Sinopsis The Romance of Tiger and Rose Episode 2 - 1

Xiao Qian/Qian Qian (Kita panggil saja dia Qian Qian mulai sekarang) ternyata cuma mabuk, tapi para pelayan jadi heran karenanya. Soalnya Putri Ketiga biasanya tidak mudah mabuk, tapi kenapa kemarin bisa mabuk hanya dengan minum satu gelas?


Qian Qian terbangun tak lama kemudian dan langsung mewek mendapati dirinya masih di Huayuan. "Kenapa mimpi ini masuk belum selesai juga?! Huaaaaaa~~~~"

Tapi tunggu dulu, kenapa dia tidak mati? Apa Han Shuo menukar arak beracunnya? Apa mungkin si aktor mengubah naskah tanpa berdiskusi dengan penulis skenario? Lalu bagaimana caranya dia bisa kembali sekarang? Iiish!


Tiba-tiba dia melihat sebuah belati, Qian Qian sontak berpikir untuk membunuh dirinya sendiri saja biar dia bisa cepat bangun ke dunia nyata. Tapi baru juga ujung belatinya nempel di Qian Xiao Qian mendadak ketakutan dan mengurungkan niatnya.

Dia mencoba berbagai macam cara lainnya, seperti mencekik dirinya sendiri dan menjedotkan kepalanya ke tiang, tapi pada akhirnya batal semua gara-gara dia terlalu takut menyakiti dirinya sendiri.

Lagipula dia masih belum menyerahkan naskah revisinya, dia tidak boleh mati. Tapi bagaimana caranya biar bisa kembali?


Saat dia termenung menatap keluar jendela, dia melihat pelayannya sedang menyiram bunga yang kontan mengingatkannya akan alur ceritanya, yang mana nantinya Chu Chu akan naik tahta sebagai penguasa kota dan di langit akan muncul pertanda keberuntungan tepat pada acara penobatannya. Pintu langit akan terbuka dan langit akan dipenuhi berbagai warna.

Qian Qian mengerti. Sepertinya dia harus menyelesaikan plot cerita ini, baru dia bisa bangun. Jadi apa itu artinya, dia harus bertahan sampai akhir cerita saat Chu Chu naik tahta dan pintu langit terbuka?

Tapi harus ada Han Shuo yang membantu Chu Chu untuk naik tahta sebagai penguasa kota. Qian Qian sontak menanyakan keberadaan Han Shuo, tapi Zi Rui malah memberitahu kalau Han Shuo sedang dipenjara dan akan dieksekusi hari ini. Hah? Kenapa?

Karena Penguasa Kota curiga bahwa Tuan Muda Han memiliki konspirasi lain. Makanya beliau memanfaatkan masalah semalam untuk membunuh Han Shuo. Gawat! Qian Qian sontak lari ke Penguasa Kota.


Karena rencana mereka kacau, Han Shuo langsung memerintahkan Bai Ji untuk langsung menyalakan sinyal asap malam ini dan lakukan penyerangan besok.

Bai Ji agak cemas sebenarnya, apalagi mereka belum mendapatkan tulang naga, Tapi Han Shuo sudah tidak peduli lagi dengan benda itu. Pokoknya mereka harus menguasai Huayuan secepatnya.

Kalau terus begini, dia akan mati karena kesal pada Qian Qian bahkan sebelum dia sempat mendapatkan tulang naga. Yang Han Shuo ingin sekarang adalah menangkap ibu dan anak penguasa kota Huayuan itu hidup-hidup dan membunuh mereka perlahan-lahan.

"Chen Qian Qian! Sayat 3000 kali hidup-hidup! Tidak boleh kurang satu sayatan pun!"

"Tuan Muda, tenanglah dulu. Pepatah bilang, saat rencana kecil kacau dan tidak bisa menahan emosi sesaat, itu bisa mengacaukan rencana besar. Kita tidak boleh menyerah dengan tulang naganya hanya karena Putri Ketiga."

Qian Qian berusaha meminta Penguasa Kota untuk melepaskan Han Shuo. Tapi Penguasa Kota mengabaikannya. Kasimnya Penguasa Kota berusaha mengingatkan Qian Qian bahwa semalam Han Shuo berniat membunuh Qian Qian, tapi Qian Qian mengklaim kalau itu tidak benar, dia cuma memfitnah Han Shuo semalam.

Kasim tak percaya, karena biasanya Qian Qian kuat minum, tapi semalam dia mabuk hanya dengan satu gelas arak. Tak tahu bagaimana harus menjelaskannya, Qian Qian tanya jam berapa Han Shuo akan dieksekusi?

"Jam 11.45"

"Sekarang jam berapa?"

"Jam 11.15"

"Jam 11.15?! Ada masalah yang menyangkut nyawa manusia dan sekarang sudah jam 11.15, dan kau malah menanyakan tentang kemampuan minumku?!"


"Lancang!" Bentak Penguasa Kota dan kontan membuat semua orang bersujud ketakutan. "Tentu saja itu penting! Kau adalah putriku, tubuhmu sangat penting. Jangankan pingsan karena mabuk, bahkan kehilangan sehelai rambutpun merupakan masalah besar! Bagaimana bisa dianggap enteng?"

Bahkan Qian Qian pun jadi ketakutan padanya, galak banget. Penguasa Kota mengingatkan Qian Qian bahwa kekayaan kota Huayuan mereka berasal dari tambang batu hitam.

Selama ini, kaum prialah yang berkuasa di kota Xuanhu, mereka bagaikan langit di sana. Pria dari kota itu jelas tidak akan cocok bagi wanita dari kota Huayuan.

Kota Xuanhu terus mengintai tambang batu hitam mereka dan sekarang mereka malah mengirimkan putra mahkota mereka satu-satunya untuk tinggal di Huayuan. Bukankah itu sangat jelas kalau mereka punya konspirasi? Awalnya Han Shuo ingin menikah dengan Chu Chu, tapi tak disangka malah direbut Qian Qian di depan publik.


Qian Qian sadar kalau dia salah, makanya dia datang untuk mengakui kesalahannya. Lagipula dia dan Han Shuo tidak melakukan segala macam prosesi pernikahan, jadi anggap saja mereka tidak menikah. Suruh saja Han Shuo menikah dengan Chu Chu.

"Tapi semua orang di kota tahu kalau kau merebut pernikahannya. Apa mungkin Chu Chu masih mau dengan Han Shuo?"

Aish! Sudahlah, lupakan dulu masalah hubungan cinta antara Female Lead dan Male Lead-nya, yang penting sekarang menyelamatkan nyawa Han Shuo dulu.

Maka Qian Qian mendadak pura-pura mengklaim kalau dia sedang hamil tapi dia tidak tahu siapa bapaknya, anggap saja Han Shuo adalah bapaknya. Penguasa Kota jelas kesal mendengarnya hamil di luar nikah, tidak tahu siapa bapak dari anaknya lagi.

Biarpun kota Huayuan tidak membatasi wanita seperti yang dilakukan kota Xuanhu, tapi bagaimanapun dia tetap harus punya etika. Apalagi dia adalah putri dari seorang Penguasa Kota, seharusnya dia lebih memperhatikan aturan dan moral.

Tak punya pilihan lain, terpaksalah Penguasa Kota akhirnya setuju untuk membebaskan Han Shuo dengan syarat Han Shuo harus mau mengakui anak yang sedang dikandung Qian Qian. Sementara Qian Qian dia perintahkan untuk tutup mulut dan tidak boleh menyebarkan masalah kehamilannya ini sampai saatnya tiba.


Tak lama kemudian, Han Shuo akhirnya dibebaskan dan dipaksa berlutut saat menerima titah dari Penguasa Kota yang memberinya berbagai macam hadiah sebagai menantu baru.

Tapi semua hadiahnya berwarna hijau, termasuk topi berwarna hijau (yang melambangkan bahwa dia adalah pria yang diselingkuhi oleh wanitanya). Parahnya lagi, Qian Qian sengaja mengejeknya diam-diam di belakang Kasim.

Si Kasim mengklaim bahwa dalam tradisi kota Huayuan, topi mahkota berwarna hijau artinya para tetua sedang memujinya berbudi luhur dan murah hati.

"Jadi maksudnya, aku harus berterima kasih pada Putri Ketiga yang telah memberiku sebuah topi hijau?"

"Tuan Muda, berpikirlah lebih terbuka. Meskipun anak ini bukan milikmu, tapi aku adalah istrimu."


Kasim dengar bahwa di kota Xuanhu, pria boleh menikahi banyak istri dan selir. Anak-anaknya selir harus diperlakukan seperti anak sendiri dan dibesarkan dengan baik oleh istri resmi. Di Huayuan, pria dan wanita hanya bertukar posisi. Apa Han Shuo ada masalah dengan hal itu?

Qian Qian sinis, kenapa juga Han Shuo bingung, toh anak ini tidak akan mengikuti marganya Han Shuo. Bai Ji kaget, keturunan di Huayuan tidak akan mengikuti marga ayahnya? Mana bisa begitu!


Tentu saja begitu. Biar Qian Qian tanya. "Rumah ini punya siapa?"

"Milik Putri Ketiga."

"Uangnya siapa yang digunakan untuk pengeluaran sehari-hari?"

"Uangnya Putri Ketiga."

"Seluruh pelayan di rumah ini milik siapa?"

"Milik Putri Ketiga."

"Saat anak ini lahir nanti, dia akan keluar dari perutnya siapa?"

Bai Ji mulai merasa kalah saat dengan terpaksa dia harus mengakui bahwa anak itu akan lahir dari perut Putri Ketiga.

"Kalau begitu sudah jelas. Tuan Muda kalian bahkan tidak bisa membantu dalam hal melahirkan. Jadi jangan banyak pilih-pilih."

Han Shuo sontak kesal menabok Bai Ji.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments