Sinopsis My Secret Bride Episode 11 - 2

Chana tidak mengerti. Direk mau masuk politik, apakah ada hubungannya dengan Sia Ha? Songkram juga bingung, mereka ingin menangkap Sia Ha, tapi kenapa segala hal yang mereka lakukan malah menunjuk ke Direk?


"Apa mungkin Ibu Tiri jahatnya Snow White bukan Sia Ha, melainkan... (Direk)?"


Setelah Teerak mengantarkan minuman untuk mereka bertiga, Padet menyimpulkan bahwa Rut yakin kalau Bee tidak bunuh diri. Kalau begitu, kasusnya Tum mungkin juga sama. Rut yakin begitu. Dia yakin Tum mati dicekik dan bukan gantung diri.

Kedua jenis kematian itu memang hampir sama. Tapi jika cuma gantung diri, tidak mungkin lehernya Tum akan patah separah itu dan pendarahan di bagian tenggorokan pun tidak mungkin sebanyak itu. Rut yakin dia melakukan perlawanan sebelum mati.

Kemungkinan pelakunya sudah menunggu di toilet saat Tum masuk ke sana. Tapi bagaimana pelakunya bisa tahu kalau Tum akan pergi ke toilet? Bagaimana pula dia bisa tahu kapan Tum akan pergi ke toilet? Suam menduga pasti ada komplotan pelaku di dalam kantor polisi.

"Karena itu kau tidak ingin membicarakan masalah ini di kantor polisi?" Tanya Padet.

Kalau begitu, mereka harus terus mengawasi. Semoga saja bukan salah satu polisi. Rut harap juga begitu.


Rut lalu menunjukkan 3 jenis obat yang diminum Cuchai. Dia mengaku mendapatkan obat-obatan ini dari mata-matanya, tapi tentu saja dia menolak memberitahu siapa mata-matanya.

Intinya Cuchai sakit parah, dari ketiga jenis obat ini, kemungkinan dia menderita kanker otak. Tapi dia merahasiakannya dari semua orang, dan dia punya orang luar yang membelikan obat-obatan ini untuknya. Mereka sedang menyelidiki siapa orang itu.

Rut bisa mengerti. Kalau Sia Ha sampai tahu bawahannya sakit parah, maka semua pencapaian Cuchai akan berakhir sia-sia.


Suam tiba-tiba ingat tentang apa yang dia gosipkan dengan Way waktu itu dan sontak ngakak. Dengan cerewetnya dia menceritakan pada mereka tentang apa yang dikatakan Way waktu itu.

Way tak sengaja bertemu Letnan Kom di rumah sakit dan melihat Letnan Kom beli obat. Terus waktu dia tanya sama Lamyai tentang apakah suaminya sekarat, eh dia malah dimarahi habis-habisan sama Lamyai. Duh, Suam malu banget deh kalau ingat waktu itu.

Tapi informasinya itu kontan membuat Rut dan Padet saling berpandangan curiga. Obat apa yang dibeli Letnan Kom?

"Aku tidak yakin. E-Way bilang kalau obat itu mirip dengan obat yang dipakai ibunya yang menderita kanker... Astaga! Apa Letnan Kom orangnya?"

Rut dan Padet langsung memikirkan hal yang sama. "Siapa yang membawa Tum ke toilet?"

"Letnan Kom," jawab Padet.


Saat hendak mengantarkan Tum untuk diinterogasi waktu itu, Letnan Kom memang tiba-tiba menawari Tum ke toilet. Tum sebenarnya menolak, tapi Letnan Kom memaksa dengan alasan interogasinya bakalan lama. Tum tidak curiga apa-apa dan akhirnya menurutinya.

Sekarang Rut baru ingat, pada hari kematian Bee, dia bertemu dengan Letnan Kom di mini market sekitar daerah itu. Waktu itu Letnan Kom beralasan kalau dia baru saja mengantarkan sambal buatan istrinya ke saudara.


Letnan Kom baru saja membeli obat-obatan itu secara diam-diam dari seorang dokter. Dia lalu pergi tanpa menyadari dia berpapasan dengan Damkerng.

Saat dia tiba di kantor polisi, dia dengan lancarnya berakting seolah dia datang kesiangan hanya karena harus antri lama gara-gara harus mengambil obat buat bayinya.

Diam-diam dia memasukkan obat itu ke dalam laci tapi dia tidak sadar ada Padet di belakangnya yang sempat melihatnya melakukan itu. Padet langsung menginformasikan hal ke Rut melalui chat.


Maka kemudian Rut dengan sengaja membuat semua orang keluar dengan alasan mau mentraktir mereka semua makan. Mereka boleh sendiri mau makan apa saja yang mereka mau.

Dia menyuruh mereka keluar duluan sementara dia beralasan harus menandatangani dokumen dulu. Padahal begitu semua orang keluar, Rut langsung mengecek laci mejanya Letnan Kom dan benar-benar menemukan obat itu di sana. Rut shock.


Para letnan dan sersan lagi ribut memperdebatkan mau makan apa saat Rut keluar tak lama kemudian sambil menatap Letnan Kom dengan tajam, tapi dengan cepat dia menormalkan ekspresinya dan menuruti apapun yang ingin mereka makan.


Tim Snow White dengan cepat menemukan hubungan Sia Ha dengan Letnan Kom yang ternyata saudara jauh. Dulu Sia Ha pernah menolong Ibunya Letnan Kom saat beliau sedang sakit.

Songkram sudah memeriksa rekeningnya Letnan Kom dan mendapati setiap bulan ada aliran dana masuk selain gaji bulanannya. Jelas itu artinya, Letnan Kom sudah lama bekerja pada Sia Ha.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Suk.

"Tunggu dan awasi Deputi Danurut. Lihat apa keputusannya."


Keesokan harinya, Letnan Kom baru saja mencuci popok-popok bayinya saat Rut mendadak datang. Dia mengaku kalau dia baru saja memberikan uang bulanan untuk ibunya Suam, jadi sekalian mampir. Tapi jelas dia datang bukan cuma sekedar mampir.

Tak lama kemudian, Letnan Kom mengakui segalanya dengan gugup. Dia sebenarnya juga tidak mau seperti ini. Tapi apa yang harus dia lakukan?


Padet ada di rumah saat Rut pulang. Dia memberitahu mereka bahwa Letnan Kom sudah mengakui segalanya. Tapi dia melakukan semua ini karena terpaksa. Dia punya hutang budi pada Sia Ha karena dulu Sia Ha pernah menyelamatkan nyawa ibunya.

Tugasnya sebenarnya hanya mengawasi dan melapor pada Sia Ha jika ada sesuatu yang berhubungan dengan Sia Ha atau bawahannya. Letnan Kom tidak bisa berbuat banyak karena keterbatasan pangkatnya.

Terkait kasusnya Tum, Letnan Kom memang menerima perintah untuk membawa Tum ke toilet. Tapi waktu itu dia hanya mengira kalau mereka mengirim orang ke sana untuk memberi instruksi pada Tum tentang apa-apa saja yang harus dia katakan dalam interogasinya atau mungkin membantu Tum melarikan diri. Dia benar-benar tidak menyangka kalau mereka ternyata membunuh Tum.

Saat Rut tanya apakah dia tidak bisa meninggalkan Sia Ha, Letnan Kom mengaku tidak bisa. Jika dia melakukan itu, dia takut Sia Ha akan melakukan sesuatu pada istrinya dan bayi mereka.

"Aku polisi. Aku tidak pernah bangga melakukan sesuatu untuk mereka. Seandainya aku tidak punya anak dan istri, aku lebih memilih mati agar aku bisa lari dari rasa malu ini, Pak Deputi." Itulah yang dikatakan Letnan Kom tadi.


Suam langsung kesal dan sedih mendengarnya. "Kenapa harus Letnan Kom?! Kenapa kita harus menerima ini hanya karena kata 'hutang budi'? Kenapa? Aku tidak mengerti."

"Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" Tanya Padet.


Keesokan harinya sambil pura-pura membantu Thuan memulung sampah di depan pabriknya Sia Ha, Suam melaporkan percakapan mereka kemarin. Bahwa Rut ingin Letnan Kom menjadi saksi dan memberikan keterangannya.

Tapi untuk sekarang, Rut ingin merahasiakannya dulu, takutnya Sia Ha akan melakukan sesuatu kalau dia sampai tahu. Suk benar-benar pusing dengan kasus ini. Ada begitu banyak orang, dia tidak tahu harus fokus ke mana.


Tepat saat itu juga, mereka melihat mobil seorang politisi masuk ke pabriknya Sia Ha. Dia orang yang sama yang mendatangi Direk dan menawarkan jabatan menteri untuk Direk. Suam jadi tambah pusing. Katanya Sia Ha tidak cocok dengan Pamannya Rut?

"Aku sudah pernah bilang padamu, jangan percaya dengan apa yang kau lihat." Ujar Thuan lalu pergi.


Para sersan baru datang dan mendapati Letnan Kom sudah ada di kantor dan tampak sedih. Tapi tak ada seorangpun yang menganggapnya serius, malah menggodainya habis-habisan, mengira dia datang sepagi ini dan tampak sedih gara-gara tidak izinkan istrinya masuk kamar.

Letnan Kom jadi makin resah saat para sersan menggosipkan berita tentang polisi yang kedapatan mencuri. Polisi pencuri itu pasti malu banget. Kalau mau melakukan kejahatan, ngapain juga jadi polisi? Apa polisi itu tidak berpikir bagaimana dia akan melanjutkan hidupnya nanti?

Bersambung ke part 3

Post a Comment

0 Comments