Untung saja Suam berhasil menghindar tepat waktu hingga dia terjatuh ke sisi jalan. Neung kontan mendatanginya dengan cemas. Rut dan Teerak pun bergegas keluar. Dan Su pun bergegas keluar dengan wajah sok cemas.
"Su, apa kau yang menabrak Suam?" Tuduh Rut.
Tentu saja bukan, Da sinis mengklaim kalau Suam berdiri menghalangi jalannya. Sudah untung dia tidak menabrak Suam sampai mati.
Raut wajah Rut mengeras seketika. Melihat situasi tak mengenakkan ini, Neung buru-buru menyuruh Rut untuk membawa Suam masuk dulu. Suam dengan sengaja pura-pura lemah, Rut pun langsung membopongnya. Dan itu kontan membuat Da jadi semakin kesal, tidak terima Rut membopong wanita itu.
Rut cemas, apa perlu ke rumah sakit? Suam menolak, tidka parah kok. Neung refleks mengusulkan untuk ke rumah sakit saja, jelas-jelas dia mencemaskan Suam. Tapi sedetik kemudian dia baru sadar dan buru-buru meralat ucapannya, kalau tidak parah yah tidak usah ke rumah sakit.
Dia hampir mau pergi, tapi Da mendadak muncul dan langsung sengit menyindir Suam dan mengatainya caper padahal dia cuma tergores sedikit. Rut dan Neung sontak kompak mengonfrontasi Da.
Da tidak terima. Neung sebenarnya berpihak pada siapa? Apa Neung lupa kalau wanita ini merebut Rut dan Aik?
"Benarkah? Sekarang aku mulai tidak yakin, P'Da. Tapi dari apa yang kau lakukan hari ini, aku sungguh tidak bisa berpihak padamu."
"Bodoh! Bodoh seperti kakakmu!"
Suam sontak tidak terima dan langsung membela Neung. Da jadi sinis mendengar mereka saling melindungi padahal mereka menginginkan satu pria yang sama.
"Khun Da! Berhentilah bicara buruk seperti itu!"
Neung pusing menghadapi situasi kacau ini. Dia pulang saja. Da tambah sinis memperlakukan Suam bagai pembantu sambil menyindir ketidaksopansantunannya terhadap para tamunya.
Suam langsung berakting lemah lagi pada Rut dan dengan manja meminta Rut untuk membawanya masuk dan memeriksa lukanya. Da jadi tambah kesal dan berusaha melarang Rut membopongnya. Tapi Rut menolak perintahnya dan langsung membopong Suam.
Suam sinis memberitahu mereka untuk tidak usah menunggu karena P'Rut akan memeriksanya lamaaaaaa sekali. Jadi, Suam ucapkan selamat tinggal di sini saja.
Tapi Rut malah membawanya ke kamarnya Rut sendiri. Suam sontak memberontak dari gendongannya sambil protes, kenapa Rut malah membawanya ke kamarnya Rut?
"Kau masih belum mengenal Da. Jika dia mengikuti kita, maka rahasia kita akan terbongkar."
"Jika dia sampai mengikuti ke sini, aku tidak bisa menjamin keselamatannya. Aku sudah banyak bersabar."
"Anggap saja itu tidak sengaja."
Apanya yang tidak sengaja? Jelas-jelas Da berniat menabraknya. Neung juga melihatnya. Rut masih ingin bilang kalau ini tidak sengaja? Baiklah, Rut minta maaf atas nama Da. Da memang orang yang tidak sabaran.
Sakit hati, Suam sontak menamparnya. Kalau dia meminta maaf mewakili seseorang, maka dia juga harus menanggung resiko mendapat tamparan. Sekarang Suam mengerti. Pada akhirnya, Rut tetap berpihak pada orang-orangnya.
Suam sama sekali tidak ada harganya di mata Rut. Kalaupun dia tertabrak sampai mati juga pasti Rut tidak akan mempedulikannya.
Suam mau kembali ke kamarnya, tapi Rut sontak mendorongnya paksa ke ranjangnya dan mengunci gerakannya... tepat saat Da mendadak muncul dan langsung menjerit heboh melihat mereka dalam posisi yang kelihatan mesra itu.
"Apa yang kau lakukan, P'Rut? Apa kau tidak takut kotor?"
Suam mendadak berubah sikap dan tiduran di sana dengan gaya angkuhnya seolah dialah pemilik kamar itu. Rut tak senang mendengar ucapan Da dan mengingatkan Da bahwa Suam adalah istrinya, jadi kenapa dia harus takut kotor? Kalau Da takut kotor, maka jangan datang kemari lagi.
"P'Rut, kau banyak berubah sekarang. Kelembutanmu dan sopan santunmu sudah menghilang sejak saat kau membawa cewek jalang ini ke ranjangmu! Apa yang akan terjadi di masa depan? Apa kau akan menjadi orang rendahan seperti dia juga?"
Habis sudah kesabaran Suam dan langsung balas menyindirnya. Da se-posesif ini pada kakaknya, apa dia punya pikiran buruk terhadap kakaknya sendiri? Da menghina orang lain rendahan tapi mulut Da sendiri jauh lebih rendah. Dia tumbuh di masyarakat kelas atas, tapi mulutnya bahkan jauh lebih kotor daripada hmmm....
Da sontak emosi dan langsung maju untuk menyerang Suam. Tapi Suam tiba-tiba menendang lehernya sekuat tenaga dan sukses membuat Da pingsan. Bahkan Rut pun tercengang dibuatnya.
Su menyusul masuk tak lama kemudian dan jelas bingung mendapati Da terkapar di lantai. Dia kenapa? Rut mengklaim kalau Da tadi marah besar sampai dia pingsan. Sebaiknya Su bawa Da pulang sekarang.
Setelah memasukkan Da ke mobil, Rut meminta Su untuk tidak terlalu banyak membantu Da. Su dengan gaya sok manisnya mengklaim kalau dia kasihan sama Da, soalnya kali ini masalahnya sepertinya sangat serius. Aik menggugat cerai Da.
"Khun Da terlalu banyak dimanja. Tak ada yang berani menentangnya. Aku juga salah. Jika ada orang yang mengganggu Da, itu mungkin karena aku."
"Tapi kali ini kau tidak memihak Da. Kau sudah banyak berubah sejak kau menikah dengan Suam."
"Aku mungkin kembali menjadi diriku sendiri. Maaf, Su, jika aku membuatmu dan orang lain tidak bahagia. Apa ada hal lain yang ingin kau sampaikan padaku?"
Su mendadak membahas masa lalu mereka dengan muka sok melasnya. Dia mengklaim kalau dulu dia takut jika harus memilih antara Rut atau ayahnya. Tapi sekarang dia sudah tidak takut lagi.
"Tapi akan lebih baik jika kau takut dengan istriku. Karena saat dia sedang serius, bahkan akupun tidak bisa menghentikannya. Dan juga, meski kau sudah tidak takut lagi, akulah yang takut. Su, kau yang paling tahu daripada siapapun bahwa aku paling benci dan takut akan ketidakbenaran."
"Kau masih sama. Tidak pernah memberiku kesempatan."
"Jadi aku ini masih sama atau sudah berubah?"
Sudahlah, anggap saja Su sudah tahu jawabannya. Maka cukup sampai di sini saja. Tolong jaga Da. Rut langsung pergi meninggalkannya, membuat Su jadi kesal setengah mati.
Saat Rut kembali ke kamarnya, Suam sudah kembali ke kamarnya sendiri, sedang mengemasi semua barang-barangnya, bertekad mau keluar dari rumah ini sekarang juga. Dia tidak mau tinggal di rumah yang dihuni oleh orang kejam yang sukanya meremehkan orang lain.
"Berhenti, Suam! Aku tidak akan membiarkanmu pergi."
"Kenapa aku harus mendengarkanmu?"
"Aku minta maaf."
"Minta maaf buat apa? Minta maaf atas nama siapa lagi? Kalau kau meminta maaf atas nama adikmu, simpan saja permintaan maafmu!"
Adiknya Rut itu tidak akan pernah berhenti. Rut lihat sendiri tadi, Da mengumumkan Suam adalah musuhnya. Sudah cukup Suam menolerirnya. Jika ini sampai terulang, maka Suam akan mengacaukannya.
Hari ini dia masih menghormati Rut, tapi Rut malah lebih memihak adiknya. Jika dia tidak bisa mengandalkan Rut, maka dia akan mengandalkan dirinya sendiri. Dan Bagaimana Rut dan Su yang kelihatan romantis banget tadi? Buat apa Rut buang-buang uang untuk menyewanya?
"Apa kau cemburu?"
"Cemburu? Cemburu sama hantu? Menjijikkan! Tolong bicaralah baik-baik dan hargai sarang judi ibuku. Orang kaya seperti kalian hanya pintar berdandan dan berpakaian yang indah setiap hari. Sebenarnya kalian juga jahat! Penipu. Istrinya terbaring sakit di rumah, tapi suaminya malah keluar untuk flirting. Sungguh tidak tahu malu!"
"Suam bisakah kau berhenti bicara?"
"Tidak bisa! Barusan adikmu dan mantanmu datang untuk melabrakku terus menerus. Kenapa kau tidak menghentikan mereka? Kenapa kau hanya menghentikanku? Oh, tentu saja. Kau tidak bisa mengendalikan mereka. Kau hanya berani padaku. Menggunakan uang untuk dilempar ke kepalaku! Kau bisa melempar uang ke kepala E-Suam!"
Rut sontak terpancing emosi dan langsung mendekat. Suam sinis, dia mau apa? Mau menggunakan trik ala-ala Lakorn? Pura-pura mendekat lalu menciumnya...
Dan Rut tiba-tiba saja menciumnya beneran yang jelas saja membuat Suam begitu terkejut dan membeku. Saat akhirnya menarik diri, dia mengancam akan melakukan lebih dari ini jika Suam terus bicara.
"Kau tidak perlu pergi ke mana-mana. Tetaplah di sini. Aku tidak mengizinkanmu tidur di tempat lain."
"Kenapa kau melakukan ini padaku?"
"Kau sudah dewasa tapi masih belum mengerti? Bila seorang pria tidak tertarik, mereka tidak akan mengganggumu." Ujar Rut sebelum kemudian pergi dan membuat Suam terduduk dengan perasaan nggak karuan tapi bahagia.
Rut pun kembali ke kamarnya dengan bahagia. Melihat tabel harganya Suam, dia bingung menentukan jenis ciuman barusan. Cuma kecup-kecup atau deep kiss? Akhirnya dia memutuskan itu adalah deep kiss. (Perasaan cuma nempel doang deh. Wkwkwk!)
0 Comments
Hai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam