Thee dengan sengaja menyudutkannya yang jelas saja membuat Rose jadi semakin ketakutan. Thee mau apa?
Thee sinis melihat ketakutannya, apa Rose takut dia akan membunuh Rose lalu menyembunyikan jasadnya? Jika dia benar-benar membuntuti Rose, dia pasti akan melakukan sesuatu yang lebih daripada ini.
Untung saja Rose cepat terselamatkan berkat kedatangan para pedagang. Thee akhirnya pergi. Rose pun pergi tak lama kemudian tanpa menyadari si orang misterius sebenarnya msih mengawasinya dari persembunyiannya.
Tepat saat Rose hampir sampai di tokonya, si orang misterius lewat dengan sepeda motornya dan melempar batu ke tokonya Rose. Gara-gara itu, Rose pun langsung memanggil polisi.
Dari rekaman CCTV, polisi menyimpulkan kalau orang ini bermaksud untuk mengintimidasi Rose. Kasus semacam ini baru kali ini terjadi di daerah ini. Apa Rose berkonflik dengan seseorang?
Tepat saat itu juga, pegawainya Rose mendapat notifikasi kiriman foto-foto rumah Rose, saat Rose pergi ke yayasan yatim piatu dan saat dia berada di pasar bunga. Ini sudah pasti dari si penguntit.
Polisi jadi semakin yakin kalau ini pasti ulah musuhnya Rose. Coba Rose ingat siapa kira-kira orang yang mungkin punya konflik dengannya?
Thee sedang dalam perjalanan pulang saat Ti meneleponnya dan mengabarkan masalah serius. Ternyata kasus pelemparan batu tokonya Rose sudah viral di internet dan Thee yang paling dicurigai sebagai tersangkanya. Jelas saja Thee jadi kesal dan tidak terima.
Tapi berita itu bukan ulahnya Rose. Dia sendiri saja kaget saat Paul menunjukkan berita itu padanya. Parahnya lagi, Thee mendadak muncul dan langsung melabraknya.
"Kalau aku pelakunya, aku tidak akan menarget tokomu, aku akan melempar batu langsung ke kepalamu!"
"Jaga bicara! Semakin kau mengoceh, semakin kami mencurigaimu!" Bentak Paul.
Thee malah jadi semakin sinis. Apa mawar-mawar di tokonya Rose ini tidak ada yang memberitahunya tentang siapa pelakunya? Aneh sekali. Dia bisa tahu urusan orang lain dengan baik, tapi Rose tidak tahu apa-apa tentang dirinya sendiri? Ramalannya itu cuma imajinasinya kan? Ngaku aja deh.
"Aku tidak berimajinasi! Aku melihat."
"Katakan apa yang kau lihat!"
Tapi Rose sontak terdiam saat teringat penglihatannya akan dirinya dan Thee berciuman. Rose jelas tidak mau mengatakannya dan berusaha menghindari pertanyaan itu dengan menyinggung Thee. Katanya Thee tidak mempercayainya, terus ngapain juga dia tanya? Atau mungkin Thee sebenarnya percaya, makanya Thee datang dan mengancamnya? Apa Thee takut dia mengetahui sesuatu?
Thee menyangkal. "Apa yang perlu kutakutkan?"
"Kebenaran. Karena ramalanku benar. Sebenarnya kau mempercayaiku. Tapi kau tidak berani menerima kenyataan itu."
"Jangan terlalu percaya diri. Kau itu cuma peramal palsu. Ini peringatan terakhirku. Jangan pernah lagi menggunakan reputasiku untuk membuat uang. Jika tidak, maka aku tidak hanya akan mengancammu, aku akan menutup mulutmu dengan tanganku sendiri."
Malam harinya, Thee menelepon Chang - teman polisinya dan mengeluhkan tentang Rose yang selalu memfitnahnya. Tapi Chang memberitahu bahwa Rose tidak pernah membuat laporan resmi ke polisi setempat.
Mungkin Rose menyinggung seseorang, makanya terjadi sesuatu padanya. Bahkan ada akun FB palsu yang yang mengiriminya pesan ancaman. Itu benar-benar bukan ulahnya Thee?
"Hei! Kau itu temanku atau temannya dia, Chang?! Aku tidak melakukannya! Dan aku tidak pernah balas dendam."
"Kau sering mengomelinya."
"Dia pantas mendapatkannya. Dia bilang kalau dia tidak akan menggangguku lagi, tapi dia terus saja melakukannya. Kalau dia tidak menutup mulutnya, berita tentang Rawee akan terus digali dan Ran akan..." (Hah? Siapa Ran?)
Tapi mendadak dia berhenti bicara begitu menyebut nama Ran, apalagi dia melihat Ibu ada di belakang dan mendengarkan segalanya. Tepat saat itu juga, bawahannya Chang datang untuk melapor, Thee jadi punya alasan untuk segera mengakhiri teleponnya.
Ada kasus baru untuk Chang. Hmm... entah kasus apa itu, tapi sepertinya berhubungan dengan Guru Somphong.
Karena Ibu penasaran, Thee akhirnya mengaku kalau tadi dia pergi menemui Rose dan menyuruhnya tutup mulut. Rose harus berhenti mengganggunya. Jika tidak, Rawee akan ikut terseret.
Dan jika itu sampai terjadi, maka Ran mungkin tidak akan pernah kembali dan Rawee tidak akan pernah bisa bertemu dengan ibunya.
"Alasan Ran tidak kembali bukan cuma karena Rosita. Kau tahu itu dengan baik." Ujar Ibu.
"Benar. Apapun yang dia lihat atau tidak dia lihat, tidak seharusnya dia mengucapkannya. Selain kita, tidak ada seorangpun yang mengetahui rahasia itu."
Melihat kelopak bunga mawar di atas toping cupcake-nya, Thee sepertinya memang benar-benar percaya dengan ramalannya Rose dan jadi cemas. Apalagi saat dia teringat sikap Rose setelah dia meramal di panggung waktu itu.
"Aku harus tahu apa yang kau lihat."
Kheng - pegawainya Rose sebenarnya ragu akan kecurigaannya terhadap Thee. Tapi Rose tak bisa memikirkan orang lain yang lebih mencurigakan selain Thee. Cuma Thee satu-satunya orang yang punya konflik dengannya. Thee bahkan terang-terangan mengancamnya.
"Dia cuma sarkastis. Bukan berarti aku memihaknya karena aku penggemarnya. Tapi orang yang ceplas-ceplos seperti dia, tidak akan mungkin menusuk orang dari belakang. Kalaupun dia melakukannya, kenapa dia tidak melakukannya 5/6 tahun yang lalu?" Ujar Kheng.
Tapi kemudian mereka melihat wawancara Thee tentang drama barunya dan dia mengenakan jaket yang sama persis dengan jaket si pelempar batu. Rose jadi semakin yakin Thee adalah pelakunya.
Keesokan harinya, Thee berbohong pada Ti bahwa dia lagi leyeh-leyeh aja di rumah. Padahal dia sedang berada di depan tokonya Rose, melihat para pekerja yang sedang memperbaiki kaca toko.
Tapi dia sengaja tidak masuk dan mengintip Rose dari luar. Dia melihat Rose baru dengan membawa buket-buket bunga besar hingga dia tidak lihat jalan dan hampir saja terjatuh.
Tapi untunglah ada seorang pria yang sigap menangkapnya. Pria asing itu lalu berbaik hati membantu membawakan bunga-bunganya itu. Awalnya Thee tidak bisa melihat wajahnya.
Tapi setelah Kheng mengambil alih bunga-bunga itu, Thee langsung mengenali pria itu. "Auay?"
Entah kenapa dia tampak cemas melihat pria bernama Auay itu. Rose dengan sopan berterima kasih padanya dan menanyakan bunga seperti apa yang dia inginkan.
Tapi alih-alih membahas bunga-bunga, Auay sepertinya lebih tertarik dengan Rose yang katanya seorang peramal. Dia mengaku bahwa dia membaca berita tentang Rose saat dia meramal di acara pembukaan mall. Jadi, Rose bisa melihat masa depan dengan menyentuh bunga mawar?
"Melihat atau tidak melihat, tidak ada seorangpun yang percaya 100% pada kata-kata seorang peramal. Semua orang memilih untuk mempercayai apa saja yang membuat mereka merasa nyaman. Kita sendirilah yang memilih masa depan kita, itu lebih baik daripada membiarkan orang lain memilihnya untuk kita. benar, kan?"
"Kau sepertinya orang yang berterus terang. Kau kelihatannya berbeda daripada tuduhan orang-orang bahwa kau adalah peramal palsu."
Rose canggung mendengarnya. Dia lalu beranjak bangkit untuk mencari sesuatu tanpa menyadari Auay tiba-tiba mengambil sebuah pisau kecil lalu perlahan mendekatinya dengan wajah menakutkan. Thee yang melihat itu dari luar, sontak panik dan cemas dan bergegas masuk.
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam