Sinopsis My Secret Bride Episode 12 - 5

Usai makan, Rut menyerahkan barang-barangnya Letnan Kom ke Lamyai. Sersan pun berusaha menyemangati Lamyai dengan meyakinkannya bahwa suaminya sangat mencintai Lamyai dan bayi mereka.


"Kalau cinta lalu kenapa dia meninggalkan kami seperti ini?"

"Dia tidak meninggalkanmu, dia mati." 

"Lupakan saja, P'. Dia mungkin sudah lama tidak nyaman."

"Tidak nyaman apa?" Tanya Padet.

"Kalian kan juga sudah tahu, kenapa masih tanya?"

"Kau sudah lama tahu tentang masalah ini?"


Tentang Letnan Kom yang bekerja untuk Sia Ha? Tidak, selama ini suaminya merahasiakan masalah itu. Tapi belakangan ini suaminya sangat stres sampai susah makan, susah tidur. Dia baru memberitahu saat Lamyai mencoba bertanya padanya.

"Lalu apa kau tidak berpikir untuk menuntut orang yang melakukan ini pada suamimu?" Tanya Letnan Cha.

"Aku menuntutnya, P'? Apa kau bercanda? Bahkan sebelum aku melakukan itu, dia mungkin sudah mengirim orang untuk membunuhku dan bayiku. Orang miskin tidak bisa melawan, P'."

Dan lagi, biarpun Sia Ha itu jahat di mata tapi para polisi. Tapi Sia Ha bukan orang jahat bagi para warga kampung sini. Mereka semua bisa bertahan hidup berkat bantuan Sia Ha yang rutin bagi-bagi sembako pada mereka dan memberi mereka pinjaman. Kalau tidak ada Sia Ha, entah apakah ada orang yang peduli dengan warga kampung seperti mereka ini.

Lamyai memohon setulus hati pada mereka untuk tidak marah pada suaminya. Dia sama sekali tidak bangga dengan apa yang dilakukannya itu. Percayalah, Letnan Kom sangat bangga menjadi polisi. Dia menyanyangi mereka - para rekan polisinya sama besarnya seperti rasa sayangnya pada istri dan anaknya.
 

Rut termenung kesal gara-gara itu. Sungguh dia tidak mengerti dengan masyarakat mereka. Orang-orang yang tidak mampu, bukannya bergantung pada orang baik, malah bergantung pada orang jahat. Bahkan menganggap mereka seperti malaikat.

Padet mengingatkan bahwa mereka polisi. Mereka tidak bisa membagikan hal semacam itu. Itu tidak benar. Lagipula itu bukan bantuan jangka panjang.

Rut semakin kesal mendenganrya. Kebaikan selalu punya batasan. Makanya kejahatan jadi merajalela. Mungkin pamannya memang benar, sudah saatnya untuk berhenti untuk memikirkan apa yang benar dan sekali saja berpikir seperti pencuri besar.


Saat Aik kembali, dia mendapati kedua keluarga sudah berkumpul di kantornya. Ayahnya langsung menginstruksikannya untuk duduk di hadapan Da sebelum kemudian mulai membicarakan masalah kedua anak mereka.

Dia dengar dari Da bahwa Aik sudah beberapa hari tidak pulang. Dan saat dia mencari Aik di kondo, dia malah diusir. Apa yang sebenarnya terjadi?

Memang masalah ini sebenarnya adalah masalah mereka berdua sebagai suami istri, tapi tidak punya berhari-hari itu tidak benar. Kalau ada masalah, seharusnya mereka bicarakan dengan baik-baik.

Da seperti biasanya, langsung menyindir Aik dan menuduhnya mau balik ke gadis kumuh itu. Direk sampai harus menegur putrinya itu untuk menghormati Rut, lalu beralih menuntut penjelasan Aik. Apa dia benar-benar ingin menceraikan Da?


Padet sedang nongkrong sendirian di bangku depan kantor saat teleponnya berbunyi dari Neung. Dan begitu dia mengangkat teleponnya, Neung tiba-tiba memanggilnya P'Tangmo (Pfft! Itu nama panggilannya Padet?)

"Sudah kubilang jangan memanggilku dengan nama itu."

"Tidak ada yang mendengarnya, P'Tangmo!"

"Kau ada di mana? Kenapa suaramu bergema?"

"Aku... Aku menyelinap keluar dari ruangan. Aku lagi stres nih. Rasanya seperti tidak bisa bernapas." 

Padet mengerti. "Keluargamu sedang berunding seperti yang kau bilang padaku?"

"Iya."

"Apa kau sangat stres?"

"Benar sekali."

"Karena itu kau bersembunyi di toilet?"


Iya. Eh, kok Padet tahu? Jelas tahulah, perutnya Neung kan selalu bereaksi kalau dia lagi stres. Berusaha mengalihkan pikiran Neung, Padet mengingatkan Neung akan janjinya dengan Suam hari ini. Apa Neung bisa datang?

"Bisa. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

"Mau kutemani?"

"Tidak usah. Terima kasih."

Telepon itu membuat Neung jadi bahagia lagi. Jadilah dia kembali sambil senyam-senyum gaje... sampai saat dia menyadari semua orang sedang menatapnya dengan aneh.


Sekarang semua sudah berkumpul lagi, Da berkata dia rela melakukan apapun yang Aik mau asalkan dia bisa tetap memiliki Aik. Maka Aik pun langsung menyebutkan berbagai sikap buruk Da yang tidak dia sukai.

"Aku tidak suka kau datang ke kantorku dan marah-marah di hadapan klienku."

"Baiklah, aku mengerti. Aku tidak akan melakukannya lagi."

"Dan aku ingin kau menghormati ibuku saat kau di rumah."

Untuk yang itu, Da minta pindah saja ke kondo, dia kurang nyaman tinggal di rumah. Ibu menyetujuinya, kadang Da memang ingin berduaan saja dengan Aik. Ayah merasa ini sudah cukup. Tapi bagi Aik belum cukup.

Dia juga ingin Da mendengarkannya, terutama terkait masalah Suam. Berhentilah membuli Suam. Bukan berarti dia memihak Suam, tapi dia tidak suka istrinya melakukan hal itu. Dia benar-benar sudah kelewatan. Da tidak terima, apa yang Aik lakukan juga sudah kelewatan. Tapi baiklah, Da akan mencobanya.


Direk akui bahwa sikap Da terhadap Suam memang terlalu keras. Tapi dia melakukan itu karena dia mencintai Aik. Sebagai pria, dia harus stabil jika dia tidak ingin masalah seperti ini terulang. Da sinis, Suam juga harus berhenti menganggu Aik.

"Tapi Suam tidak pernah menganggu." Neung tiba-tiba bersuara membela Suam.

Ibu tak suka mendengarnya. "Kenapa kau malah membelanya?"

"Aku mengatakan kebenaran, Bu."

Rut yang sedari tadi hanya diam, akhirnya angkat bicara membela istrinya. "Sejak Suam menjadi istriku, Suam selalu bersamaku. Dia adalah istri sahku. Dan aku akan snagat berterima kasih pada semua orang jika kalian membicarakan Suam dengan hormat dalam status Suam sebagai manusia. Aku janji, aku tidak akan membiarkan Suam mengganggu keluarga Da lagi Dan kuharap Khun Aik juga bisa mengerti."

Menyudahi rapat keluarga ini, Direk menyimpulkan Aik harus menjaga Da dan mulai dari awal kembali. Keluarga mereka sudah lama saling mengandalkan, Direk tidak mau mereka hancur hanya karena masalah remeh semacam ini.


Rut beranjak bangkit dan langsung berterima kasih pada Neung... karena sudah membela Suam. Neung agak kecewa dengan alasan terima kasihnya, tapi dengan cepat tersenyum tulus padanya.


Setibanya di markas Snow White, Suam mendapati semua orang berkumpul setelah selesai dengan tugas penyamaran masing-masing. Thuan baru saja menyamar jadi kepala singa barongsai di rumah partner politiknya Sia Ha.

Songkram yang bertugas menyamar jadi agen real estate, melaporkan hasil penyelidikannya tentang tanah lapang di Suan Phueng itu. Tanah itu ternyata tidak ada aktanya dan tidak ada seorang pun yang berani membangun apapun di sana karena para penduduk di sana berkata bahwa tanah itu banyak hantunya.

Terutama di bagian tangki limbahnya. Siapapun yang datang menganggu, pasti akan dihantui. Dia yakin itu adalah tanah yang pernah disebutkan trio preman. Kabarnya di sana sering dilakukan penyelundupan obat-obatan terlarang atau barang ilegal.


Sayangnya, terlepas dari segala bukti yang mereka miliki tentang Sia Ha, semua saksi mereka sudah mati. Karena itulah, Thuan memerintahkan Suam untuk membuka rumah meditasi lagi. Kali ini dia harus memakai alat pendengar juga dan coba paksa trio preman itu untuk mengakui bahwa mereka benar-benar melakukan penyelundupan.

Mereka tidak bisa bersantai sekarang. Jika Sia Ha sampai terjun ke politik, akan sulit bagi mereka untuk melakukan tugas mereka. Dia juga memerintahkan Damkerng dan Songkram untuk menyamar menjadi penduduk desa dan mencoba mendekati trio preman itu.

Rapat selesai, Thuan pun mau mandi dulu. Tapi tiba-tiba Suam usil menggodai Thuan dengan menabuh meja seolah lagi main barongsai dan Chana mendadak latah ikut-ikutan menabuh meja.


Thuan jadi kesal dan langsung mengutuk Chana untuk tidur di penjara... Dan seketika itu pula matanya Suam mendadak berkedut-kedut entah kenapa. Hmm... apakah itu pertanda akan terjadi sesuatu yang buruk?


Saat semua orang berjalan keluar, Rut sekali lagi memperingatkan Aik untuk tidak muncul lagi di rumahnya. Aik sinis menolak, dia kan sudah pernah bilang ke Rut.

"Aku tidak melihatmu seberani ini waktu di dalam tadi." Serang Rut.

Bersambung ke episode 13

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam