menyukaimu, biar aku memutuskannya sendiri."


Tapi yang pasti, sekarang ini ada satu hal yang tidak Neung sukai... Suam mendapatkan Rut!... Tapi tidak masalah kok. Sekarang mereka tidak perlu mempermasalahkan hal itu dulu.

Yang harus mereka lakukan sekarang adalah beli baju untuk dipakai pada acaranya Su. Neung tidak akan membiarkan Su merendahkan temannya lagi. Neung bahkan semangat banget mau pergi saat itu juga... Sebelum kemudian sadar kalau mereka belum menghabiskan makanan mereka. Makan dulu deh.


Rut ternyata benar-benar mencurigai Suam dan memerintahkan Sersan untuk menyelidiki kapan Suam akan membuka rumah meditasinya lagi. Sersan melapor bahwa acara itu akan diadakan lusa. Entah apa yang akan dilakukan Rut nanti, Sersan agak khawatir, tapi keputusan Rut sudah bulat.


Tepat pada hari yang ditentukan, Rut dengan sengaja berdiam diri di rumah yang jelas saja membuat Suam jadi gelisah dan tidak bisa pergi. Rut tidak mau ngantor hari ini? Rut pura-pura bodoh mengklaim kalau dia mau masuk agak siangan, memangnya kenapa?

Suam canggung menyangkal. Tapi tiba-tiba teleponnya berbunyi dari Suk. Mumpung Rut lagi sibuk, Suam sontak bergegas keluar untuk menjawab teleponnya.

Suk juga sudah gelisah karena para pelanggan mereka sudah berkumpul, malah pelanggan mereka bertambah dua kali lipat sekarang gara-gara Nenek Dukun yang juga ikut. Suam kapan akan datang?

Haduh, Suam juga bingung. Entah kenapa hari ini Rut mendadak tidak pergi ke kantor polisi. Suam tidak tahu harus mencari alasan apa.

"Katakan apa sajalah. Biasanya kau punya banyak trik!"

Baiklah, Suam akan berusaha mencari waktu yang tepat untuk keluar. Biarkan Nenek Dukun duluan saja yang melakukan ritualnya. Yang penting tahan bawahan Sia Ha untuknya.


Suam langsung menutup teleponnya setelah itu lalu berbalik dan hampir saja jantungan melihat Rut mendadak sudah ada di belakangnya entah sejak kapan. Suam jadi tambah semangat berusaha membujuk Rut untuk pergi kerja, tapi Rut ngotot belum mau pergi.

"Kenapa?! Kenapa kau tidak pergi bekerja?! Apa kau tidak tahu bahwa kebahagiaan masyarakat ada di tangan polisi? Jadi kau harus pergi kerja."

Rut tiba-tiba mengklaim bahwa ada sesuatu hal yang membuatnya tidak nyaman dan ingin dia konsultasikan dengan Suam.

"Konsultasi denganku? Aku sendiri saja tidak bisa bertahan hidup, lebih baik kau konsultasi saja dengan orang lain. Aku permisi, aku mau pergi kerja dulu."

"Kau mau pergi ke mana?"

"Pergi ke... Aku mau menyelesaikan proyekku bersama temanku. Karena besok hari terakhir skripsiku harus dikumpulkan, Khun. Aku harus menyelesaikannya, aku pergi dulu yah."

"Kerjakan saja di sini, aku akan membantumu."

"Tidak bisa!... Aku sudah buat janji dengan Bird. Kami harus membantu satu sama lain. Oke? Aku pergi dulu, yah?"


Suam berusaha bergegas pergi, tapi Rut terus berusaha mencegahnya dan memohon padanya untuk tidak pergi dengan alasan benar-benar ada hal yang menganggunya.

Rut merasa belakangan ini dia kurang beruntung, ada saja gangguan setiap kali dia melakukan sesuatu. Bawahannya meninggal dan kasusnya juga tidak ada perkembangan. Karena itulah, Rut mau minta tolong sama seorang Jao Mae. Apa Suam tahu Jao Mae mana yang hebat?

Suam pura-pura bodoh, mana mungkin dia tahu masalah begituan. Tapi saat Rut mengklaim kalau dia mau mendermakan uang pada Jao Mae, Suam mendadak mengklaim bahwa temannya tahu Jao Mae mana yang bagus.

Temannya tuh sering berdoa pada Jao Mae sebelum mengumpulkan laporannya ke dosen. Jadi Rut boleh percayakan uang derma itu padanya. Rut tinggal transfer saja uang derma padanya sekalian uang karena Rut menyentuh tangannya barusan, nanti akan Suam wakilkan ke Jao Mae.


Baiklah, Rut pun mentransfer uangnya ke rekeningnya Suam dan mengingatkan Suam untuk memberikan itu pada Jao Mae. Apa Suam mau dianterin ke rumah temannya itu?

Suam jelas menolak, dia bisa pergi sendiri kok. Baiklah, Rut pun naik kembali ke kamarnya. Sudah aman, Suam pun segera mengecek rekeningnya dan langsung shock melihat jumlahnya yang banyak banget. Suam senang, serahkan saja uang ini pada Jao Mae Suam.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments