Rin hendak pergi bersamaan dengan Lyla yang baru datang dan sontak sinis melihatnya ada di sini. Apa Rin datang kemari karena dia mencemaskan rahasianya?
Rin tak gentar dan langsung balas menyindir keberadaan Lyla di sini. Lyla juga pasti sama dengannya. Silahkan masuk saja sekarang, takutnya Lyla bakalan stres sampai mati nanti.
Sama seperti yang dia katakan pada Rin, Rose meyakinkan Lyla untuk tidak khawatir sama sekali. Dan lagi, dia tidak akan mau lagi meramal. Lyla menyayangkannya, padahal dia punya bakat spesial.
"Kurasa tidak. Bakat spesial yang bisa membuat hidupku jadi semakin kacau. Jika aku bisa memilih, aku lebih memilih hidup seperti orang biasa."
Dan lagi, Rose tidak ingin siapapun bergantung pada ramalannya. Karena ramalan pada dasarnya hanya peringatan agar kita lebih berhati-hati. Ramalan tidak bisa menentukan nasib hidup siapapun. Kita sendirilah yang menentukan masa depan kita.
"Kalau begitu terima kasih, aku merasa lebih tenang sekarang. Oh yah, sebentar lagi aku ada pemotretan majalah, aku ingin kau mengatur bunga-bunga sebagai hiasan."
Rose setuju. Lyla pun pergi. Pegawainya Rose akhirnya mengerti kenapa Rose ingin berhenti meramal, karena orang-orang itu terus-terusan datang menganggu Rose. Semoga tidak akan ada lagi yang datang.
Thee meletakkan vas bunga di meja untuk Ibu sambil menyuruh Ibu untuk mematikan teleponnya saja. Biar dia sendiri saja yang menangani berita terkait Rawee dan wanita itu.
Tapi Ibu khawatir. Ramalan wanita itu tentang Rawee benar. Mengontrol pikiran orang lain itu sulit. Jauh lebih mudah menenangkan diri sendiri daripada marah pada orang lain.
"Tapi dia tidak punya hak untuk menyakiti hidup orang lain. Keluarganya Rawee hancur dan dia kehilangan ibunya. Dia jadi digosipkan orang-orang gara-gara si peramal itu."
"Aku tahu kau tidak menyukainya. Tapi Rawee punya aku dan dia punya seorang kakak yang sangat mencintai. Ramalan tidak bisa menentukan masa depan siapapun. Segalanya tergantung pada pilihan kita sendiri. Mungkin dia tidak bermaksud begitu, mungkin dia hanya melakukan pekerjaannya. Ibu rasa, jika kau tidak menyukainya, maka sebaiknya kau menjauh darinya."
Thee sinis mendengarnya. Rose Melakukan pekerjaannya atau melakukannya demi uang? Lihat saja, jika Rose tidak berhenti mengganggu keluarga mereka, Thee tidak akan tinggal diam. Tiba-tiba dia tertusuk duri dan refleks menyenggol vas sampai pecah.
Semua orang jadi kaget dan mencemaskannya. Hmm, apakah itu pertanda buruk? Thee langsung nyengir cute sambil meyakinkan Ibu kalau dia cuma kena duri. Tapi vasnya... hehe...
Rose video call dengan ibunya tapi keduanya sontak kompak menjerit heboh melihat wajah satu sama lain pakai masker. Rose ingin bicara dengan Isabelle, tapi dia sedang tidak ada di Perancis dan Ibu sama sekali tidak punya kontaknya.
Rose jadi panik dan terus mendesak Ibu untuk berusaha menghubungi Isabelle. Ibu heran, apa Rose mencemaskan Thee? Ibu tahu dari Paul. Ibu cemas, takutnya akan seperti dulu waktu Thee berniat mau menuntut Rose. Untung saja yang waktu itu cepat selesai. Tapi mungkin saja kali ini Thee mengirim orang untuk menyakiti Rose.
"Dia cuma mengancam, Bu. Dia tidak benar-benar berani menuntutku karena takut kebenarannya akan terungkap. Tapi baiklah, aku akan lebih berhati-hati. Aku tidak ingin dekat-dekat dengannya sekarang. Lebih baik menjauh sejauh mungkin."
"Kau bicara seorang kau akan bertemu dengannya lagi."
"Lebih dari sekedar bertemu."
"Lebih dari sekedar bertemu? Maksudnya apa, nak? Apa kau menyembunyikan sesuatu dari ibu?"
Rose mendadak membeku teringat ramalannya akan Thee dan dirinya sendiri yang berciuman mesra. Rose buru-buru mengenyahkan pikiran itu dan menyangkal dugaan Ibu.
Dia cepat-cepat beralasan kalau dia ngantuk, meminta Ibu untuk secepatnya menghubungi Isabelle untuknya lalu menutup teleponnya secepat mungkin sebelum Ibu sempat mengucap apapun lagi.
Rose tidak percaya dengan ramalannya sendiri. Tidak mungkin dia adalah belahan jiwanya Thee. Tidak mungkin! Tanpa Rose ketahui, di luar rumahnya tampak ada seseorang misterus berpakaian serba hitam yang sedang mengintai rumahnya.
Keesokan harinya, Rose memberikan sumbangan ke yayasan yatim piatu. Tapi saat dia hendak pergi, tak sengaja dia menyenggol vas bunga mawar. Untungnya dia menangkap vas itu tepat waktu dan membuatnya tak sengaja menyentuh mawar-mawarnya yang kontan membuatnya mendapat penglihatan lagi.
Dia melihat kilasan seseorang yang mengejar orang lain di sebuah hutan. Penglihatan singkat itu kontan membuat Rose gemetar hebat. Pegawai yayasan jadi cemas melihatnya.
Cepat-cepat menguasai diri, Rose mengklaim kalau dia baik-baik saja dan beralih topik menanyakan tentang Guru Somphong. Petugas yayasan memberitahu bahwa Guru Sompong sedang tidak ada di sini sekarang, dia cuti dan pulang kampung kemarin.
Entah kenapa Rose tampak mencemaskan Guru Somphong. Hmm, diakah yang Rose lihat dalam ramalannya? Apa mungkin dia orang yang menemui Suaminya Pat kemarin?
Pegawainya menelepon saat itu untuk memberitahu Rose tentang vas-vasnya, Rose pun segera ke pasar bunga tanpa menyadari seorang pengendara motor yang berpakaian serba hitam yang diam-diam membuntutinya.
Tak lama kemudian, Thee juga baru tiba di parkiran pasar bunga dengan pakaian serba hitam untuk membelikan vas baru untuk ibunya.
Rose lama-lama merasa aneh dan langsung menoleh ke belakang, tapi orang misterius itu berhasil menyembunyikan diri dengan cepat. Tapi saat Rose sedang memilih vas, lagi-lagi dia melihat penampakan orang misterius itu. Dia hendak mengejar, tapi tepat saat itu juga, pemilik toko memanggilnya untuk memperlihatkan vas baru.
Tanpa dia sadari, Thee juga sedang melihat-lihat vas di toko sebelah. Dua orang remaja mengenalinya dan langsung minta foto bareng. Thee menuruti mereka dengan senang hati.
Mereka pun selfie di luar, tepat saat Rose baru selesai belanja sehingga Thee melihatnya di latar belakang. Rose tidak melihatnya dan langsung saja pergi, dia bahkan tidak menyadari si orang misterius yang diam-diam membuntutinya. Hmm, entah apakah Thee menyadari si orang misterius itu.
Setelah beberapa lama berjalan, Rose lagi-lagi merasakan kehadiran orang itu. Tapi orang itu sigap menyembunyikan dirinya. Rose jadi bingung dan cemas.
Maka Rose pun berjalan lebih cepat dan berbelok secepat mungkin... lalu muncul kembali di tikungan secara mendadak sehingga orang itu tidak sempat menyembunyikan dirinya.
Rose jadi ketakutan menyadari benar-benar ada orang yang membuntutinya tapi dia bingung tak tahu harus bagaimana. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Rose sudah panik saja. Tapi ternyata dia cuma bibi pemilik toko tadi, dia menyusul Rose karena ada barangnya Rose yang ketinggalan. Tapi orang misterius itu terus membuntutinya.
Rose jadi semakin ketakutan dan bergegas melarikan diri. Tapi saking paniknya, Rose malah jadi tersesat dan berakhir di jalan buntu. Parahnya lagi, orang berpakaian serba hitam itu semakin mendekatinya.
Berusaha menenangkan dirinya, Rose akhirnya nekat menggunakan barangnya untuk menghantam ke belakang dan hampir saja menimpuk Thee.
Untungnya Thee sigap menghindar. Fiuh! Rose jadi lega karena ternyata cuma. Tapi kenapa Thee membuntutinya?
"Aku membuntutimu? Yang benar saja. Aku datang untuk beli barang."
Rose tak percaya. Barusan dia melihat seorang pria mengenakan jaket dan topi hitam membuntutinya. Thee mau ngapain? Thee sendiri yang menyuruhnya untuk berhenti mengganggu Thee, lalu kenapa Thee malah mengganggunya?
"Aku hanya ingin bertanya padamu apakah... wanita bermulut besar sepertimu takut jika seseorang membalas dendam padamu? Kau tidak takut saat kau mengucapkannya, tapi sekarang kau tiba-tiba takut? Bukankah itu terlalu terlambat?"
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam