Tim Snow White benar-benar cemas karena Chana masih belum bisa dihubungi sampai sekarang. Tapi saat Songkram bisa melacak sinyal ponselnya, dia malah mendapati Chana ada di sini.
Tepat saat itu juga, Chana datang dengan langkah tertatih-tatih karena kakinya terluka dan dia melarikan diri dari rumah sakit. Damkerng dan Songkram sontak kompak mengobati luka-lukanya.
Chana yakin tak ada yang mengikutinya. Orang-orang itu mungkin berpikir kalau mereka masih mengawasinya di rumah sakit. Thuan heran, bagaimana bisa mereka tahu tentang Damkerng yang menerobos masuk ke kamarnya Uu?
"Belakangan ini tak ada yang luput dari perhatian mereka. Mereka sangat berhati-hati. Kudengar mereka mau menyelundupkan sejumlah besar barang kali ini. Mungkin mereka mau menyingkirkan semuanya sebelum pemilu."
"Bagaimana bisa Cuchai melepaskanmu?"
Dalam flashback, ternyata Cuchai mengasihaninya dan hanya menembak kakinya. Tapi Uu tak selamat dan Cuchai menembaknya sampai mati. Sebenarnya Cuchai itu berhati lembut. Mungkin karena itulah Sia Ha tidak mau menyerahkan segalanya padanya. Dia yakin Uu tidak selamat.
Thuan bisa menduganya. Jika mereka berniat untuk memfitnah Rut sepenuhnya, maka sudah pasti mereka akan menyingkirkan semua saksi. Tapi karena sekarang mereka sudah tahu bahwa ada orang yang menerobos masuk ke kamar Uu, mereka pasti akan mencari siapa pelakunya.
"Kalau begitu, aku sudah tidak bisa lagi masuk ke bar mereka. Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Pak?"
"Tidak usah khawatir. Sebaiknya kau lebih berhati-hati saja mulai sekarang. Sebentar lagi, kita akan menutup kasus ini."
Sakit kepalanya Cuchai mulai kumat lagi saat dia mengingat masa lalunya dengan Sia Ha.
Flashback.
Suatu hari, mereka duduk bersama di salah satu atap mobil. Sia Ha menggambar burung elang dan memberitahu Cuchai bahwa itu adalah burung pemburu yang tak pernah gagal menangkap mangsanya.
"Tetaplah bersamaku, kita akan menjadi elang bersama-sama." Ujar Sia Ha.
Tiba-tiba si pemilik mobil dan menyuruh mereka turun. Tapi Cuchai malah menghajar orang itu sampai pingsan.
Flashback end.
Cuchai tersenyum mengenang masa-masa itu. Tapi sakit kepalanya muncul lagi hingga Cuchai harus bersusah payah untuk menyuntikkan obat ke dirinya sendiri.
Tiba-tiba Bpenneung masuk. Cuchai sontak panik berusaha menyembunyikan obat-obatannya sambil memprotes Bppeneung yang seenaknya nyelonong masuk.
Bpenneung memberitahu kalau Sia Ha memanggilnya. Tapi dia sadar penyakitnya Cuchai kumat, jadi menyuruh Cuchai istriahat dulu saja, dia akan membantu menutupinya dari Sia Ha untuk sementara waktu. Sia Ha bisa curiga kalau Cuchai datang dengan muka pucat begini.
Saat dia datang tak lama kemudian, dia malah mendapati Rut ada di sana lagi. Cuchai meminta maaf karena terlambat, apa ada masalah penting? Sia Ha menyangkal. Dia hanya ingin Cuchai menyambut Rut yang sedang mampir.
"Belakangan kau sering mampir, mau pindah haluan?" Sinis Cuchai.
"Entahlah. Tapi Sia Ha mengundangku kemari hari ini. Dan kebetulan belakangan ini aku nganggur."
"Kupikir Deputi akan ganti haluan dari anjing pelayan menjadi grup elang seperti kami. Apa aku berpikir salah?"
Sia Ha dengan cepat menyela aksi sindir-sindiran mereka dan ganti topik menanyakan perkembangan memindahkan barang besar mereka. Kapan itu akan dilaksanakan.
Cuchai panik mendengar Sia Ha membahas itu di hadapan Rut. Tapi Sia Ha tetap memaksanya menjawab. Terpaksalah Cuchai mengaku hari lusa. Semuanya sudah siap.
Rut santai menyarankan mereka untuk mengganti harinya karena lusa akan ada blokade besar-besaran. Cuchai kesal dan menolak mendengarkannya, jangan ikut campur!
Tapi Sia Ha lebih memihak Rut dan menyuruh Cuchai untuk mendengarkan Rut. Dia bahkan meminta Rut untuk membantunya. Tapi Rut mengingatkan bahwa dia sedang diskors sekarang, jadi dia tidak kekuasaan untuk memberi perintah apapun. Jadi dia hanya menyarankan Sia Ha untuk menundanya dulu saja.
Cuchai mau protes lagi, tapi lagi-lagi Sia Ha lebih memihak Rut dan memerintahkan Cuchai untuk menundanya. Cuchai sontak protes keras, tapi itu malah membuat Sia Ha jadi kesal padanya dan mengusirnya.
Parahnya lagi, Rut dengan sengaja membukakan pintunya, mengusirnya terang-terangan dan mengoreksi Cuchai tentang masalah elang. Elang tidak terbang dalam satu grup, melainkan terbang sendiri-sendiri. Burung yang terbang dalam satu grup itu burung pipit.
Sia Ha sontak ngakak mendengarnya, benar-benar semakin suka sama Rut. Cuchai kesal banget dan itu membuatnya jadi semakin tak mempercayai Rut hingga akhirnya dia bertekad untuk melawan perintah Sia Ha dan diam-diam memerintahkan anak buahnya untuk tetap menjalankan rencana sesuai jadwal.
Saat Rut pulang malam harinya, dia mendapati Suam sudah menyiapkan candlelight dinner untuk mereka. Suam langsung antusias menyajikan masakannya, tumis kangkung lagi.
Tapi Suam meyakinkan bahwa kali ini layak makan karena Teerak sendiri yang mengajarinya. Sebaiknya mereka makan dulu sekarang. Rut mengaku kalau dia juga mau mengatakan sesuatu pada Suam, tapi sebaiknya Suam ngomong duluan saja.
"Tidak bisa. Aku juga penasaran. Siapa tahu kita mau mengutarakan hal yang sama. Bagaimana kalau kita mengucapkannya secara bersamaan?" Usul Suam. "Aku akan menghitung 1-2-3 dan kita akan mengucapkannya bersamaan, oke?"
Tapi bahkan sebelum Suam sempat menghitung sampai 3, Rut tiba-tiba berkata kalau dia ingin bercerai. Kaget, Suam menolak mempercayainya dan berniat mau menghitung ulang. Tapi Rut menegaskan bahwa dia akan tetap mengucap hal yang sama tak peduli berapa kali Suam mau menghitung.
"Tapi sekarang bahkan belum 3 bulan, Khun. Masih ada setengah bulan lagi."
"Tidak masalah. Aku akan tetap memberimu keuntungan dan uang sejumlah sesuai kesepakatan kita."
"Tapi kenapa? Apa yang terjadi?"
"Tidak ada. Karena benar-benar tidak ada apapun yang terjadi sejak awal."
Suam miris mendengarnya. Lalu bagaimana dengan saat Rut memeluknya dan menciumnya? Rut dengan dinginnya meminta maaf jika dia pernah melakukan sesuatu yang membuat Suam salah paham.
Suam sontak menangis dan berusaha mencegahnya pergi. "Kita benar-benar tidak saling mencintai?"
Tapi Rut dengan dinginnya melepaskan tangannya dan pergi tanpa mengucap sepatah kata.
"Tapi aku mau bilang kalau aku mencintaimu! Aku mencintaimu, orang gila! Orang jahat! Aku mencintaimu, Khun Rut. Apa kau dengar aku."
Rut sebenarnya juga sangat menderita, tapi dia terpaksa melakukannya. Malam itu, mereka sama-sama menangis di kamar mandi masing-masing.
Mereka bercerai di kantor dukcapil keesokan harinya. Petugas dukcapil yang dulu menikahkan mereka, mencoba membujuk Rut untuk membicarakan masalah mereka baik-baik dulu dan jangan gegabah bercerai. Apalagi pernikahan mereka baru seumur jagung.
Tapi keputusan Rut sudah bulat dan langsung menandatangani akta cerai itu tanpa ragu. Neung datang saat Suam hendak tanda tangan dan langsung berteriak menghentikannya. Dia setuju dan tidak akan mengizinkan mereka bercerai.
"P'Rut tolong jangan bercerai. Aku tahu kau dan Suam saling mencintai. Tolong jangan bercerai."
Tapi Rut mengabaikannya dan hanya meminta Neung untuk mengantarkan Suam pulang lalu pergi duluan. Tak punya pilihan lain, Suam terpaksa menandatangani akta cerai itu sebelum kemudian menangis dalam pelukan Neung.
Saat Suam dan Nueng tiba di rumah tak lama kemudian, Ibu dan Suk mendadak datang setelah mendengar kabar tentang perceraian mereka. Apa itu benar? Ibu mau memarahi suaminya Suam itu! Enak aja dia! Putrinya bukan sampah yang bisa dibuang seenaknya.
Suam panik melarang Ibu mengatakan apapun pada Rut. Lagipula dia memang tidak seharusnya tinggal di sini sejak awal. Ibu marahi saja dia, Ibu mau memukulnya juga boleh.
Ibu prihatin melihatnya. "Kenapa juga akau memarahimu atau memukulmu. Aku datang untuk menjemputmu pulang. Putriku, siapapun yang tidak mencintaimu, lupakan saja mereka. Ibu yang akan mencintaimu."
Suam sontak menangis dalam pelukan Ibu. Setelah Suam cukup tenang tak lama kemudian, semua orang pun pamit, sementara Suam masih di sana untuk mengemasi barang-barangnya.
Tapi tepat setelah mereka pergi, Su mendadak muncul dengan senyum liciknya. Suam masih di sini yah? Dia kira Suam sudah mengepak semua barangnya dan pergi. Mau dibantu packing?
"Tidak bisakah kau menunggu sedikit?"
"Bisa. Tapi setelah hari ini, aku harus merepotmu. Merepotkan masa lalu untuk pergi sejauh-jauhnya. Karena masa kini butuh waktu. Kuharap Nong Suam bisa memahamiku."
Suam benar-benar harus menahan kesal menghadapinya. Tak lama kemudian, Suam sudah mengepak semua barang-barangnya lalu pamit pada Rut dengan menghadiahkan kotak yang selama ini disimpannya itu. Yang tidak Rut sangka, hadiah itu adalah sapu tangan peninggalan ibunya yang dia kira hilang. Dan bersamaan dengan sapu tangan itu, Suam pun mengembalikan cincin kawin mereka.
Bersambung ke episode 16
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam