Sinopsis The Romance of Tiger and Rose Episode 3 - 1

Qian Qian bisa mengerti bagaimana perasaan Han Shuo. Dia juga merasakan hal yang sama saat dia bangun tidur tapi mendapati segalanya sudah berbeda.


Dia bingung dan tidak mengenal siapapun di sini. Setiap hari dia kesulitan untuk berurusan dengan orang-orang di sekitarnya. Tidak makan dengan baik, selalu takut orang lain akan menyakitinya, takut akan mengacaukan segalanya, takut dia mati terbelah atau tertusuk ribuan panah dan tidak akan bisa pulang.

"Aku mengerti. Aku akan meminta maaf pada Han Shuo sekarang. Pei Heng, aku tahu kau dulu membenciku, tapi aku yang sekarang berbeda. Jadi kau jangan kecewa padaku, yah?"

"Baik." Pei Heng benar-benar tercengang dengan sikap dan segala hal yang Qian Qian katakan hari ini.


Pelayannya Pei Heng juga heran melihat kepanikan Qian Qian saat Pei Heng bilang mau membatalkan pertunangan mereka. Sejak dulu Qian Qian tidak pernah mengalah pada siapapun. Tapi sekarang, dia mau meminta maaf pada Han Shuo demi Pei Heng.

"Sepertinya Putri Ketiga tertarik pada anda." Komentar si pelayan. Karena itulah dia menyarankan Pei Heng untuk tidak meminta Penguasa Kota membatalkan pertunangan mereka.


Qian Qian pulang tanpa menyadari beberapa pemanah yang sedang menargetnya dan bersiap menunggu instruksi Bai Ji. Tapi mereka malah jadi bingung sendiri saat Qian Qian terus mondar-mandir dengan galau di depan kamarnya Han Shuo.

Tiba-tiba dia masuk ke kamarnya Han Shuo, Bai Ji pun menginstruksikan mereka untuk menunggu dulu. Qian Qian duduk dengan canggung saat Han Shuo mulai menyindir maksud kedatangannya. Apa masalah tadi siang masih belum cukup?

"Han Shuo... Tuan Muda Han, hari ini aku memang salah, aku bertindak ceroboh dan kurang pertimbangan. Kau harus berlapang dada dan jangan masukkan dalam hati."

"Apa Putri meminta maaf?"

"Iya."

"Menurutmu aku akan mempercayaimu?"

"Kalau kau tidak percaya, maka aku cuma punya satu cara."


Karena tadi pakaiannya Han Shuo hampir dilucuti di depan umum, maka sekarang Qian Qian pun langsung membuka pakaian luarnya sendiri di hadapan Han Shuo biar mereka impas.

Han Shuo sontak panik memalingkan pandangannya sambil protes tak senang. Jarang-jarang ada wanita yang sangat tidak tahu malu kayak Qian Qian. Bagaimana bisa ini dibandingkan dengan yang tadi siang.

Tapi Qian Qian malah salah paham mengira maksudnya Han Shuo adalah dia perlu dilihat publik juga kayak Han Shuo tadi. Baiklah, kalau begitu, Qian Qian akan berkeliling di jalanan sekarang juga.


Para pemanah sontak bersiap begitu melihatnya membuka pintu, tapi Han Shuo tiba-tiba menghentikannya dan mengingatkan bahwa sekarang status Qian Qian adalah istrinya. Qian Qian mau mempermalukannya dengan berkeliaran di jalan dengan pakaian begini?

Qian Qian akhirnya menutup kembali pintunya, membuat para pemanah jadi tambah kebingungan. Qian Qian sungguh tidak mengerti dia harus bagaimana? Apa dia perlu melepas satu lapis lagi? Baiklah!

Dia bahkan langsung membuka tali pengikat bajunya yang jelas saja membuat Han Shuo jadi makin panik dan buru-buru menutupinya dengan selimut. Tapi perbuatannya itu malah membuat Qian Qian jadi makin heboh menuduh Han Shuo mau melakukan sesuatu padanya. Dasar me~~m!


Han Shuo menyangkal, dia tidak melakukan apapun. Dasar tukang fitnah!  Qian Qian sendiri yang me~~m, baru bertemu di jalan, Qian Qian langsung menggodanya. Tapi begitu melihat Pei Heng, dia langsung gemetar. Hubungan mereka benar-benar tidak jelas.

Anak tidak jelas yang sedang dikandungnya itu pasti anaknya Pei Heng? Kesal, Qian Qian langsung menyingkap selimutnya sehingga Han Shuo bisa melihat tanda keperawanannya. Kenapa dia masih memiliki tanda itu? Berarti, dia tidak hamil?

"Aku terpaksa berbohong pada Ibu kalau aku hamil agar bisa menyelamatkanmu."

Han Shuo tercengang mendengarnya. "Kau menyelamatkanku... bahkan tanpa memedulikan nama baikmu sendiri?"

"Antara nama baik dan nyawa, nyawa jauh lebih penting. Aku sungguh ingin menyelamatkanmu. Lagipula, apa artinya nama baikku ini."

"Benar, jika Putri Ketiga seperti yang dirumorkan, reputasi sama sekali tidak diperlukan." Sinis Han Shuo.


Berusaha bersabar, Qian Qian menawarkan kesepakatan dengan Han Shuo. Han Shuo mengikuti aturan kota Huayuan dan menurutinya saat mereka berada di hadapan orang lain. Tapi saat mereka sedang berdua saja, Qian Qian yang akan mengikuti aturan kota Xuanhu dan menuruti Han Shuo.

"Kalau kau menghormatiku, maka aku juga akan menghormatimu. Ini juga cara kita untuk berhubungan sebagai suami istri."

Han Shuo benar-benar tercengang mendengar kesepakatan yang ditawarkannya itu. Begitu tercengang sampai dia tidak tahu harus ngomong apa. Karena Han Shuo tidak menjawab, Qian Qian memutuskan Han Shuo menerima kesepakatannya dan mengingatkan Han Shuo untuk tidak melanggarnya.

Dia mau pergi sekarang, tapi Han Shuo tiba-tiba memanggilnya lagi hanya untuk mengingatkannya untuk pakai baju dulu. Percakapan mereka barusan kontan membuat Han Shuo jadi melunak pada Qian Qian.


Tapi saat Qian Qian sudha keluar, Han Shuo baru ingat dengan para pemanahnya dan langsung keluar dengan membawa selimut yang dia gunakan untuk menangkis semua anak-anak panah itu dengan cepat lalu pura-pura menggunakan selimut itu seolah dia kedinginan.

Qian Qian yang sama sekali tidak menyadari apa yang tengah terjadi jelas bingung melihat Han Shuo. Dia tak curiga awalnya, tapi saat dia berbalik, dia malah tak sengaja menginjak sebuah anak panah yang menancap di tanah.

Seketika dia langsung mengerti kalau Han Shuo berniat membunuhnya lagi tapi juga bingung menyadari Han Shuo menyelamatkannya. Akhirnya dengan canggung dia mengucap terima kasih atas kebaikan Han Shuo lalu pergi.


Qian Qian jadi tambah galau teringat alur ceritanya yang mana nantinya Han Shuo akan mengkhianati Chu Chu dan menghancurkan kota Huayuan. Han Shuo benar-benar kejam. Sekarang saja Han Shuo sudah beberapa kali mencoba membunuhnya, tapi dia harus bertahan sampai akhir cerita, baru dia bisa kembali.

"Aku tidak boleh mati. Aku tidak boleh mati!"

Maka kemudian dia menemui trio penulis cerita untuk mengonsultasikan perubahan alur cerita si pisang, si apel dan si jeruk. Dia benar-benar tidak mengerti lagi bagaimana caranya untuk menyatukan si pisang dan si apel.

Si pisang terus bertekad mau membunuh si jeruk tapi si jeruk harus bertahan hidup. Tolonglah dia untuk memikirkan bagaimana caranya untuk mengubah cerita ini agar si jeruk tetap bisa bertahan hidup?

Trio penulis cerita sontak saling bersitatap dengan kebingungan. Mereka penasaran apakah reputasi si jeruk ini sangat buruk? Qian Qian membenarkan, reputasinya terkenal sangat amat buruk, ternodai di sana-sini.

"Apa si jeruk ini menyinggung si pisang?"

"Di awal cerita memaksanya untuk menikah. Lalu membuatnya di penjara, lalu mempermalukannya di depan umum."


Kalau begitu, trio penulis cerita memutuskan kalau si pisang itu jahat banget, pemikirannya sulit ditebak. Qian Qian setuju, dia bisa membunuh tanpa perasaan dan sekarang si pisang itu sedang menahan tekanan, menunggu saat yang tepat, menunggu bagian akhir.

Dia menunggu sampai penyakitnya sembuh. Si pisang ini bagaikan harimau yang turun gunung, bagaikan seorang raja yang sangat kuat dan hebat. Tak ada seorangpun yang bisa menandinginya selain si apel.

Penulis cerita satu menyarankan Qian Qian untuk memanfaatkan kesempatan saja. Si pisang kan sedang kesulitan, manfaatkan saat itu untuk melenyapkan si pisang.

Hadeh! Qian Qian stres, apa dia tidak bisa menulis cerita tanpa adegan pembunuhan? Dia kan sudah bilang bahwa si pisang ini harus dipertahankan karena dia akan sangat berguna di akhir cerita.

Bersambung ke part 2

Post a Comment

0 Comments