Sinopsis My Secret Bride Episode 8 - 2

Thuan mengantarkan Suam ke rumah orang tuanya. Tiba-tiba dia dicegat sama Bu yang memberitahunya tentang para preman anak buahnya Sia Ha itu.

Mereka menuntut kapan Suam akan membuka rumah meditasinya lagi, mereka sudah tidak sabaran dan mereka serius. Suam tanpa semangat berkata kalau dia akan cari tanggal baik dulu.


Tapi setibanya di rumah orang tuanya, mereka malah mendapati rumah mereka lagi-lagi sedang ribut oleh pertengkaran ayah dan ibunya. Oil sontak lari menitipkan Nat ke Suam dan melarang Suam mendekat.

Ini gara-gara Ayah membawa cewek selingkuhannya ke rumah. Sebaiknya Suam jangan mendekat, takutnya masalah malah jadi tambah runyam nanti. Suam jaga Nat saja.

"Bibi Suam, tidak bisakah kita hidup di tempat lain?" Pinta Nat.

Mendengar itu, Suam langsung berusaha memohon pada Thuan untuk tidak memecatnya. Dia tidak mau kembali ke rumah ini, lebih baik dia mati saja. Thuan jadi galau.


Saat mereka berhenti di lampu merah, Su berkata kalau dia mengkhawatirkan Rut, dia selalu mengkhawatirkan Rut. Dia pernah mengatakannya sebelumnya. Tapi Rut dingin mengklaim kalau dia sudah tidak ingat lagi.

"Sekarang kau hanya ingat istrimu?"

"Aku hanya ingat pekerjaanku"

Su tidak mengerti kenapa Rut melakukan pekerjaan berbahaya seperti ini. Dengan statusnya, dia bisa hidup hanya dengan ongkang-ongkang kaki. Tapi Rut tak senang mendengarnya dan meminta Su untuk tidak mengatakan pada siapapun tentang harta yang dimilikinya. Termasuk pada Da.

"Apa kau mau bilang kalau keluargamu tidak tahu kalau kau kaya? Lucu!"

Tapi Rut serius. Baiklah, Su janji tidak akan bilang-bilang. Tapi dia tetap harus memperingatkan Rut sebagai teman. Sebaiknya Rut berhenti saja, Deputi yang sebelumnya mati. Su hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Rut.

 

Sesampainya di rumah, Rut tidak langsung masuk melainkan pergi ke rumah Padet. Dan karena pagar rumahnya Padet terbuka, dia langsung saja nyelonong masuk dan minta bicara dengannya sekarang.

Padet kaget melihatnya di sini dan berusaha mengajak Rut bicara di rumah Rut saja. Tapi Rut tak peduli, ini masalah mendesak. Mereka jadi otot-ototan... saat tiba-tiba saja Neung dengan santainya keluar dari kamar mandinya Padet.

Rut tercengang melihat Neung di sini, dan sontak mengomelinya habis-habisan. Sedang apa Neung di rumah ini? Apa ibunya tahu tentang masalah ini? Dan bagaimana bisa Padet mengizinkan Neung berada di rumahnya malam-malam begini?

"Berikan kunci mobilmu, aku akan mengantarkanmu pulang. Dan jangan datang dan tinggal di rumah pria seperti ini lagi. Itu tidak baik."


Neung sedih mendengarnya dan menolak pulang. Di manapun dia tinggal itu urusan pribadinya. Rut tidak punya hak untuk melarangnya. Seandainya dia bisa memilih, dia ingin tinggal di rumah Rut saja. Tapi dia tidak bisa melakukan itu.

Rut juga tahu kalau dia tidak punya siapa-siapa. Dia kembali ke negara ini dengan harapan bisa bersama Rut. Tapi Rut malah menikah dengan orang yang dia benci.

"Aku marah padamu, tapi aku masih ingin dekat denganmu. Dan tempat ini adalah satu-satunya tempat. Karena itulah, kau tidak perlu mengusirku. Aku tidak akan pergi apapun yang terjadi."

Rut sudah mau nyolot, tapi Padet dengan cepat menengahi mereka. Dia menegaskan bahwa ini adalah rumahnya, jadi dialah yang paling berhak menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh masuk ke rumahnya. Dan sebaiknya Neung tenang dulu. Dalam kondisi seperti ini tidak seorang pun yang ingin dekat dengannya.


Dan masalah mendesak yang ingin Rut katakan, sebaiknya dibicarakan saja di rumah Rut sekarang. Mereka berdua akhirnya pergi ke rumah Rut, tapi Rut masih terus mempermasalahkan masalah ini dan memprotes Padet karena mengizinkan Neung tinggal di rumahnya.

"Akulah yang seharusnya bertanya padamu, bagaimana caramu menggodanya sampai dia terobsesi padamu?"

Tak tahu bagaimana menjawabnya, Rut langsung ganti topik berterima kasih pada Padet karena tidak memberitahu polisi bahwa Bee adalah saksi.

"Saat aku memutuskan untuk membantumu, kau bisa selalu mempercayaiku."

"Aku yakin orang yang membunuh Bee pasti Sia Ha."

"Ada bukti?"

Belum. Tapi dia mengaku bahwa ada satu orang lagi yang tahu bahwa Bee adalah saksi terakhir kasus Bell. Suchawadee.

"Dia sangat mencintaimu sampai dia akan memberikan penyataan menentang ayahnya?" Sinis Padet.

"Kemungkinan tidak."

Kalau begitu akan sulit karena rencananya Sia Ha sangat sempurna. Bahkan ada surat bunuh diri. Tapi Rut meyakinkan tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Bee bukan hanya orang kidal, tangan kanannya juga tidak memiliki banyak kekuatan. Tapi saat mayatnya ditemukan, pistol itu ada di tangan kanan Bee.

"Sekarang bisakah kau percaya padaku, Inspektur?"


Tapi bukannya menjawab pertanyaan Rut, Padet mendadak mengalihkan topik mengajak Rut makan. Suam baru pulang saat itu. Rut sontak mengomelinya karena cemas. Kenapa Suam tidak memberitahunya kalau dia akan pulang terlambat, dia harus lebih berhati-hati mulai sekarang.

"Beritahu aku kalau kau akan pulang terlambat. Aku akan menjemputmu. Ayo makan."

Tapi Suam terlalu sedih untuk makan dan menolak dengan alasan mau melanjutkan tugasnya.


Rut jadi cemas dan langsung menyusulnya ke kamar. Ada apa dengannya? Kenapa dia tidak mau makan? Suam bingung bagaimana harus mengatakan masalahnya.

"Seandainya aku tidak bisa bekerja untukmu sesuai waktu yang ditentukan, apa yang akan kau katakan?"

"Kenapa? Kau mau ke mana?"

"Tidak. Aku hanya bertanya."

Tapi tentu saja Rut tidak mempercayainya begitu saja. Katakan saja ada apa. Apa Suam takut karena insiden kemarin? Suam mengiyakannya saja. Pura-pura seolah kejadian kemarin memang sangat menakutkan baginya.

Mendengar itu, Rut langsung menyentuh bahu Suam dan berjanji. "Aku janji tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu. Kau tidak perlu takut. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Percaya saja padaku, sisanya biar aku yang menanganinya. Dan kau tetaplah di sini, tidak perlu pergi ke manapun."

Suam jadi lebih tenang mendengar itu. Rut pun langsung menggenggam tangannya dan mengajaknya turun untuk makan bersama.


Tapi lagi-lagi, mereka makan dalam suasana yang tak mengenakkan. Kedua pria sibuk saling melempar tatapan pada satu sama lain sampai Suam capek sendiri dibuatnya.

"Anu... kita bisa bicara. Tidak perlu saling mengirim telepati untuk berkomunikasi. Ini tidak nyaman banget, Khun. Sudah seperti ini, bisakah kau beritahu kami apa yang sebenarnya terjadi? Kulihat di berita kalau Bee menembak dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Saat kami tiba, dia sudah seperti itu."

Suam dengar ditemukan surat bunuh diri juga. Apa yang dia tulis? Dan dari mana pistol itu berasal? Rut membawa Bee bersembunyi di rumah itu dan benda itu ada di rumahnya juga... Atau Bee punya pistol sendiri untuk jaga diri? Tapi kalau benda itu miliknya sendiri, lalu kenapa baru sekarang dia memutuskan untuk bunuh diri? Pistol itu punya siapa?


"Milikku." Aku Rut.

Baik senjata itu maupun rumahnya adalah milik Rut. Tapi dia baru hari ini tahu kalau rumah itu dan senjata itu adalah milik mendiang ayahnya.

"Kalau kau tidak tahu, lalu bagaimana bisa kau membawa Bee bersembunyi di rumah itu?" Sengit Padet.

Jadi intinya, selain mereka, ada orang lain yang tahu tentang Bee. Bahkan Padet saja tidak tahu di mana Rut menyembunyikan saksi itu. Tapi ada orang yang bisa masuk dan membunuh Bee.

"Jika aku jadi kau, aku tidak akan mempercayai siapapun. Meskipun cuma satu orang."

Bersambung ke part 3

Post a Comment

1 Comments

Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam