Direk mengajak Rut makan siang bersama di restoran langganan mereka, di mana Direk mulai membahas tentang Rut yang baru dia ketahui. Dia dengar kalau Rut bermain saham. Rut dengan rendah hati mengakui kalau dia memang main saham sedikit.
Tapi Direk tampak jelas kurang senang dengan itu. Dulu dia selalu tahu segala hal tentang Rut. Tapi sejak Rut sudah bisa mandiri, Direk tidak tahu apa-apa tentangnya.
Rut santai meyakinkan Direk bahwa tidak banyak hal yang dia lakukan. Dia sama sekali tidak punya waktu untuk melakukan hal lain selain jadi polisi. Dia cepat-cepat mengalihkan topik menanyakan apa yang ingin Direk katakan padanya.
"Tentang Da. Apa belakangan ini Da bicara denganmu?"
Tanpa memberitahukan detilnya, Rut mengakui bahwa Da datang ke rumahnya kemarin. Baguslah kalau begitu, Da memang lebih suka berkonsultasi dengan Rut daripada dengan ayahnya sendiri.
"Aku percayakan kau untuk menjaga adikmu."
"Masalah apa yang Paman khawatirkan tentang Da?"
Direk dengar belakangan ini Da sedang bermasalah dengan Aik sampai Da marah-marah di kantornya Aik dan membuat masalah besar. Sejak saat itu, Da jadi pendiam. Makanya Direk khawatir. Entah apa yang Da pikirkan saat dia menjadi pendiam begitu.
"Yang paling penting saat ini, tolong jaga adikmu."
"Baik."
Usai makan, Rut ingin ke toilet sebentar tapi malah melihat Sia Ha cs yang baru datang. Sia Ha langsung menyapa mereka dengan sok akrab, muka Direk langsung berubah masam tapi tetap membalas sapaan Sia Ha dengan sopan dan menyuruh Rut untuk ke toilet saja sekarang.
Bpenneung menyusul ke toilet tak lama kemudian. Mereka saling terdiam awalnya, sampai saat Bpenneung menanyakan kabar Rut.
"Menjadi polisi tidak selamanya tenang jika masih ada orang yang menyebabkan masalah."
"'Menyebabkan masalah' kedengarannya bagus juga."
"Khun Bpenneung, bagaimana kabarmu?"
"Orang yang tidak memiliki siapapun seperti aku, tidak mungkin baik-baik saja."
"Kenapa kau tidak mencuci tanganmu dengan benar?" Sindir Rut.
"Mencucinya dari apa. Orang seperti kami hanya mencari nafkah. Tidak 'menyebabkan masalah' bagi orang lain."
"Kata 'menyebabkan masalah' itu terlalu bagus."
Bpenneung mengklaim kalau dia 'bersih', jadi Rut tidak perlu buang-buang waktu untuk mencurigainya. Lebih baik Rut menggunakan waktunya untuk menemukan orang yang 'tidak jelas'. Dan juga, berhati-hatilah.
Saat Rut keluar, Direk tampak baru saja ngobrol sedang Sia Ha. Entah apa, tapi Sia Ha cs langsung pergi begitu melihat Rut datang.
Suam sedang membantu pekerjaan laundry ibunya. Mereka baik-baik saja dan bercanda tawa akrab sampai saat Kob mendadak muncul dan sontak menghancurkan suasana. Suam malas banget dan langsung bergegas pamit sama Ibu.
Tapi Kob sontak menyindirnya dengan sengit. Sekarang cuma karena Suam mendapatkan Suami yang sedikit lebih baik, dia lupa sama asalnya. Tiba-tiba dia menuntut Ibu untuk menyerahkan KTP-nya yang entah mau dia buat apa.
Terang saja Suam langsung curiga. Mereka hampir saja ribut lagi, tapi Ibu buru-buru menengahi mereka dan langsung menyetujui permintaan Kob. Dia langsung masuk untuk mengambil KTP-nya.
Tapi Ibu lupa di mana dia menaruh KTP-nya. Suam yang cemas, bergegas menyusul masuk dan menanyakan kenapa Ayah meminta KTP-nya Ibu? KTP-nya Ayah sendiri di mana? Tapi Ibu menolak menjawab.
"Bu, sebelumnya dia menggadaikan rumah dan itu menyebabkan banyak masalah. Jika dia menyebabkan masalah lagi, aku tidak akan bisa menikah dengan siapapun lagi."
Ibu meyakinkannya untuk tidak perlu khawatir, Suam jaga saja keponakan. Takutnya Ayah akan menyuruh Nat mengemis lagi. Benar juga! Suam bergegas keluar, tapi malah mendapati hanya Nat di ruang tamu. Di mana Oil dan Kob?
Nat dengan polosnya berkata kalau ibunya ke kamar mandi, tapi dia tidak tahu di mana kakek. Suam sontak curiga dan cemas. Dia langsung bergegas ke kamar mandi dan mendapati Kob sedang mengintip Oil di kamar mandi.
Terang saja Suam langsung marah melabraknya. Canggung, Kob mengklaim kalau dia tidak ngintip, dia cuma sedang mencari kunci mobil. Tapi tentu saja tak ada yang percaya. Bagaimana bisa dia melakukan hal sebejat ini? Dia bahkan jauh lebih rendah daripada binatang.
Ibu yang baru datang, langsung bisa menduga situasi ini dan cepat-cepat menyuruh Oil untuk membawa Nat keluar. Suam benar-benar tidak bisa menoleransi kebejatan Ayah yang satu ini. Bagaimana bisa dia tega mengintip putrinya sendiri di kamar mandi? Apa dia masih punya rasa kemanusiaan?!
Kob sontak murka dan langsung melayangkan tangan dan menampar Suam. Ibu berusaha menghentikannya, tapi Suam malah terus menantangnya yang terang saja membuat Kob jadi semakin emosi.
Untung saja Ibu akhirnya memberanikan diri mengancam akan melaporkan Kob ke polisi kalau Kob tidak mau berhenti. Kob tetap menampar Suam sebelum akhirnya dia merebut KTP-nya Ibu dan pergi.
Ibu langsung memeluk Suam, menangis dalam diam dan penuh penyesalan karena tidak bisa melindungi putrinya.
Rut lagi santai di rumah saat Padet datang. Teerak dengan senang hati menyambutnya, apalagi dia baru selesai masak. Tapi Padet ternyata tidak datang sendirian, melainkan membawa Neung juga. Rut langsung menyambutnya dengan ramah.
Suam baru pulang saat itu, tapi langsung memalingkan muka, berusaha menyembunyikan bekas tamparannya dari Rut dan menolak makan bersama. Tapi Rut dengan cepat menghentikannya, heran dengan sikap diam Suam.
Dia langsung menyeret Suam untuk makan bersama, tapi malah kaget mendapati pipi Suam memerah bekas tamparan dan bibirnya terluka. Apa yang terjadi? Siapa yang melakukannya? Suam diam saja, tapi Neung bisa langsung menduga pasti ayahnya memukulnya lagi.
Rut dengan lembut mengobati lukanya dan Padet menawarkan bantuan untuk menangkap ayahnya Suam itu, dia bisa menuntutnya atas tuduhan penyerangan. Tapi Suam diam saja.
"Ayah macam apa yang tega melakukan hal seperti ini pada putrinya?" Heran Teerak.
Neung benar-benar tidak mengerti dengan Suam. Dari dulu Suam tidak pernah percaya kalau ayahnya itu adalah ayah kandungnya. Lalu kenapa dia tidak melakukan tes DNA saja? Rut sekarang bisa membantunya.
"Mau melakukan tes?" Tanya Rut.
"Aku mau. Tapi aku takut."
"Apa yang kau takutkan, Suam? Takut kalau ternyata dia bukan ayah kandungmu?"
"Aku takut jika hasilnya keluar dan ternyata dia ayah kandungku. Jika itu benar, bagaimana aku akan hidup? Apa aku bisa menerima fakta kalau ayah kandungku tega melakukan ini padaku? Dan jika dia benar ayah kandungku, seberapa besar dosaku karena aku sudah mengutuk ayahku sendiri agar dia mati?"
Prihatin, Neung dengan ragu-ragu duduk di samping Suam dan menepuk-nepuk punggungnya, berusaha menyemangatinya tanpa kata.
Setelah menidurkan Suam, Rut membicarakan masalah ini dengan yang lain. Neung memberitahunya bahwa Suam sudah dipukuli sejak dia masih kecil hingga pada akhirnya Suam tidak tahan lagi dan memutuskan keluar dari rumahnya.
"Kau sudah berhenti marah padanya?" Heran Padet.
"Belum. Tapi aku mencoba percaya pada naluriku dan apa yang kulihat."
"Nong Neung, bisakah kau memberiku terkait Ayahnya Suam?"
"P'Rut, kau benar-benar peduli dengan Suam, yah?"
"Iya."
Meredam kekecewaannya, Neung memberitahu bahwa ayahnya Suam bukan hanya memukuli Suam seorang. Dia juga memukuli seluruh anggota keluarganya. Tapi masalah alasan kenapa Suam tidak percaya kalau orang itu adalah ayah kandungnya, Neung tidak bisa memberitahu. Bagaimanapun, itu adalah masalah pribadinya Suam.
"Jika suatu hari Suam mempercayaimu lebih dari sekarang, Suam pasti akan memberitahumu."
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam