Rut terus mengawasi dengan muka marah selama Suam diobati. Dokter memberitahunya bahwa luka Suam tidak parah dan hanya perlu dibersihkan setiap hari agar tidak infeksi. Dan mungkin Suam akan sedikit demam nanti.
Suam berusaha tersenyum padanya, tapi Rut terus saja cemberut, Suam jadi canggung. Tapi Rut tetap perhatian dengan memberikan segelas air untuk Suam walaupun dia melakukannya seolah dia ingin sekali membunuh Suam.
Saat mereka menunggu obat, Suam menelepon Oil untuk meminta Oil membawakannya baju ganti. Ibu menelepon tak lama kemudian dan mengabarkan sesuatu yang kontan membuat Suam berdiri kaget.
Ternyata semua orang di kampung lagi melabrak Nenek Dukun, menuduh Nenek Dukun-lah pelaku penembakan Suam tadi. Dia yang paling mencurigakan karena dialah yang benci sama Suam karena Suam merebut bisnis rumah meditasinya.
Nenek Dukun dan Lamyai jelas tidak terima. Biarpun Nenek Dukun membenci Suam, tapi dia tidak sampai ingin Suam mati. Dia dukun, mana mungkin dia menyakiti dukun lain. Apa mereka pikir dia tidak takut mendapat karma? Lagipula dari mana Nenek Dukun punya uang untuk menyewa senjata?
Tak ada yang percaya dan jadilah mereka semua ribut. Suk dan Ibunya Suam dengan cepat menghentikan mereka dan berusaha membela Nenek Dukun. Tapi Nenek Dukun dan Lamyai nyolot terus dan menghina Suam. Ibunya Suam jadi terpancing emosi juga dan jadilah mereka semua ribut perang mulut lagi.
Suk mulai cemas dan langsung menelepon tim Snow White. Dia curiga pelakunya adalah Darika. Awasi Darika, cari segala informasi tentangnya dan catatan teleponnya selama 5 hari terakhir.
Padet dan Neung ada di rumah saat mereka pulang. Suam senang banget melihat Neung, tapi Neung masih dingin padanya dan langsung berpaling ke Rut, menanyakan apakah pelakunya sudah tertangkap.
Tentu saja belum. Tapi Rut sudah punya petunjuk, sebentar lagi mereka pasti bisa menangkap penembaknya. Tapi maksud Neung bukan orang yang menembak, melainkan dalang utamanya, orang yang memerintahkan penembakan itu.
Suam senang mendengar Neung perhatian dengan kasusnya ini. "Khun Neung, kau sudah tidak marah padaku lagi, yah?"
"Tentang masalah itu, sebaiknya dikesampingkan dulu. P'Rut, seandainya dalang utama kasus ini adalah P'Da, apa yang akan kau lakukan? Apa kau berani menangkap P'Da?"
"Apa kau punya bukti?" Tanya Padet.
"Tidak. Ini hanya perasaanku."
"Itu tidak bisa digunakan."
Mereka hampir saja otot-ototan sampai Rut harus buru-buru menengahi mereka. Padet ingin Suam memberikan pernyataan di sini saja, jadi dia tidak perlu ke kantor polisi. Apa dia cukup sehat untuk melakukannya?
Rut langsung menyuruh Teerak untuk menyiapkan tempat untuk melakukan interogasi. Padet menyuruh Neung untuk pulang duluan saja. Tapi Neung menolak pergi, ngotot mau tetap ada di sini sebagai saksi dengan alasan dia punya hubungan dengan orang yang menembak dan orang yang ditembak.
"Saksi harus ada di tempat kejadian. Apa kau ada di sana?"
"Tidak. Tapi aku bisa di sini karena aku yakin aku bisa di sini. Kenapa aku tidak boleh di sini?"
Suam buru-buru menengahi mereka dan mengizinkan Neung tetap di sini. Berusaha menenangkan Rut, Suam meyakinkan bahwa ini hanya kecelakaan. Tapi Rut malah emosi. Bagaimana bisa ini hanya kecelakaan saat yang ditarget oleh si pelaku adalah jantungnya Suam?
"Kau itu tertembak dan bukan cuma tersandung meja!"
"Apa kau marah?"
"Apa kau punya musuh?" Tanya Padet.
"Dengan mulut seperti ini, mana mungkin aku tidak punya musuh?"
Teerak menyela sebentar untuk menghidangkan beberapa kudapan dan minuman. Padet tanya apakah ada seseorang yang Suam curigai.
Walaupun Suam ada beberapa konflik kepentingan terkait rumah meditasinya. Tapi dia yakin di sekitar rumahnya tidak ada yang sanggup menyewa pembunuh bayaran?
Satu-satunya orang yang menginginkannya mati memang hanya Darika, tapi lupakan saja kecurigaannya yang itu. Suam tidak serius kok. Dia tidak ingin cari masalah dengan Da. Lagian dia kan sudah selamat dan masih hidup.
Padet kurang setuju dengan pemikirannya itu. Pelaku tetaplah bersalah. Tiba-tiba sesi interogasi itu tersela oleh suara seruputun Neung yang malah sedang asyik sendiri menikmati cemilan dan minumannya.
"Jadi saksi pasti membosankan banget, yah?" Sinis Padet.
Neung jadi malu. "Silahkan dilanjutkan."
Tim Snow White sedang memutar video rekaman penembakan itu. Tapi Songkram malah dengan sengaja usil meng-zoom ekspresi jelek Suk saat penembakan itu terjadi. Mereka jadi ribut gara-gara itu sampai Thuan harus segera menegur mereka untuk serius.
Suk pun langsung melaporkan peluru dan senjata yang ditemukan di TKP. Sayangnya tak ada seorang saksi mata pun yang melihat pelaku. Damkerng yakin si pelaku itu bukan orang biasa mengingat yang dia target adalah jantungnya Suam. Suk bertanya-tanya apakah ada orang lain yang Thuan curigai selain Darika?
"Kuharap itu cuma Darika. Karena jika pelakunya adalah orang yang kucurigai, maka Suam berada dalam bahaya."
Malam harinya, Suam bersusah payah untuk membersihkan lukanya sementara Rut hanya melihat. Dia meyakinkan Suam untuk tidak khawatir. Jika memang Darika pelakunya, Rut tidak akan melepaskannya.
"Khun, aku sungguh baik-baik saja."
"Meskipun bukan kau, aku juga akan melakukan hal yang sama."
"Tentu saja. Aku hanya orang biasa seperti yang lain."
Melihat Suam bersusah payah membersihkan dirinya sendiri, Rut langsung saja mengambil alih handuknya dan membantu menyeka lengan Suam. Tapi Suam masih saja berwajah cemberut. Apa Suam sedang merajuk?
Suam menyangkal, tapi mukanya masih cemberut. Rut tiba-tiba bergerak mendekat, membuat Suam jadi gugup. Rut terus bergerak semakin mendekat, Suam refleks memejamkan matanya dengan gugup dan antusias.
Tapi bukannya menciumnya Suam, Rut tiba-tiba saja berubah haluan mengomeli Suam karena membuka rumah meditasi tanpa izin. Suam mendadak kesal. Kalau cuma mau ngomongin itu, kenapa Rut harus membuat suasana jadi elegan begini?
"Karena kau penipu. Aku hanya menutup semua sudut agar kau tidak bermain trik."
"Kenapa? Apa membuka rumah meditasi itu tidak baik?"
"Ini bukan masalah baik atau tidak baik, Suam. Tapi ini seperti membohongi masyarakat. Jadi kau harus menutupnya."
Tidak bisa. Yang Suam miliki ini adalah sesuatu yang sangat gaib. Dan Rut adalah pelanggan pertamanya juga. Apa Rut tidak ingat kalau Suam pernah menolongnya dari tabrakan mobil? Rut seharusnya bangga sama dia.
"Kau tidak sadar berapa banyak masalah yang kau sebabkan?"
"Aku penyebab masalah? Akulah satu-satunya orang yang menolong orang lain dari masalah!"
"Jangan membantah, Suam."
"Aku tidak membantah. Ini namanya mempertegas!"
"Jangan meninggikan suaramu padaku. Tidak perlu mempertegas apapun. Salah tetap salah. Dan kau harus menutupnya mulai sekarang."
"Kenapa? Kau takut reputasimu akan jatuh karena ini?"
"Suam! Aku memintamu menutupnya karena aku mengkhawatirkanmu. Seandainya musuhmu dan musuhku bersatu, mereka bisa membunuh kita semua, Suam. Tidak perlu bernada tajam padaku, aku serius. Hari ini mungkin kau beruntung. Tapi lain kali, mungkin mereka tidak akan gagal."
Suam speechless, menyadari Rut benar. Akhirnya dia tidak membantahnya lagi dan membiarkan Rut membantu menyeka dirinya.
Bersambung ke part 2
1 Comments
Lanjut min..
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam