Sinopsis My Secret Bride Episode 8 - 1

Suam mau naik ojek saat tiba-tiba saja seseorang muncul menyerobot ojeknya. Suam jelas kesal merutukinya. Apalagi tiba-tiba ada orang yang mendadak menggodanya dari belakang.


Suam hampir saja mau melabraknya, tapi ternyata dia Thuan yang hari ini menyamar jadi pedagang daging panggang dan langsung menawari Suam. Err... tapi tidak gratis sih. Dia tetap memaksa Suam bayar 20 Baht. Dasar Thuan! Suam penasaran apa yang akan terjadi pada Rut, apa dia akan kena masalah?

"Kau sangat mengkhawatirkannya, yah? Itu tergantung pada pernyataan yang dia berikan. Jika pernyataan Khun Padet dan Khun Rut sama, maka itu bagus."

"Lalu bagaimana jika mereka memberikan pernyataan yang berbeda?"

"Selain kita dan mereka berdua, tak ada yang tahu bahwa orang yang meninggal itu adalah saksi terakhir kasusnya Bell."

Jika ada orang lain yang mengetahuinya, maka akan ada lebih banyak kecurigaan. Jika Rut dan Padet memberikan pernyataan yang berbeda, maka satu-satunya orang yang akan bermasalah hanya Rut.


Tiba-tiba ada dua wanita cantik datang, Thuan langsung menyuruh Songkram menggantikannya. Tapi Songkram malah jualan sambil menggoda kedua wanita cantik. Suam jadi bingung, apa dia lagi bekerja?

"Dia sedang bekerja. Songkram sedang mencari berita sekarang." Ujar Thuan.


Rut dan Padet diinterogasi di kantor polisi daerah itu secara terpisah. Saat ditanya apa hubungan Rut dengan korban, Rut mengklaim kalau dia mau mempekerjakan pria itu.

Dia membiarkan pria itu tinggal dulu di rumah itu sebelum mulai bekerja. Dia tahu kalau pria itu punya beberapa masalah pribadi, tapi dia tidak pernah tahu kalau pria itu akan membuat keputusan sendiri seperti ini.

"Lalu rumah itu milik siapa?"

"Punya pamanku."

"Tapi di pencatatan rumah, disebutkan kalau rumah itu milik anda."


Hah? Rut benar-benar kaget mendengarnya dan langsung minta penjelasan. Inspektur memberitahu bahwa berdasarkan sertifikatnya, rumah itu adalah milik Diruk Sangkhapat yang merupakan almarhum ayahnya Rut. Tidak ada balik nama dalam sertifikat rumah itu, yang itu artinya, rumah itu diwariskan langsung pada Rut.

"Deputi Danurut, anda benar-benar tidak tahu tentang hal ini?" Heran Inspektur.

Pistol yang digunakan korban juga sama, atas nama ayahnya Rut. Itu artinya seseorang meninggal di rumah Rut dan menggunakan pistolnya Rut juga. Apalagi dalam ponsel korban, satu-satunya nomor yang dihubungi korban hanya nomornya Rut.

Karena itulah Inspektur curiga, hubungan antara Rut dengan korban apakah benar-benar hanya sekedar kenalan? Rut benar-benar speechless, benar-benar tak tahu harus menjawab apa.

Tiba-tiba seorang sersan datang membawakan sebuah catatan. Entah apa isinya, tapi seketika itu pula Inspektur mendadak mengakhiri sesi interogasi ini. Rut kaget, masa cuma ini? Inspektur cuma diam, tampak terpaksa.


Tapi saat dia keluar, dia langsung tahu apa sebabnya. Direk datang untuk menyelamatkannya dan menjemputnya pulang. Direk bahkan menyuruh Rut untuk tinggal di rumahnya dulu untuk sementara waktu sampai sisa api dirumahnya sudah bersihkan.

Kasus itu dengan cepat tersiar di berita TV. Tapi mereka masih belum mengetahui identitas korban dan apa hubungan korban dengan Rut, belum diketahui juga apa penyebab pembakaran rumah Rut dan apakah itu ada hubungan dengan kasus mayat yang ditemukan di rumahnya Rut.


Direk tanya apakah selain mereka berdua, ada orang lain yang tahu bahwa Bee itu saksi utama dari kasus lain. Rut yang sedari tadi terus menatap Direk dengan penasaran dan curiga, mengklaim tak ada orang lain yang tahu selain mereka berdua.

Direk cemas, apa yang akan Rut lakukan dengan kasus ini? Dia mau lanjut atau berhenti. Direk memperingatkannya untuk berhati-hati, mengingat sudah banyak orang yang mati gara-gara kasus ini. (Nih orang lama-lama semakin mencurigakan, jelas banget dia secara tak langsung ingin Rut berhenti menyelidiki kasus ini)

Rut menyadari maksud tersembunyi dari kata-katanya itu dan langsung terus terang menanyakannya. Direk ingin dia menyerah? Direk menyangkal dan mengklaim kalau dia hanya ingin Rut memikirkannya dengan matang sebelum membuat keputusan.

"Jika keadilan harus ditukar dengan nyawa orang yang tidak bersalah, masihkah itu bisa disebut keadilan? Dan insiden semalam, menyebabkan seorang anak menjadi yatim piatu. Ayah dan ibunya terbunuh. Kurasa... kaulah yang paling mengerti betapa menderitanya itu (kehilangan orang tua)."

Sebentar... Direk bilang ayah dan ibunya terbunuh. Apa itu artinya Direk tidak percaya kalau Bee menembak dirinya sendiri? Direk meralat, maksudnya tidak begitu. Direk hanya berpikir bahwa mungkin Bee melakukan itu karena terpaksa oleh situasi.

"Atau mungkin kau tidak percaya kalau Bee bunuh diri?" Tanya Direk.


Tim Snow White rapat mendiskusikan kasus ini. Jelas kematian ketiga korban dalam kasus ini bukan bunuh diri biasa. Thuan yakin dalang dari kasus ini punya target yang lebih besar, makanya dia nekat menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya. Entah siapa target selanjutnya. Karena itulah, Thuan memperingatkan mereka untuk bekerja dengan hati-hati.

"Aku tidak akan berhenti sampai aku mendapatkan pelakunya. Orang yang tidak bersalah tidak seharusnya mati sia-sia."

Dan karena misi ini jelas-jelas sangat berbahaya, Thuan memutuskan untuk membatalkan misinya Suam. Dia tidak ingin mempertaruhkan nyawa Suam.


Suam tidak terima dan langsung protes. Tapi Padet setuju dengan Thuan. Jika semalam dia tidak melihat para penjahat itu, mereka mungkin sudah mati sekarang.

Para penjahat itu bisa masuk ke rumah deputi dengan membawa senjata dan membakar rumah. Seandainya terjadi sesuatu pada semalam, Thuan tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Kalau Paman memecatku, apa itu artinya... aku tidak bisa lagi tinggal di rumah Khun Rut?"

"Iya. Aku ingin kau tinggal di tempat yang aman."

Bertarung dengan orang yang berpengaruh tidak selalu dengan memukul atau menusuk satu sama lain. Orang-orang semacam itu biasanya akan mencari tahu kelemahan lawannya dan mereka akan menarget titik kelemahan itu. Dan kelemahan pertama seseorang biasanya adalah keluarga.

"Dan sekarang kau adalah satu-satunya keluarga yang dimiliki Deputi Danurut."

Cuchai usul agar mereka merilis berita tentang identitas Bee yang sebenarnya. Dengan begitu, para reporter akan menarget Rut dan Rut akan dipindahkan dari daerah ini sehingga mereka bisa melanjutkan pekerjaan mereka dengan lancar seperti sebelumnya.

Tapi Sia Ha kontan sinis mencaci kebodohan Cuchai dan langsung berpaling menanyakan pendapat Bpenneung. Menurut Bpenneung, sebaiknya mereka menunggu dan melihat apa yang akan dilakukan Rut dan para polisi. Jika tidak berjalan sesuai dengan cara mereka, baru mereka merilis berita itu. Sia Ha setuju. Tapi sekarang dia sudah muak sama Rut, sepertinya dia mau menarget Suam sekarang.


Rut menolak tawaran Direk untuk menginap di rumah ini dan menanyakan status kepemilikan rumah kosong itu. Jadi rumah itu bukan rumahnya Direk?

Direk mengaku itu rumah ayahnya Rut. Dia tidak ingat kapan ayahnya membeli rumah itu. Dia baru ingat saat Rut menanyakaan tempat yang aman untuk menyembunyikan Bee.

"Aku tak pernah tahu apa yang dimiliki ayahku."

Direk dengan senyum ramahnya meyakinkan Rut untuk tidak memikirkan masalah itu. Apapun miliknya atau milik mendiang ayahnya Rut, pada akhirnya semua itu akan menjadi milik Rut dan Da suatu hari nanti.

"Lalu bagaimana dengan pistolnya."

Direk mengklaim bahwa dulu, dia dan ayahnya Rut membeli dua pistol bersama-sama. Dulu dia pernah mencari pistol itu setelah ayahnya Rut meninggal.

"Lalu Paman, tidakkah Paman menemukan keanehan? Jika ayahku meninggalkan pistol di rumah yang tidak dia tinggali dan pistol itu tidak digunakan selama 20 tahun, apa mungkin pistol itu masih bisa digunakan untuk menembak kapan saja?"

Sekilas Direk tampak kesal, tapi dengan cepat dia menormalkan ekspresinya dan mengklaim tak tahu. Dia bahkan langsung ganti topik menanyakan bagaimana caranya Rut pulang. Apa Rut mau dianterin?


"Jangan khawatir, Ayah. Seseorang dengan senang hati mengantarkannya." Ujar Da. Dan orang yang dimaksudnya adalah Su.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments