Sinopsis Prophecy of Love Episode 1 - 4

Tapi Thee ngotot menolak mengakhiri masalah ini sampai di sini dan terus saja melabrak Rose. Menuduh Rose terus menganggunya karena Rose ingin terkenal.


Dia bahkan hampir mau menyerang Rose, tapi untunglah Ti bergerak cepat menghentikannya dan mengingatkannya untuk melakukan pekerjaannya saja. Para reporter masih menunggu di luar untuk mewawancarainya. Jika dia tidak mau wawancara, agensi tidak akan membayarnya.

Tapi Thee bahkan tidak peduli dengan masalah uang, pokoknya dia bertekad untuk mengungkap si peramal penipu ini. Rose tegas menyangkal, apa yang dia katakan adalah kebenaran.

"Kebenaran dari mawar? Kau tidak pernah belajar apapun dari masa lalu rupanya. Apakah memberi ramalan palsu pada orang-orang itu cara yang lebih gampang dalam menghasilkan uang?"

"Aku sudah bilang, aku tidak pernah ingin menjadi seperti ini. Apa kau tidak bisa mendengarku?"

"6 tahun yang lalu kau bicara seperti ini. Seminggu yang lalu juga kau bicara begitu. Dan hari ini kau mengarang cerita untuk mengutukku mati. Katakan saja, ada orang yang membayarmu untuk bicara lagi kan besok? Aku tidak akan pernah mempercayaimu. Lain kali kau melewati batas lagi dan menggunakan ramalan mawarmu untuk menghasilkan uang lagi. Akan kubuat kau merasakan neraka yang sebenarnya!" Ancam Thee lalu pergi.


Ti tak senang dengan semua ini dan berusaha meminta Thee untuk berhenti cari masalah dengan Rose. Kalau dia terus cari perkarang, orang-orang akan berpikir kalau Thee terobsesi.

"Aku tidak ingin cari masalah dengannya. Aku hanya tidak ingin melihat wajahnya!"

"Kau tidak mau melihatnya? Lalu kenapa kau memarahinya sepeerti tadi?!"

Tidak bisakah Thee mengurusi dan menjalani hidupnya sendiri saja? Takutnya besok akan muncul berita. Tapi tepat saat itu juga, Kratai - si pelayan yang gagal memperingatkan Thee tentang Rose, muncul dan memberitahu mereka bahwa sudah ada berita yang viral di internet.

Dan berita itu mengatakan bahwa Thee diramal akan mati. Tapi yang paling menghebohkan adalah para netizen yang penasaran siapa kekasihnya Thee. Apakah seorang aktris? Atau ibu kandung dari anak itu? (Hah? Thee punya anak? Jangan-jangan Rawee anaknya?)


Duh! Ti tambah stres. Bagaimana bisa beritanya muncul secepat ini? Thee meyakinkan mereka kalau si peramal itu cuma berspekulasi. Tapi Ti tak percaya. Rose tidak berspekulasi, semua ramalannya benar. Ramalannya 5 tahun yang lalu juga benar. (Hah? Beneran?)

"P'Ti!" Tegur Thee.

Baiklah, Ti ralat. Setengah benar. Dia hanya khawatir, bagaimana kalau nasib sial Thee benar-benar akan terjadi? Ramalannya 5 tahun yang lalu saja sudah bikin kacau. Bagaimana kalau yang sekarang juga benar?

"Tidak ada yang benar tentang ramalannya. Semuanya bohong! Sama seperti 5/6 tahun yang lalu."

"Tapi setelah satu tahun setelah dia meramal itu, kau benar-benar mengadopsi Rawee. Dia itu peramal, bukan bidan. Bagaimana bisa dia mengetahuinya dengan tepat seolah dia ada di ruang bersalin?"

Flashback.


5 tahun yang lalu, awak media langsung heboh mewawancarai Thee yang tiba-tiba mengadopsi seorang anak dan langsung menghubung-hubungkannya dengan ramalannya Rose.

Thee dengan tenang menjelaskan bahwa Rawee diadopsi sebagai adiknya. Dia mengklaim bahwa dia dan ibunya menyukai anak yang baru berusia 6 bulan itu, makanya mereka memutuskan untuk mengadopsinya.

Sama sekali tidak ada hubungan dengan ramalannya Rose. berhubungan dengan wanita hamil kan bisa dalam bentuk apa saja. Dia sering kok memberikan kursinya pada wanita hamil di kereta. Mungkin itu maksudnya ramalannya Rose.


Tapi dalam wawancaranya sendiri, Rose memberitahu para reporter bahwa anak itu bukan cuma sekedar anak adopsi, dia punya hubungan darah dengan Thee.

Flashback end.


Kratai shock. Kalau Rose benar-benar meramal dengan tepat, lalu tadi waktu Rose shock saat menyentuh mawar-mawar di panggung, itu pasti karena dia melihat sesuatu yang menakutkan. Jangan-jangan dia melihat rahasianya Thee?

Thee sontak kesal mendengarnya. Baru menyadari cerocosannya, Kratai buru-buru meralat. Mungkin Rose salah kali ini, mungkin yang kali ini ramalannya tidak akurat. Ramalannya yang dulu mungkin cuma kebetulan.

"Aku tidak peduli akurat atau tidak, tidak ada seorangpun yang akan menggantungkan hidupnya pada si peramal penipu itu."


Pat mendatangi Rose saking cemasnya akan ramalan Rose terhadap suaminya. Apa Rose melihat sesuatu yang buruk tentang suaminya saat dia meramal 6 mawar secara bersamaan tadi?

Rose berusaha meyakinkan bahwa apa yang dilihatnya terlalu campur aduk sehingga membuatnya bingung. Tapi itu malah membuat Pat jadi semakin getol ingin mengetahui apa yang Rose tentang suaminya. Cobalah ingat-ingat. Pat benar-benar cemas.

Paul tak senang, tapi Rose tidak keberatan. Dia mencoba memikirkannya sekali lagi dan langsung ingat bahwa dia melihat Suaminya Pat menggali tanah dan menyerahkan donasi.

Pat menduga kalau menggali tanah itu mungkin saat dia di lokasi konstruksi, soalnya sekarang dia sedang mengerjakan proyek pembangunan apartemen.

Lalu masalah donasi, suaminya memang suka beramal ke yayasan amal untuk membantu anak yatim piatu dan remaja terlantar. Kalau cuma itu yang Rose lihat, Pat jadi merasa lebih tenang sekarang.

"Tapi seperti yang sudah pernah saya bilang, ramalan saya hanya bisa membantu agar anda menjaga hidup dengan lebih baik. Tapi pada akhirnya segalanya tergantung dari perbuatan kita sendiri. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik."

"Oke. Terima kasih, Rose."


Pat langsung pergi sambil menelepon suaminya - Phol. Dia benar-benar khawatir mengingat ramalannya Rose tentang dirinya yang waktu itu benar. Kalau bukan karena Rose menyelamatkannya waktu itu, entah bagaimana nasibnya sekarang.

Tapi Phol santai saja, sama sekali tidak percaya dengan ramalannya Rose. Jadi Pat juga sebaiknya jangan berpikir terlalu berlebihan. Tepat setelah Phol menutup teleponnya, seseorang bernama Guru Somphong datang menemui Phol.


Rawee sedang membantu Ibu menyiram mawar-mawarnya saat Thee pulang. Rawee sontak melompat ke dalam pelukannya dan dengan imutnya minta 3 kecupan sebagai hadiah karena dia sudah membantu Ibu.

"Kenapa kau pulang cepat? Kupikir kau akan kembali ke condominium-mu."

"Oh, aku selesai lebih cepat hari ini dan tidak punya jadwal lagi, makanya aku datang kemari dan berpikir untuk menjadi tukang kebum di Cafe Rujee selama 2-3 hari."

Rawee senang banget, tapi Ibu bisa menduga kalau Thee sedang menghindari para reporter. Ibu langsung menyuruh Rawee untuk masuk dan ganti baju agar dia dan Thee bisa bicara berdua. Ibu sungguh tidak mengerti, apa sebenarnya yang terjadi? Katanya Thee tidak akan mempedulikan wanita itu lagi?


Rose kembali ke tokonya dengan kecapekan, tapi malah mendapati Rin sudah menunggunya sedari tadi. Bukan untuk dibuatin buket bunga, melainkan karena dia tertarik dengan seni ramalannya Rose.

Rose canggung mendengarnya. Dia tidak ingin meramal lagi, pekerjaan kali ini akan menjadi yang terakhir. Rin kecewa mendengarnya. Kalau begitu dia beruntung karena dia adalah salah satu dari orang-orang terakhir yang Rose ramal.

Apa tadi Rose melihat sesuatu yang menakutkan tentangnya, makanya Rose tadi ketakutan? Rose akhirnya mengingat ramalannya tentang Rin dan memberitahukan apa yang dilihatnya, bahwa Rin berdandan sangat cantik lalu seseorang memberikan sebuah kalung berlian padanya.

Lalu seorang pria memeluk Rin di sebuah rooftop. Mereka sangat dekat. Rose dengan lugunya menduga kalau pria itu mungkin saudaranya atau teman dekatnya Rin. Tapi pegawainya Rin menduga kalau pria itu mungkin kekasihnya Rin.


Rin jadi gelisah mendengar ramalannya itu. Hmm... sepertinya dia punya rahasia. Tapi dia pura-pura bersikap seolah ramalannya Rose itu bukan sesuatu yang mengkhawatirkan.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

0 Comments