Sinopsis The Romance of Tiger and Rose Episode 4 - 4

"Apa Putri khawatir saya bersekongkol dengan Xuanhu dengan saling berkirim surat?" Curiga Han Shuo saat melihat Qian Qian memegangi tabung bambunya.


"Kalau aku bilang bahwa tabung bambu ini duluan yang memulainya, apa kau percaya?"

"Putri Ketiga pasti bercanda."

Ah sudahlah, dia datang untuk melakukan hal serius. Han Shuo tutup mata dulu. Dan begitu Han Shuo menurutinya, Qian Qian langsung melingkarkan tali tampar ke lehernya. Maksudnya ngukur leher, tapi alat yang digunakannya jelas membuat Han Shuo jadi salah paham.

"Apa aku melakukan sesuatu yang membuat Putri Ketiga tidak senang hingga Putri ingin menyingkirkanku?"

"Hah? Bukan begitu. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

"Aku justru berharap kau datang untuk membunuhku." Gumam Han Shuo (biar dia ada alasan untuk balas dendam).

"Kau bilang apa?"

"Aku tidak ingin bermain-main denganmu."


Qian Qian jadi tak enak. Belakangan ini sepertinya suasana hati Han Shuo sedang buruk. Apa karena dia? Han Shuo menyangkal dan langsung menjauh.

Qian Qian jadi bingung, dia kan belum selesai mengukur. Bagaimana caranya mengukur lingkar pinggangnya Han Shuo? Maka tanpa banyak pikir, Qian Qian langsung saja memeluk Han Shuo erat-erat dengan niat mengukur lingkar pinggangnya.

Han Shuo jelas shock dan salah paham. Padahal dia mau membunuh Qian Qian, tapi Qian Qian malah dengan lugunya memeluknya.

Begitu mendapatkan perkiraan ukurannya, Qian Qian langsung melepaskan pelukannya lalu pergi begitu saja, membuat Han Shuo jadi semakin kebingungan.


Seorang kurir mendatangi kediamannya Qian Qian dengan membawakan barang-barang. Zi Rui memberitahu mereka bahwa Qian Qian menyukai kain yang mereka kirim.

Tapi si kurir itu juga membawakan barang lain untuk Qian Qian... tabung bambu yang dipernis secara khusus. Waduh! Bisa ketahuan Han Shuo nih. Banyak lagi jumlahnya dan Zi Rui malah menerimanya begitu saja hanya karena si kurir bilang bahwa ini adalah bonus dari majikannya karena Qian Qian sudah banyak membeli barang di tokonya.


D~~a Han Shuo agak sesak malam itu. Tak sengaja botol racunnya terjatuh dari lengannya. Han Shuo benar-benar galau. Dia cepat-cepat menyembunyikannya sebelum kemudian keluar... dan mendapati sudah ada beberapa hidangan hotpot di atas meja dan sebuah kotak hadiah.

Yang tak disangkanya, di dalam kotak itu ada sebuah baju dan sepasang sepatu yang sesuai ukurannya. Han Shuo sontak sumringah, akhirnya dia mengerti alasan Qian Qian mengukur sepatunya dan memeluknya tadi.


"Akhirnya kau bisa tersenyum juga." Ujar Qian Qian yang mendadak muncul dari belakang lalu mulai menyanyikan lagu ulang tahun untuknya.

Han Shuo bahagia. Tapi... "Bagaimana kau tahu hari ini ulang tahunku?"

"Bukan cuma ulang tahunmu yang kuketahui. Aku juga tahu tinggimu 186 cm. Beratmu 75 kg, golongan darahmu O, menyukai warna hitam, tidak suka hari hujan, paling suka makan mie kuah yang dibuat oleh ibumu dan tidak suka makan jahe."

"Apa lagi yang kau ketahui?"


"Aku tahu sejak kau lahir, semua orang di kota Xuanhu berkata bahwa kau adalah orang berbakat yang sangat langka. Tapi di usia 16 tahun malah menderita penyakit jantung."

Para tabib memvonisnya tidak akan hidup melebihi usia 20 tahun. Sejak saat itu, Han Shuo banyak berubah. Dia menjalani hidup setiap hari seolah menghitung mundur menuju saat-saat kematiannya.

Dia menyalahkan Tuhan yang tidak adil. Dia benci karena tidak bisa mengubahnya. Dia ingin hidup. Makanya dia bersedia melakukan apapun demi menyembuhkan penyakitnya.

"Han Shuo, kau harus percaya, pasti ada seseorang yang bisa menyembuhkanmu. Dia akan menjadi orang yang paling mencintaimu. Jadi jangan berkecil hati. Kau harus bertahan sampai akhir."

Han Shuo tercengang mendengarnya. Saat semua orang mengetahui penyakitnya, mereka semua menasehatinya untuk berpikiran terbuka, mereka semua memperlakukannya seolah dia sudah mati.

"Bagaimana bisa kau percaya kalau aku bisa diselamatkan?"

"Itu karena kau belum bertemu denganku."


Han Shuo sontak menatapnya dengan sedih. Qian Qian jadi semakin tak enak melihat eskpresinya. Belakangan ini Han Shuo selalu cemberut. Dia jauh lebih tampak saat sedang tersenyum seperti tadi.

"Aku tersenyum atau tidak, apa itu penting?"

"Tentu saja penting. Orang cantik tidak tersenyum di bawah sinar rembulan, bukankah itu mengecewakan bagi malam yang indah?"

"Jadi, Putri Ketiga ingin menghabiskan malam yang indah denganku?"

"Bukankah kita memang sedang menghabiskan malam bersama?"

Dia lalu mengajaknya untuk mulai makan. Dia sedang sedih atau marah, tidak ada yang tidak bisa diselesaikan dengan sepanci hot pot. Kalau tidak bisa diselesaikan... makan dua panci saja.

Dan itu sukses membuat Han Shuo tertawa. "Logika aneh macam apa itu"

"Ini adalah aturan hot pot. Aturan kedua adalah untuk menguji ketulusan seseorang, lihatlah apakah makanan yang pertama kali dia panaskan akan diberikan pada kita. Ini yang pertama, untukmu."


Qian Qian mau memberikan makanan pertama itu ke mangkoknya Han Shuo, tapi Han Shuo sontak menghentikannya karena Qian Qian malah memberinya yang rasa pedas, penderita penyakit jantung tidak boleh makan pedas.

Qian Qian jadi tidak enak. "Tidak masalah, aku suka makanan pedas. Aku bisa makan makanan pedas.

Untung saja dia pakai panci bersekat (untuk memisahkan sup pedas dan tidak pedas). Qian Qian pun mulai memanaskan yang tidak pedas untuk Han Shuo.

"Lihatlah sup merah dan sup putih itu. Tidak bisa menyatu, tapi dipaksakan untuk dimasukan ke dalam satu panci. Kau suka makanan pedas. Jika seluruh pancinya berisi sup merah, bukankah akan lebih baik?"

"Kalau semuanya sup merah, bukankah kau tidak akan bisa makan? Hot pot hanya akan terasa nikmat jika dimakan bersama-sama. Begitu juga dengan apa yang disebut 'Mencari persamaan dan menghargai perbedaan'. Walaupun orang-orang memiliki opini yang berbeda, tapi tetap bisa membaur. Panci bersekat ini memang dimaksudkan untuk menyatukan sup merah dan sup putih. Tidak boleh hilang salah satunya."


Ucapan Qian Qian itu membuat Han Shuo jadi semakin ragu dengan rencana meracuni Qian Qian itu. Qian Qian bingung melihat ekspresinya. Oh! Dia tahu...

"Kau mau minum arak kan? Aku sudah menyiapkannya, arak buah. Aku tahu orang yang punya penyakit jantung tidak boleh minum arak. Makanya ini arak buah, tingkat alkoholnya rendah, tidak akan mabuk. Karena ini hari istimewa, maka aku juga akan minum sedikit. Bersulang untuk Tuan Muda."


Ngomongnya doang dikit. Tapi tak lama kemudian, Qian Qian sudah mabuk duluan sampai-sampai dia nyerocos menyebut Han Shuo sebagai pisang.

"Pisang! Aku bersulang untukmu lagi. Terima kasih kau telah mengampuni nyawa si jeruk."

Jadilah mereka minum lagi... hingga akhirnya mereka ambruk ke rerumputan. Dalam mabuknya, Qian Qian meyakinkan Han Shuo untuk tidak khawatir.


"Aku ada di sini. Aku pasti tidak akan membiarkanmu mati. Pasti akan ada keajaiban. Jika tidak ada keajaiban, maka aku akan membuat keajaiban." Gumam Qian Qian sebelum kemudian tertidur di d~~a Han Shuo.

Han Shuo galau. "Sebenarnya, aku sudah menemukan cara untuk mengobatinya. Tapi aku tidak ingin melakukan itu. Putri Ketiga benar-benar tidak waspada terhadapku."

Bersambung ke episode 5

Post a Comment

0 Comments