Sinopsis My Secret Bride Episode 12 - 2

Padet ternyata cuma membawa Neung makan di warung pinggir jalan dekat kantor polisi. Neung langsung protes lantang minta makan di tempat yang lebih baik yang jelas saja menyinggung perasaan bibi penjual.


Tak enak, Neung terpaksa mengalah saja. Tiba-tiba dia melihat mobilnya Su datang. Neung langsung kepo... Tapi tidak! Sebaiknya dia tidak usah ikut campur. Dia sendiri punya banyak masalah hari ini. Tidak boleh ikut campur! Tidak boleh! Tidak!

Bibi penjual jadi salah paham dan tersinggung mendengarnya, mengira Neung tidak mau makan di sini. Kenapa tidak bilang saja dari tadi?

Baru sadar, Neung buru-buru menjelaskan maksudnya tidak seperti itu, dia mau kok makan di sini. Tapi tak lama kemudian, dia melihat Suam juga lewat. 


Neung sontak cemas sekarang menyadari kedua wanita itu sama-sama ada di kantor polisi dan langsung ingin segera menyusul mereka. Tapi sedetik kemudian dia mendadak berubah pikiran lagi dan memutuskan untuk tidak usah ikut campur saja. Tidak boleh ikut campur! Tidak boleh! Tidak!

Bibi penjual mendadak salah paham lagi mendengarnya. Neung sontak panik dan langsung berusaha meyakinkan Bibi penjual untuk tidak salah paham padanya dan dengan manisnya meminta maaf pada Bibi. Dia benar-benar manis dan imut sampai Bibi penjual luluh dengan cepat dan Padet pun semakin terpesona padanya.


Su datang untuk mengundang Rut ke acara peluncuran koleksi terbarunya minggu depan. Rut berusaha menolaknya karena dia tidak suka dan tidak cocok dengan acara begituan, tapi Su pantang menyerah.

Bahkan untuk membuat Rut setuju, dia tidak keberatan Rut mengajak istrinya ikut. Dia juga mengundang Pamannya Rut. Baru informasi terakhir itulah yang menarik perhatian Rut dan membuatnya penasaran, sejak kapan Su dekat dengan pamannya?

"Tidak tahu sejak kapan. Aku mengundangmu sebagai keluarga. Da juga akan datang. Dan yang paling penting kita sudah menjadi orang dekat. Jadi datanglah."


Suam baru tiba di kantor polisi dengan mengenakan baju barunya yang kayak wanita karir. Suam pede banget dengan penampilan barunya sampai memuji-muji dirinya sendiri.

Para polisi pun kaget banget melihat penampilan barunya, Suam jadi semakin kepedean. Tapi mereka bingung kenapa Suam dandan cantik hari ini?

"Jelas dong, aku harus dandan cantik sesuai reputasiku. Memangnya tidak boleh?"

"Boleh. Tapi... apa kau bisa bersaing dengan gadis cantik yang berada di ruangan Deputi sekarang?"

Suam jelas kesal dan cemburu menyadari siapa yang ada di dalam bersama Rut. 


Maka dia langsung saja masuk ke sana. Su menyapanya dengan sok ramah dan mengundang Suam ke acara peluncuran koleksi terbarunya minggu depan bersama Rut.

"Sebagai apa? Khun Su, kau mengundang Khun Rut sebagai apa?"

Su mengklaim sebagai teman biasa. Kenapa? Apa dia membuat Suam tidak nyaman? Jangan merasa begitu. Bagaimanapun, Suam adalah masa kini. Tidak usah memedulikan dia yang cuma masa lalu.

Membalas senyum manisnya Su, Suam langsung merangkul Rut sok mesra dan menegaskan bahwa dia ingin masa lalu itu pergi. Mereka di masa kini butuh waktu bersama, makanya dia tidak ingin masa lalu itu datang kembali. Itu tidak sopan, dia harap Su bisa mengerti. Jadi tolong sekarang Su pergi karena dia sedang ada urusan dengan suaminya


Su jelas kesal dan langsung balas dendam dengan menyinggung baju barunya Suam itu. Tadi Suam bicara masalah sopan santun, tapi apa dia tidak tahu bahwa membeli dan memakai barang palsu itu juga tidak sopan?

Desain baju ini berasal dari butiknya Su. Tapi yang asli, tidak ada yang berwarna hitam. Lain kali kalau Suam ingin baju yang bagus, bilang saja padanya. Nanti akan dia kirimkan yang asli.

"Tidak perlu dikirim!" Neung yang awalnya menolak ikut campur, akhirnya muncul juga membela Suam dan menegaskan pada Su bahwa dia sendiri yang akan mengurus pakaian temannya. Kesal, Su akhirnya pergi.

Suam setulus hati berterima kasih pada Neung atas bantuannya barusan. Neung dengan canggung beralasan kalau dia hanya tidak suka melihat orang lain dihina.

"Apapun itu, aku tetap berterima kasih padamu."

"Lalu kenapa kau mau-mau saja dihina? Kenapa kau tidak melawan?"

"Melawan Khun Suchawadee?"

"Melawan ibuku?"

Neung sungguh tidak mengerti. Jika memang Suam tidak seperti yang dikatakan oleh ibunya, lalu kenapa dia tidak pernah mengatakan apapun untuk membela dirinya? Kenapa Suam tidak pernah menjelaskan apapun padanya? Apa Suam pikir dia bodoh seperti yang orang lain pikirkan tentangnya?


"Khun Neung, ibumu sangat baik padaku. Dia memberiku tempat tinggal saat aku tidak tahu harus ke mana. Jika ada sesuatu yang membuat ibumu tidak nyaman, itu karena ibumu sangat mencintaimu. Aku memahami ibumu dan kuharap kau juga bisa memahami ibumu."

Lalu bagaimana dengan Aik? Aik bilang kalau dia akan menceraikan Da. Apa Suam akan kembali pada Aik setelah Aik bercerai nanti?

Suam menegaskan bahwa dia tidak pernah memikirkan apapun tentang Aik, tidak sedikitpun. Bahkan sekalipun Aik menikah dan bercerai berkali-kali, dia akan tetap sama seperti yang pernah dia katakan pada Neung sebelum Neung pergi ke luar negeri dulu.

"Lalu bagaimana dengan P'Rut? Apa kalian sungguhan? Kau sungguh-sungguh mencintai P'Rut, kan?" Tanya Neung. 


Tanpa mereka ketahui, para pria mengawasi kedua wanita itu dari dalam kantor. Padet bertanya-tanya apakah kedua wanita akan berdamai atau justru akan berkelahi?

"Menurutku, kedua wanita itu sebenarnya tidak benar-benar bermusuhan sejak awal."

"Mereka bermusuhan karenamu."

Rut langsung kesal. "Inspektur, kenapa belakangan ini kau banyak bicara?"

"Benar." Santai Padet.

Suam terdiam ragu sesaat, akhirnya secara ambigu dia meminta Neung untuk memberinya waktu. Dia akan memberitahu Neung segalanya nanti. Dia hanya meminta Neung untuk percaya padanya.


Neung setuju lalu pamit, nanti dia akan menghubungi Suam untuk beli baju bersama. Saat itulah para pria juga langsung keluar. Neung pamit pada Rut, tapi Padet mendadak menggodanya.

"Kau mau menyetir sendiri atau kau mau aku mengantarmu?"

Neung canggung. "Tentu saja aku akan menyetir sendiri."

"Kau mau pulang ke rumahmu... atau ke rumahku?"

Pfft! Neung jadi tambah salting. "Pulang ke rumahku sendiri!"

"Hati-hati di jalan, Khun Neung." Ucap Suam.

Mendengar itu, Neung dengan malu-malu meminta Suam untuk memanggilnya Neung saja seperti biasanya. Suam terharu. Padet sontak tersenyum lebar. Rut heran melihatnya, kenapa tidak sekalian saja dia anterin Neung?


Oke! Padet dengan senang hati mengantarkan Neung ke mobilnya, bahkan dengan manisnya membukakan pintunya untuk Neung. Suam geli melihat mereka.


Sakit kepalanya Cuchai tiba-tiba kumat lagi. Tapi saat dia hendak mengambil obatnya, Bpenneung mendadak muncul dan tanya apakah dia sakit. Cuchai langsung pura-pura seolah dia baik-baik saja.

Tam - rekannya Bell yang pernah mendatangi rumah meditasinya Nenek Dukun, masuk saat itu, sepertinya mereka baru selesai melakukan sesuatu dan Cuchai memanfaatkan itu sebagai bukti untuk menyangkal dugaan Bpenneung. Ada apa Bpenneung kemari?

"Sia menyuruhku untuk tanya tentang kapal pesiar yang akan mengirimkan Khun Wira dan orang-orangnya lusa."

Cuchai mengaku segalanya sudah siap, Bpenneung cukup persiapkan para wanitanya saja. Tapi Beppenung berkata mereka masih kurang dua orang lagi dari total 12 wanita. Maka Cuchai dengan santainya menawarkan Tam untuk menutupi kekurangan orang itu.

Bpenneung pun menyuruh Tam untuk mencari satu orang wanita lagi, mereka harus naik kapal pesiar lusa untuk melayani 10 pelanggan. Dia mengingatkan Tam bahwa pekerjaan ini sangat rahasia, jadi jangan pakai orang luar.

Tam agak cemas, apa pekerjaan ini bersih? Cuchai mengklaim kalau mereka hanya perlu melayani orang-orang tua. Tam akhirnya bisa tenang mendengarnya lalu pergi.


Cuchai langsung mengusir Bpenneung setelah itu. Tapi bahkan sebelum Bpenneung benar-benar pergi, Cuchai sudah tahan lagi dengan sakit kepalanya.

"Berapa lama kau pikir bisa menyembunyikannya? Tentang apa yang kau katakan di mobil kemarin, apa kau pikir Sia tidak akan curiga?" Cecar Bpenneung.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments