Sinopsis My Husband in Law Episode 1 - 2

Saat Thien mau keluar, Muey langsung cerewet menanyainya mau ke mana. Tapi Thien tak mau menjawab. Muey jadi menduga kalau dia pasti mau ketemu cewek.


Kalau dia punya pacar, bawalah pacarnya itu pulang, Muey akan memasakkan makanan yang enak untuknya. Thien cuma geleng-geleng kepala melihat Muey memandikan anjingnya sambil bermain-main dengannya.

"Hati-hati di jalan, yah. Dan cepatlah pulang sebelum Bibi balik."

"Jangan beritahu Ibu!"

"Hehe."

 

Tapi setelah Thien pergi, Muey melihat HP-nya Thien ketinggalan dan ada pesan masuk. Tapi saat dia membaca isi pesan itu, Muey langsung shock karena itu pesan ancaman dari Suaminya Yada yang mengancamnya untuk pergi atau dia akan membunuh Thien.


Parahnya lagi, Thien yang tidak mengetahui sms ancaman itu, malah menemui Yada lagi di sebuah restoran. Dengan dinginnya dia menyuruh Yada untuk to the point saja, dia akan memberi Yada waktu 15 menit.

Yada dengan sedih mengingatkan Thien akan pertemuan pertama mereka dulu. Saat Thien menyelamatkannya sehingga dia selamat dari tabrakan mobil.

Sepertinya Yada waktu itu berniat mau memgakhiri hidupnya dengan menabrakkan dirinya sendiri. Tapi Thien mendadak muncul menolongnya. Bahkan dengan manisnya dia mengobati luka-luka di tangan dan kaki Yada dan tidak kepo sama sekali dengan luka-luka itu karena dia pikir itu adalah urusan pribadi Yada.

Sejak saat itulah Yada langsung jatuh cinta padanya. Yada mengakui bahwa waktu itu dia menolak ke rumah sakit karena dia tidak mau ke rumah sakit karena dia tidak mau dokter mengetahui apa yang terjadi padanya.

Yada yang sedari tadi tampak memegangi lehernya, akhirnya menurunkan tangannya dan memperlihatkan bekas titik-titik memerah di lehernya yang jelas bekas jari.


Ternyata suaminya bukan cuma posesif tapi juga sering membuli Yada. Begitu dia pulang tadi, dia langsung melepaskan sabuknya yang jelas saja membuat Yada ketakutan.

Bahkan saat Yada berusaha melarikan diri, dia langsung menyiksa Yada tanpa ampun.

"Setiap kali dia marah, dia selalu melampiaskannya padaku."

"Aku bersimpati dan kasihan padamu. Tapi maaf, cara ini tidak akan berhasil. Kau sudah punya suami, aku tidak mau punya masalah apapun." Dingin Thien dan langsung pergi.


Rit ditelepon Muey yang sekarang dalam perjalanan mencari Thien. Tadi ponselnya Thien ketinggalan di rumah dan ada sebuah pesan ancaman dikirim padanya. Masalahnya, Thien sekarang sedang keluar. Sepertinya dia mau bertemu seseorang dan Muey tidak tahu dia pergi ke mana.

Saat akhirnya dia melihat mobilnya Thien, dia malah melihat sebuah mobil lain yang membuntuti Thien. Itu adalah mobil suaminya Yada yang mengejar Thien dengan ketat di jalan raya.

Jadilah kedua mobil itu kebut-kebutan sampai membuat supir taksi yang ditumpangi Muey kelabakan untuk mengejar mereka. Saat mobil suaminya Yada akhirnya bisa menyejajari Thien, tiba-tiba saja orang di dalamnya mengeluarkan senjata ke arah Thien.

Terang saja Thien jadi panik dan langsung tancap gas. Muey shock dan langsung menghubungi Rit dengan panik. Rit menginstruksikan Muey untuk mengirimkan lokasinya dan melarang Muey melakukan apapun, dia akan segera menyusul.

Suaminya Yada terus mengejarnya dengan ketat, Muey pun menyuruh supir taksi untuk terus membuntuti mereka.


Kedua mobil berakhir di sebuah pabrik kosong. Thien terus berusaha menghindar, tapi suaminya Yada sontak menyerempet mobilnya Thien. Pantang menyerah, Thien terus maju dan berhasil menghindar... tapi pada akhirnya malah terjebak di tepi sungai. Melihat kesempatan itu, suaminya Yada langsung mendorongnya sampai mobilnya Thien terdorong ke sungai.

Muey shock melihat itu dari kejauhan. Parahnya lagi, Thien pingsan gara-gara tabrakan itu dan sekarang dia tenggelam semakin dalam.


Tapi syukurlah ada seseorang yang menolong Thien. Dan sekarang dia tengah dirawat di rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan, dokter memastikan kondisi kepalanya normal, tapi ada masalah dengan paru-parunya yang terinfeksi. Karena itulah Thien harus dimonitor di IGD.

Ibu menangis mendengar itu. Tapi syukurlah setelah beberapa lama tak sadarkan diri, Thien akhirnya sadar juga. Saat Ibu dan istrinya pergi memanggil dokter, Rit langsung menginterogasi Thien dan memperingatkannya untuk jujur saja. Apa yang sebenarnya terjadi?

Rit tahu ini bukan kecelakaan karena waktu Thien tidak sadarkan diri, ada orang yang mengirim pesan ancaman yang berbunyi: Ini cuma pelajaran kecil. Jika kau tidak mau mati, maka berhentilah terlibat dengan istriku.

"Siapa wanita itu?" Tuntut Rit.

Tapi Thien masih terlalu lemah untuk menjawab. Dokter juga datang saat itu untuk memeriksanya.


Pondet - suaminya Yada, mendapati istrinya sedang berusaha menelepon Thien tanpa hasil.

"Selingkuhanmu sudah mati!" Sinis Pondet

"Tidak benar. Kau bohong."

"Ya, aku bohong. Tapi bahkan sekalipun dia tidak mati, dia tidak ada bedanya dengan mati."

"Apa yang kau lakukan padanya?"

"Hanya memberinya sedikit pelajaran biar dia sadar untuk tidak terlibat dengan milikku."

Yada sontak panik menuntut di mana Thien sekarang. Tapi tentu saja perbuatannya membuat Pondat jadi murka dan langsung menampiknya dengan kesal.

"Untuk apa kau mau tahu? Lagipula kau tidak bisa menolongnya. Kalau kau cukup pintar, bersikaplah baik untuk mengompensasi semua perbuatan buruk yang kau lakukan!"

Yada sontak memukulinya dengan membabi buta, tidak terima dia menyakiti Thien. Dan jelas saja itu membuat Pondet membalasnya dengan semakin kejam dan memperingatkan Yada bahwa dia tidak akan melepaskan Yada bahkan sekalipun dia tidak menginginkan Yada, karena Yada adalah miliknya.

"Jadi, kau tidak boleh bersama orang lain. Mengerti?"


Tapi peringatan suaminya itu masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Yada tetap nekat mengunjungi Thien di rumah sakit tanpa menyadari suaminya membuntutinya.

Ibu dan Muey hendak pergi tanpa menyadari suaminya Yada yang baru datang dan langsung menuju kamarnya Thien. Tapi saat mereka sedang menunggu lift, Ibu baru menyadari kacamatanya ketinggalan. Ibupun memutuskan kembali ke kamarnya Thien, sementara Muey pergi duluan.

Thien kesal melihat Yada dan berusaha memintanya untuk pergi, tinggalkan dia. Tapi Yada ngotot menolak, dia sudah memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Jadi bisakah Thien menunggunya?

"Tidak akan! Aku tidak punya perasaan apapun padamu."

"Tapi kau tidak punya orang lain, kan?"

"Bagaimana kau tahu? Kalau kau benar-benar menyelidiki tentangku, seharusnya kau tahu aku tidak sendirian. Aku tinggal bersama seorang wanita... Dia pacarku."

Yada tak percaya. "Itu adikmu, Muey."

"Muey bukan adik kandungku. Masa kau tidak tahu? Kami akan menikah."

Pondet tiba-tiba masuk. Yada panik berusaha melarangnya mendekati Thien, tapi Pondet langsung mengangkat tangan dan Yada sontak mundur ketakutan.

"Akan kutunggu apakah kau benar-benar akan menikah atau tidak." Sinis Pondet. "Masalah remeh seperti ini, aku cuma perlu mengecek akta nikah untuk mendapatkan kebenarannya. Oh, kau mungkin sudah tahu siapa ayahku dan apa yang bisa kuperbuat padamu. Jadi jika lain kali kau masih mendatangi istriku, kau akan mati."

Pondet langsung mendorong paksa istrinya pulang bersamanya. Yang tidak Thien sangka, ternyata Ibu mendengarkan segalanya barusan dan jelas marah. Bagaimana bisa Thien menyembunyikan masalah sepenting ini darinya?!


Thien meyakinkan Ibu kalau dia bisa menanganinya sendiri, tapi tentu saja Ibu tidak percaya. Ia langsung menelepon seseorang dan menyuruh orang itu untuk menyelidiki sesuatu untuknya.

Berpaling kembali ke Thien, Ibu memerintahkannya untuk segera sembuh biar Ibu bisa segera mengatur apa yang Thien katakan pada suaminya Yada tadi. Hah? Mnegatur apa?

"Menikah dengan Muey secepat mungkin!" (Pfft!)

Thien kaget, dia tidak akan menikahi Muey. Tidak akan! Ibu tidak peduli, Thien sendiri yang bilang mau menikahi Muey. Bagaimana kalau suaminya Yada sampai mengecek akta nikah dan mengetahui Thien bohong?

Bahkan sekalipun Ibu menyewa bodyguard untuk melindungi Thien, tetap saja itu tidak bisa melindunginya 24 jam. Thien ngotot kalau dia bisa menangani masalah ini sendiri.

Ibu tak percaya. Memangnya Thien punya cara yang lebih baik? Hah? Thien speechless, jelas tidak punya cara lain tapi dia keukeuh menolak menikah sama Muey.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments