Sinopsis The Romance of Tiger and Rose Episode 4 - 3

Sementara Yuan Yuan mengecek lengan Qian Qian, Qian Qian menggerutu sombong tentang alasan Lin Qi menyerangnya secara diam-diam, itu karena Lin Qi tidak akan bisa menang jika berhadapan langsung dengannya.


"Sejak kecil aku sering berkelahi dengannya, kapan aku pernah kalah darinya? Setelah aku sembuh nanti, aku akan menghajarnya!" Seru Qian Qian sombong.

Padahal begitu Yuan Yuan memutuskan bahwa lengannya Qian Qian sudah sembuh dan dia sudah bisa balas dendam sama Lin Qi sekarang juga, Qian Qian mendadak mengkerut.

Tapi dengan penuh harga diri dia menyatakan bahwa dia akan berlapang dada karena bagaimanapun, dia adalah putrinya Penguasa Kota. Kenapa juga dia buat perhitungan dengan rakyat kecil seperti Lin Qi.

Lagipula ujian seleksi Penguasa Kota Muda sudah dekat. Daripada menghabiskan waktu untuk menghajar Lin Qi, bukankah lebih baik dia belajar saja? Ampuni saja Lin Qi.


Kembali ke kamarnya, Han Shuo memainkan sebutir jeruk. Bai Ji datang tak lama kemudian untuk melapor bahwa dia sedang menyelidiki siapa yang membuat tabung bambu pernis itu. Dia yakin sebentar lagi mereka akan mengetahui siapa biang onarnya.

Dan satu lagi, mata-mata yang sekarang dikirim ke kediaman Putri Kedua menemukan beberapa petunjuk dan ingin bertemu Han Shuo sekarang.

Tapi Han Shuo malah terus sibuk sendiri memainkan jeruknya sambil memukulinya dengan gemas, menganggap itu sebagai Qian Qian. "Chen Qian Qian, kenapa kau begitu imut?"

Bai Ji jelas bingung melihatnya melamun terus sampai dia harus menegur Han Shuo untuk menyadarkannya kembali. Baru sadar, Han Shuo akhirnya menyuruh Bai Ji untuk membawa si mata-mata masuk... sebelum kemudian berpaling kembali ke jeruknya sambil menggumam lantang.

"Imutnya~~~"

Bai Ji jadi salah paham mengira Han Shuo memujinya dan merasa tersanjung. "Terima kasih atas pujian Tuan Muda."


Si mata-mata datang membawa kabar tentang sebuah kabar rahasia yang baru diingatnya. Mungkin rahasia ini bisa membantu Han Shuo mendapatkan tulang naga. Rahasia itu adalah Chen Chu Chu bukan anak kandungnya Penguasa Kota.

Bai Ji kaget. Kalau Chu Chu bukan anak kandung dan Yuan Yuan cacat, berarti pewaris tahta hanya tinggal Qian Qian. Kalau begitu, jika mereka meracuni Qian Qian, maka Penguasa Kota pasti akan menggunakan tulang naga untuk menyelamatkannya dan mereka bisa mengambil kesempatan itu untuk merebut tulang naga.

Tapi Han Shuo sekarang ragu untuk melakukan itu. Bagaimana dengan Qian Qian kalau begitu? Tulang naga hanya bisa menyelamatkan satu nyawa, Qian Qian pasti akan mati.

"Saya dengar Penguasa Kota Huayuan memiliki gejala stroke. Jika dia mengetahui putri kesayangannya meninggal, pasti akan membuat pikirannya kacau. Huayuan tidak akan memiliki pemimpin."

Saat itu terjadi, penyakitnya Han Shuo akan pulih dan mereka bisa segera melakukan penyerangan dan menaklukkan kota ini dan mendapatkan tambang batu hitam. Ini kesempatan yang sangat bagus.

Tapi Han Shuo benar-benar ragu dan terus termenung galau menatap jeruknya. "Masalah ini harus dipertimbangkan sekali lagi. Jangan terlalu tergesa-gesa. Jangan tergesa-gesa."


Malam harinya, Han Shuo sudah memegangi racun itu di tangannya. Tapi dia benar-benar galau da ragu. Saat dia hendak mendatangi Qian Qian, dia malah mendengar Qian Qian sedang bercanda tawa dengan Pei Heng yang datang menjenguknya. Han Shuo jadi sedih.

"Bagaimana lenganmu?" Tanya Pei Heng.

"Baik-baik saja. Han Shuo menyembuhkanku."

Pei Heng agak cemburu mendengarnya. Tapi baguslah kalau begitu. Dia juga membawakan buah-buahan yang baru dikirim dari kota Xuanhu.

"Kalau begitu aku harus cepat menghabiskannya. Jangan sampai Han Shuo melihatnya."

"Aku menyuruh pelayan untuk memberikannya juga untuk Tuan Muda Han."

"Jangan. Aku khawatir kalau dia melihat buah-buahan dari kota asalnya, dia akan merindukan keluarganya."

"Aku kurang pertimbangan. Tuan Muda Han tinggal di kota Huayuan sendirian, hatinya pasti sangat sedih."

Qian Qian terdiam canggung mendengarnya. Dia yakin tidak karena satu-satunya yang ada dalam pikiran Han Shuo hanyalah mendapatkan tulang naga.

 

Tak lama kemudian, dia mengantarkan Pei Heng keluar tanpa menyadari Han Shuo yang bersembunyi di balik tiang. Tapi Zi Rui melihatnya, Han Shuo pun bergegas pergi.

Zi Rui bingung dan langsung melaporkan itu ke Qian Qian. Han Shuo barusan di sini, sepertinya dia kurang bahagia. Qian Qian langsung cemas mendengarnya. Han Shuo pasti mendengar segalanya tadi.

"Dia pasti cemburu."

Zi Rui heran. Dulu biarpun Qian Qian terjatuh sampai patah lengan dan patah kaki, Pei Heng tidak pernah sekalipun menjenguknya. Sekarang Qian Qian cuma terkilir saja, dia langsung datang.

"Itu hanya hubungan antara guru dan murid!"


Tapi, karena sekarang Han Shuo tinggal di sini, berarti dia juga bagian dari keluarga mereka sekarang. Bukankah seharusnya mereka membuatnya Han Shuo merasakan kehangatan keluarga?

"Bagaimana kalau kita mengadakan pesta ulang tahun untuk Han Shuo?"

Hah? Ulang tahunnya Han Shuo kan rahasia. Mana mungkin mereka tahu kapan dia ulang tahun? Hmm... Zi Rui tidak tahu sih. Qian Qian tahu betul segala hal tentang Han Shuo. Dia jauh lebih mengenal Han Shuo lebih daripada ibunya Han Shuo sendiri.



Keesokan harinya, Qian Qian dan Zi Rui ke pasar untuk membeli hadiah untuk ultahnya Han Shuo. Tapi masalahnya, Qian Qian bingung harus ngasih hadiah apa.

"Saya dengar, wanita di kota Xuanhu akan menjahit sepatu dan kaos kaki sendiri untuk suaminya."

Ah! Itu ide bagus. Sejak jaman kuno, pria selalu menyukai sepatu. Kalau begitu sepatu saja. Tapi begitu melihat Qian Qian datang, sontak semua pedagang di pasar mendadak kompak menutup toko masing-masing dan bersembunyi.

Qian Qian bingung. Kenapa semua orang menutup toko dan bersembunyi? Apa ada petugas keamanan kota?

"Anda selalu membeli tanpa membayar. Anda punya hutang di sepanjang jalan ini."

Hah? Jadi mereka bersembunyi darinya? Maka Qian Qian langsung berteriak meyakinkan mereka bahwa dia akan bayar tunai. Dan seketika itu pula semua toko langsung buka kembali, mereka bahkan berlomba-lomba mengundang Qian Qian ke toko mereka masing-masing.


Tak lama kemudian, Qian Qian mengendap masuk ke kamarnya Han Shuo. Mumpung lagi kosong, Qian Qian langsung membuka lemarinya Han Shuo untuk mengukur sepatunya.

Tapi saat dia hendak mengembalikannya, tak sengaja sebuang tabung bambu terjatuh. Qian Qian santai saja main-main sama benda itu dan menjadikannya sebagai teropong... tapi malah kaget mendapati Han Shuo mendadak berdiri di belakangnya entah sejak kapan sambil menatapnya dengan curiga.

Bersambung ke part 4

Post a Comment

0 Comments