Sinopsis My Husband in Law Episode 1 - 3

Thien jadi stres gara-gara masalah ini. Begitu keluar dari rumah sakit, dia langsung mendatangi Rit. Tapi Rit dan istrinya juga setuju sama Ibu dan memaksa Thien untuk menikah saja.


Hanya ini jalan satu-satunya agar wanita itu menyingkir dari hidup Thien. Kalau suaminya sampai mendatangi Thien lagi, dia pasti tidak akan berakhir di IGD, melainkan langsung ke kuburan.

"Apa kau mengancamku?" Kesal Thien.

"Tidak! Hei, kau itu selingkuh sama istrinya bos mafia. Kalau kau tidak mau mati, sebaiknya kau menikah."

"Tapi aku sudah berhenti..."

"Diam! Jangan bicara lagi. Duduk! Pikirkanlah perasaan Ibu. Waktu kau terluka, apa kau tahu berapa lama Ibu menangis?"

"Percayalah padaku, sekarang ini Muey adalah satu-satunya orang yang cocok untukmu."


Thien akhirnya setuju untuk menikah, tapi dia masih keukeuh tidak mau menikah sama Muey. Bisakah dia menikah dengan orang lain saja? Ibu jelas tidak terima, kalau begitu kenapa Thien menggunakan nama Muey? Sekarang ini reputasinya Muey jadi ikut kena imbas, Thien harus bertanggung jawab.

"Kalau kau tidak menikah dengan Muey, jangan panggil aku ibu!" Ancam Ibu.


Saat Thien membicarakan masalah ini dengan Muey dengan harapan Muey akan menolaknya, Muey malah langsung setuju dengan senang hati demi membalas jasa-jasa Ibunya Thien dan membantu menyelamatkan Thien.

Flashback end.


Begitulah bagaimana akhirnya mereka menikah sekarang. Tapi Thien malah dengan sengaja salah memasukkan cincinnya ke jari tengah Muey alih-alih jari manisnya.

Dengan tampang tanpa dosa dia mengklaim kalau dia tidak sengaja, dia kan belum pernah menikah jadi dia tidak tahu mesti masukin cincinnya ke jari yang mana.

"Dia sedang memprovokasiku, memangnya kau tidak pernah nonton drama?!" Kesal Ibu.

Tapi saat Thien hendak mengeluarkan cincinnya, ternyata cincinnya malah kekecilan di jari tengahnya dan sekarang macet tidak bisa keluar. Jadilah Thien harus berusaha keras menariknya.

Dan saat akhirnya berhasil terlepas, cincin itu malah menghilang dari tangannya. Hadeh! Kacau! Semua orang jadi kebingungan mencari cincin itu... sampai saat si pelayan menemukannya... digigit sama Ouyot - anjingnya Muey.


Parahnya lagi, Ouyot mendadak melarikan diri. Jadilah si pengantin wanita sibuk mengejar anjingnya kesana-kemari. Ibu jadi kesal dan langsung menghadang Ouyot sambil melotot kejam.

"Ouyot! Kembalikan cincin itu sekarang!" Perintah Ibu.

Tapi dasar Ouyot, dia malah menelan cincin itu. Wkwkwk! Pernikahan mereka jadi tertunda gara-gara harus menunggu Ouyot buang hajat... hingga akhirnya cincin itu berhasil ditemukan di antara kotorannya Ouyot.


Pernikahan akhirnya bisa kembali di lanjutkan. Thien pun memasukkan cincinnya ke jari yang benar dan Muey langsung bersujud hormat padanya. Tapi Thien masa bodo.

Setelah tukar cincin, acara dilanjutkan dengan penyiraman air suci. Ibu memperingatkan Thien untuk menjaga Muey dengan baik, mencintainya dan menghargainya.

"Oh, dan cepatlah kasih aku cucu." (Pfft!)


Tiba-tiba langit bergemuruh hebat, petir menyambar-nyambar dan angin kencang membuat semua orang jadi berhamburan heboh. Hnaya Thien seorang yang masa bodo dan tampak senang dengan interupsi ini. Dia bahkan sengaja membiarkan hujan mengguyurnya.


Acara kembali dilanjutkan setelah hujan reda. Sekarang saatnya tanda tangan akta nikah. Thien diam saja, maka semua keluarganya langsung mengerubunginya dan memaksanya tanda tangannya.

Tak punya pilihan lain, Thien terpaksa tanda tangan. Ibu dan yang lain puas. Muey menatap akta nikah itu dengan senyum bahagia teringat betapa bahagianya dia saat pertama kalinya dia tahu kalau dia akan menikah dengan Thien, pujaan hatinya yang diam-diam dicintainya selama bertahun-tahun.

"Aku jatuh cinta sama ketua OSIS. Dulu dan sekarang. Dan dia akan menjadi suamiku!"

Muey pun menandatangani akta nikah itu sambil berusaha menahan senyum  bahagianya. Petugas akhirnya menyatakan mereka sah suami dan istri. Ibu senang banget.


Sekarang saatnya foto keluarga, tapi saat semua orang sudah pasang pose serius, kucing dan anjing peliharaan mereka mendadak melompat ke Thien, minta ikutan foto juga. Kacau deh fotonya.

Tapi setelah itu, Thien langsung menjauh dari semua orang dan melempar jasnya dengan kesal. Rit geli melihatnya, tenanglah, dia tahu Thien kesal, tapi lampiaskanlah kekesalannya di tempat lain. Dia tidak boleh asal pergi dan meninggalkan Muey begitu saja.

"Tolong jangan omeli aku sekarang. Aku sudah cukup stres."

"Kau pikir kau saja yang stres? Kurasa Muey-lah yang paling stres. Coba bayangkan. Alih-alih menikah dengan pria baik-baik, Muey harus mengorbankan kebahagiaannya untuk menikah dengan pria semacam kau."

"P'! Aku ini adikmu!"

"Muey juga adikku."

"Tidak usah mengkhawatirkan Muey. Dia tidak pernah stres akan apapun."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku tahu apa yang dia pikirkan."

"Kau yakin?"

"Iya."

Tiba-tiba pelayan mereka datang mencari Thien, dia dipanggil Ibu untuk upacara. Hah? Upacara apa lagi?


Ternyata kedua pengantin disuruh masuk kamar pengantin untuk mendengarkan wejangan para tetua. Kedua pengantin harus menyembah di bawah kaki para tetua lebih dulu.

Thien mau langsung bangkit, tapi Ibu sontak mengeplaknya kesal, Ibu belum selesai ngomong! "Cintai Muey dengan tulus. Kau sekarang punya istri, jadi hargailah istrimu. Mengerti?! Jangan buat ibu mengomelimu terus!"

Sedangkan Ibunya Muey mendoakan semoga mereka selalu bahagia. "Belajarlah untuk memaafkan masalah-masalah kecil. Muey, mulai sekarang, kau harus mendengarkan Thien."

Biar orang-orang tidak mengira kalau ini pernikahan palsu, jadi mereka harus melakukan upacara terakhir ini.

"Lupakan mereka, Bu."

"Bagaimana bisa? Kalau Pondet sampai tahu, kau tidak akan selamat."

"Jangan gunakan dia untuk mengancamku."

"Tidak! Kenapa? Kau tidak mau tidur sama Muey?"

Thien panik. "Bu, ibu mau aku... sama Muey..."

"Hei, hei, hei! Kau pikir ibu mau kau dan Muey melakukan malam pertama?"

Thien malu. "Bu, ngomongnya jangan keras-keras."

"Ini suara normal ibu. Ibu cuma ingin kalian tidur sekamar, itu saja. Kau sendiri yang mikir macam-macam."

Rit mengajak para tetua untuk keluar saja sekarang. "Agar mereka berdua bisa melakukan kegiatan mereka (Pfft!)... Maksudku istirahat."

Tapi Ibu malah sengaja menggodai Thien dengan memberikan nasehat terkahir sebelum keluar. "Buatlah anak. Hahahaha!"

"Semangat, Thien!"


Bahkan saat mereka keluar, Ibu dan Rit langsung bisik-bisik mau mengunci kedua pengantin itu di kamar biar Thien tidak kabur. Sudah seperti ini, Thien pasti tidak akan bisa menahan diri.


Di dalam kamar, Thien tiba-tiba membuka jendela lalu mulai melepas jasnya di hadapan Muey lalu menyuruh Muey bangkit dari lantai dan duduk di sisinya.

Muey menurut dengan gugup lalu duduk dengan anggun. Thien sinis. Apa sekarang Muey menyandang nama keluarganya, maknaya dia sekarang berubah jadi anggun dan tidak menyebalkan seperti sebelumnya?

"Tidak. Aku hanya... masih bingung."

"Aku mengerti. Ak juga masih bingung. Apa kau ingat apa yang kukatakan padamu?"

Ternyata sebelum menikah, Thien memperingatkan Muey bahwa pernikahan mereka harus dirahasiakan. Dan mereka akan bercerai setelah semua masalah beres.

Tentu saja Muey masih ingat dan langsung mengulang apa yang dikatakan Thien. Thien senang dan langsung membelai sayang kepalanya.

"Patuh sekali, aku suka."


Muey tersenyum mendengarnya. Tapi tiba-tiba suasana di antara mereka mulai berubah sata mereka saling bertatap mata. Thien perlahan mendekat lalu membaringkan Muey yang jelas saja membuat Muey jadi gugup. Dia mau apa?

"Melakukan apa yang seharusnya dilakukan suami dan istri." Goda Thien lalu mulai membuka kancing kemejanya. Muey langsung merem dengan gugup lalu Thien pun menciumnya mesra... dalam khayalannya Muey doang ding. Wkwkwk!

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments