Begitu mengetahui apa yang terjadi, Dawin langsung mengonfrontasi sikap Alice tadi dan mengingatkan bahwa sikapnya tadi justru membuatnya jadi semakin mencurigakan.
Alice tidak mengerti apa salahnya. Orang-orang itu melihatnya dan dia tidak suka, dia tidak mau menarik perhatian, makanya dia menutup jendelanya.
"Salah. Semua orang di sini saling mengenal satu sama lain dan Yang Mulia tiba-tiba muncul dan memisahkan diri dari yang lain, tidak mau menyapa yang lain tidak ingin orang lain melihatnya. Itu sangat mencurigakan."
"Lalu kau ingin aku bagaimana? Kau ingin aku keluar dan menunjukkan siapa diriku? Aku kan sudah bilang kalau aku akan tinggal di sini diam-diam."
Tapi tiba-tiba Khun Ying datang untuk memprotes mereka berdua. Bukan berarti dia ingin ikut campur dalam urusan mereka berdua, tapi tolong yah, pikirkan orang lain. Bersuara keras-keras di malam hari itu menganggu orang lain.
Alice dan Dawin langsung paham suara-suara apa yang dimaksudnya dan meminta maaf. Alice janji lain kali akan melakukannya lebih pelan. Khun Ying shock mengira mereka membicarakan masalah begituan.
Astaga! Dia tahu kalau masyarakat jaman sekarang jauh lebih terbuka. Anak-anak muda jaman sekarang juga lebih ekspresif. Tapi membicarakan masalah urusan ranjang di depan seorang tetua itu kelewatan.
Memahami maksudnya, Dawin mau menjelaskan tapi Alice dengan santainya memberitahu Khun Ying sekali lagi bahwa dia akan bersuara lebih pelan lain kali biar tidak menganggu orang lain.
Khun Ying jelas marah mendengarnya. "Keterlaluan! Komandan! Tolong kau ajari istrimu sopan santun tentang apa yang boleh dan tidak boleh dia katakan!"
"Tapi Khun Ying duluan kan bilang. Saya salah apa?"
"Salah! Apa tak pernah ada seorangpun yang mengajarimu bahwa urusan rumah tangga itu tidak boleh diucapkan di hadapan orang lain?!"
Dawin mau bicara dan menjelaskan, tapi Khun Ying tidak mau mendengar apapun lagi. Tekanan darahnya jadi naik, dia tidak mau bicara lagi dengan mereka. Tapi sebelum pergi, dia memperingatkan mereka agar tidak ada lagi yang komplain padanya terkait masalah ini.
Di luar, Praew mendadak muncul untuk menanyakan pembicaraan mereka tadi. Khun Ying sontak mengeluhkan Naree yang arogan dan tidak punya sopan santun itu, orang aneh.
Praew setuju, dia yakin kalau Naree itu bukan cewek baik-baik. Mungkin dia berusaha menjerat Dawin. Khun Ying juga berpikir begitu. Tapi jangan khawatir, Khun Ying punya cara untuk mengungkapkan wajah asli Naree.
Di dalam rumah, Dawin berusaha meminta Alice untuk melepaskan status putrinya untuk sementara waktu dan bersosialisasi dengan orang-orang di sini.
"Semakin anda memisahkan diri, yang lain akan semakin curiga dan ingin lebih mengetahui segala hal tentang anda dan rencana kita akan gagal. Karena itulah saya meminta Yang Mulia untuk mempercayai saya dan tolong dengarkan saran saya, sekali saja, Yang Mulia."
Alice akhirnya mengalah, Dawin lalu memberinya hasil karangannya tentang latar belakang Naree untuk Alice pelajari, terutama bagian halaman terakhir.
Karena di bagian halaman terakhir, Dawin menuliskan beberapa aturan yang wajib Alice lakukan. Pertama, dia harus bicara dengan sopan dan tenang. Kedua, Alice harus belajar tentang pengorbanan, berbagi dan belajar untuk memaafkan.
Ketiga, dia harus menjadi orang yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Keempat, Alice harus bergaul dengan baik dengan orang-orang di sini. Tidak boleh bersikap angkuh ataupun bersikap seolah dia lebih tinggi daripada yang lain.
Sementara itu, Dawin sedang berusaha memikirkan siapa kira-kira pelaku percobaan pembunuhannya Alice di antara para kerabatnya Alice itu.
Tiba-tiba sebuah surat diselipkan dari bawah pintu. Dari Alice yang mengaku bahwa dia sudah mempelajarinya dan dia setuju untuk melakukan semua aturan itu. Dia bahkan tak lupa mengakhiri suratnya dengan terima kasih pada Dawin. Senang, Dawin langsung menempelkan surat itu di antara deretan dokumen kasusnya.
Tapi Alice jadi tidak bisa tidur gara-gara teringat permintaan Dawin tadi. Dawin sendiri sedang tidur saat tiba-tiba saja terdengar suara keras yang seperti suara letusan. Cemas, dia langsung mencari Alice dan mendapatinya cuma lagi fitness. Dawin lega, dia kira terjadi sesuatu hal yang buruk pada Alice.
"Maaf aku ribut, aku cuma sedang tidak bisa tidur."
Keesokan harinya saat Alice keluar kamar, dia mendapati Dawin sedang memasang foto-foto pernikahan mereka biar orang-orang percaya kalau mereka saling mencintai.
"Hanya dengan memasang foto di dinding, itu artinya kita saling mencintai?" Sinis Alice.
"Hanya karena segala hal tentang kita hanya pura-pura, apakah memasang foto di dinding artinya juga cuma pura-pura?" Balas Dawin.
Hari ini Dawin ada latihan khusus, dia sudah berusaha menolaknya sebenarnya tapi gagal. Jadi hari ini Alice harus sendirian di rumah.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tidak perlu khawatir, aku sudah dewasa, bukan anak kecil."
"Jika Yang Mulia bukan anak kecil, maka saya harap Yang Mulia akan mengikuti saran saya dengan ketat. Aku akan pulang cepat. Kalau ada sesuatu yang mendesak, Letnan Kan ada di rumah sebelah, Letnan Hin dan Ling ada di markas."
"Aku punya ingatan bagus. Tidak perlu diulang."
"Jadi, Putri adalah orang dewasa yang bisa menjaga dirinya sendiri dan punya ingatan yang bagus. Maka saya harap Putri benar-benar akan melakukan apa yang Putri katakan kemarin."
"Tentu saja."
Malah Pan yang merasa seperti sedang mengasuh anak kecil gara-gara Alan main game terus sedari tadi. Tapi saat dia menggeleng-gelengkan kepalanya, Alan tiba-tiba melihatnya dan langsung kesal mengonfrontasinya.
Pan meminta maaf dan beralasan kalau dia cuma sedang memijat lehernya, tapi Alan tak terpedaya. Dan sebagai hukuman karena Pan sudah membohonginya, maka Alan menantangnya untuk tanding game bersamanya.
Kalau Pan kalah, maka Pan harus menjawab semua pertanyaannya. Hmm, padahal sebenarnya itu cuma akal-akalan Alan biar dia bisa menginterogasi Pan.
Dan rencananya itu berhasil saat Pan terus menerus kalah, Alan pun bebas mengajukan berbagai pertanyaan tentangnya... hingga tiba-tiba dia tanya apakah Pan tahu tentang Alice.
Pertanyaan itu begitu tiba-tiba sampai Pan kaget dan refleks berbohong. Tapi tentu saja sikapnya tampak jelas mencurigakan dan Alan bisa langsung tahu kalau dia bohong. Alan jadi semakin getol menginterogasinya.
"Di mana Alice sekarang?"
"Jika saya tidak salah, Putri sudah kembali ke Hyrsos."
"Kau bisa menjawabnya, lalu kenapa kau barusan bilang tidak tahu apa-apa? Jadi kau tahu atau tidak?"
"Saya tidak mengetahui secara pasti, yang saya tahu hanyalah apa yang saya dengar di berita. Seharusnya Pangeran lebih tahu daripada saya, karena kalian adalah saudara. Atau mungkin Pangeran punya masalah sama Putri Alice?"
"Itu bukan urusanmu. Kau bertanya seperti ini, apa kau pikir aku dan Alice tidak akur?"
"Saya tidak berani, mohon maafkan saya."
Alice dan Praew mendatangi rumah Dawin untuk menjalankan misi mereka. Khun Ying mengundang Alice untuk shopping bersama mereka. Alice kan sekarang sama seperti mereka, istri tentara.
Jadi Alice harus membuat dirinya sendiri berguna.Alice tidak punya pekerjaan dan cuma diam di rumah itu tidak baik, tidak pantas.
"Baiklah. Tapi menjadi orang yang berguna, apa hubungannya sama shopping?"
Praew menjelaskan bahwa mereka bukan cuma sekedar shopping, Khun Ying akan membawa Alice shopping baju di Bangkok buat disumbangkan ke para tahanan wanita. Jumlahnya ribuan, makanya Khun Ying butuh bantuan Alice untuk membawa barang-barangnya.
Bersambung ke part 4
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam