Sinopsis My Secret Bride Episode 10 - 2

Aik juga baru mendapat kabar tentang tertembaknya Suam itu dan jelas saja orang pertama yang dia curigai adalah Da. Da berusaha menyangkal, tapi tentu saja Aik tak percaya.


"Jangan sampai aku tahu kau adalah pelakunya."

"Kenapa? Kalau memang aku, apa yang akan kau lakukan?"

"Karena perasaan benciku padamu... akan berubah jadi perasaan jijik!" Kesal Aik lalu pergi.


Suam tidak bisa tidur tenang, tiba-tiba dia memimpikan kejadian tadi siang yang sontak membuatnya terbangun sambil menjerit ketakutan. Rut bergegas masuk saking cemasnya dan mendapati Suam ternyata sedang demam tinggi.

Rut dengan lembut menidurkannya lagi lalu mengambil air untuk mengompresnya, merawatnya sepanjang malam dengan penuh perhatiannya dan menggenggam tangannya sampai dia tenang.


Keesokan harinya saat Suam baru turun, dia langsung celingukan mencari Rut. Tapi Teerak malah memberitahunya kalau Rut sudah pergi kerja. Tapi Rut bilang kalau dia akan pulang cepat nanti, dia juga meminta Teerak untuk merawat Suam dengan baik.

Tadi malam Rut mengawasi Suam sepanjang malam. Waktu Rut keluar tadi, dia terlihat tidak tidur sama sekali. Rut sangat mengkhawatirkan Suam. Makanya hari ini Suam tidak boleh keras kepala. Sekarang duduklah dan makan sarapannya sampai kenyang lalu istirahat lagi biar lukanya cepat sembuh. Suam bahagia banget mendengar Rut mengkhawatirkannya.


Rut ternyata pergi menemui Da dan to the point menunjukkan bukti peluru itu padanya, itu punyanya Da. Da pura-pura bodoh dengan canggung dan menyangkal, tidak mungkin itu punyanya.

"Biasanya kau tidak suka bohong, kenapa hari ini kau tidak jujur?"

Da sontak emosi. "Lalu kenapa kau berpihak padanya? Hah?"

"Aku bahkan belum bilang siapa penembaknya"

"Apa kau menuduhku?"

Benar. Jika Da tidak mau mengatakan siapa pelakunya, maka Rut akan mengirim bukti ini ke Divisi Deteksi Kejahatan Ilmiah, biar mereka segera tahu siapa pelakunya. Da sontak ketakutan, bagaimana kalau ini memang miliknya? Apa yang akan Rut lakukan?

"Khun Da, kenapa kau melakukan ini?"

"Karena dia membuat Aik menceraikanku. Ini masih belum cukup..."

"Cukup! Khun Da, kau tidak punya hak untuk memutuskan hidup orang lain."

Tidakkah Da pernah berpikir bahwa masalah ini akan kembali melibatkannya? Da membela diri kalau dia hanya mau memberi Suam pelajaran, dia tidak bermaksud membunuhnya kok.


Lagipula, Rut tidak akan membiarkannya masuk penjara, kan? Jika tidak, tidak mungkin Rut membawa peluru ini padanya. Da bahkan dengan santainya menyimpan benda itu ke dalam tasnya.

Tapi Rut sontak beranjak bangkit dengan penuh amarah. "Kali ini mungkin aku tidak bisa menolongmu. Kau sangat kejam. Itu bukan bukti yang asli. Yang asli sudah berada di Divisi Deteksi Kejahatan Ilmiah. Aku harus memproses kasus ini sesuai hukum. Kau harus persiapkan pengacara terbaik. Hanya ini yang bisa kuberikan padamu."


Da jelas kesal dan panik. Dia langsung bergegas mencari ayahnya yang saat itu baru saja meeting dengan seseorang yang ternyata menawarinya untuk menjadi menteri.

Kalau begitu, Da meminta Direk untuk menolongnya. Dia tidak akan bisa masuk politik kalau putrinya sampai dipenjara. Hah? Direk jelas bingung mendengarnya. Beberapa hari yang lalu Da meminta nomor telepon bawahannya, kan? Memangnya apa yang Da lakukan?

"Itu karena P'Rut tidak mau membantuku. Dan dia akan mengurusnya sesuai hukum juga. Beraninya dia melakukan itu?!"

"Berhati-hatilah dengan ucapanmu!"

"Ayah, bisakah Ayah jangan mengomeliku sekarang? Ayah dan P'Rut harus menolongku sekarang."

"Apa yang sudah kau lakukan?"


Tak lama kemudian, Aik ditelepon Da yang memberitahu bahwa ayahnya akan masuk politik. Karena itulah ayahnya butuh bantuan Aik.


Way dan Oil menemani Suam periksa ke rumah sakit. Sementara menunggu Oil mengambil obat, teleponnya Suam mendadak berbunyi dari Aik. Tapi Suam memutuskan tidak mengangkatnya. Bagus! Way bangga padanya. Gitu dong. Cantik, kuat dan tegas. Tidak sia-sia Way merelakan cowoknya untuk Suam.

Tapi saat Oil kembali tak lama kemudian, dia bukannya bawa obat malah bawa kopi. Mana obatnya? Oil dengan senyum geli mengaku bahwa sudah ada yang menangani obatnya Suam. Hah? Siapa?

"Khun Aik? Jangan bilang Khun Aik. Khun Aik ada di sini?"


"Apa kau akan kecewa kalau itu bukan Khun Aik?" Tanya Rut yang mendadak muncul dengan membawakan obatnya.

"Khun, kenapa kau ada di sini? Kau tidak kerja?"

"Aku cuti. Dan aku bilang pada atasanku bahwa aku mau menjemput istriku pulang."

OMG! Way cemburu sampai mau pingsan rasanya. Lihatlah mereka. Rut romantis banget senyam-senyum sama Suam sampai Suam jadi malu dan jadilah mereka ribut lucu gara-gara itu.


Tapi setibanya kembali di rumah, mereka malah mendapati Aik sudah menunggu mereka dan langsung mencemaskan Suam yang jelas saja membuat Rut kesal. Sapa kakak iparnya dulu!

Aik menyapanya dengan setengah hati tapi kemudian dia langsung minta bicara berdua saja dengan Suam. Rut mengizinkan, tapi dengan sengaja dia sok romantis mengecup kening Suam di hadapan Aik dan mengingatkan Suam untuk tidak bicara lama-lama... "Aku posesif."


Setelah Rut dan Oil meninggalkan mereka, Aik langsung berusaha menunjukkan perhatiannya dengan mengajak Suam duduk dulu. Tapi Suam dengan cepat melepaskan tangannya dan menolak duduk. Katakan saja apa yang ingin Aik katakan secepatnya, dia tidak enak pada Rut.

Aik meminta maaf atas nama Da, tapi Suam meyakinkannya untuk tidak usah minta maaf. Dia bisa mengerti Da kok. Seandainya dia sendiri melihat suaminya bersama wanita lain, dia juga pasti akan marah.

Kali ini dia beruntung masih hidup. Tapi jika Aik datang menemuinya seperti ini lagi, mungkin lain kali dia tidak akan selamat.

"Tidak akan ada lain kali, Suam. Aku akan bercerai. Aku tidak tahan lagi, Da sudah keterlaluan. Aku hanya ingin tahu kalau aku sudah bebas."


Rut mendadak muncul dan menyatakan waktu bicaranya dengan istrinya sudah habis. Tidak masalah, tujuan utama Aik datang kemari memang untuk bicara dengan Rut dan dia juga sudah selesai bicara dengan Suam.

Dia memberitahu Rut bahwa dia akan bertanggung jawab terhadap masalah ini dengan menjadi pengacaranya Da. Tapi setelah itu, dia akan menceraikan Da. Dia tahu pernikahan Rut dan Suam aneh.

Jika Rut tidak tulus padanya, maka sebaiknya dia lepaskan Suam. Setelah dia menceraikan Da, dia akan datang untuk meminta orangnya kembali.

Rut sontak kesal mendengarnya. "Jangan ganggu orangku!"

"Yang bisa kau lakukan sekarang adalah menjaganya setenang mungkin atau Da akan kehilangan reputasinya. Dan aku akan menangani kasusnya Da lalu menceraikannya sebelum Ayahnya Da masuk ke politik."

Rut pasti belum tahu yah kalau pamannya akan menjadi menteri dalam pemilu berikutnya. Dia diminta untuk menjadi pengacaranya, tapi sepertinya sekarang dia sudah tidak nyaman lagi.

"Kau urus saja orang-orangmu. Sementara orangku, akan kuminta kembali nanti." Sinis Aik lalu pergi.


Aik keluar bersamaan dengan Ibu yang baru datang bersama Nat. Aik langsung menyapanya ramah, tapi Ibu tidak suka sama dia dan langsung ceplas-ceplos mengomelinya.

"Istrimu menembak putriku, pantaskah kau melakukan hal ini?"

Dulu Ibu berterima kasih karena Aik banyak membantu putrinya. Tapi sekarang, Ibu merasa putrinya sudah terlalu banyak menundukkan kepala pada mereka. Awas saja kalau sampai istrinya Aik datang lagi dan melecehkan putrinya.


Suam dan Rut keluar saat itu. Ibu sontak berubah sikap seolah dia cuma sedang ngobrol dengan Aik. Rut mengusir Aik dengan sopan.

"Aku tidak akan mengundangmu karena ini adalah waktu keluargaku. Silahkan masuk, Bu."

"Aduh, menantuku. Ini aku bawakan Miang Pla Too untukmu (semacam lalapan ikan)."

Mereka semua langsung masuk rumah sambil ribut dan meninggalkan Aik sendirian.

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments