Sinopsis My Secret Bride Episode 8 - 4

Berusaha menyemangati Rut, Suam berusaha menawarinya es krim kesukaannya. Tapi Rut bahkan tidak mood untuk makan es krim. Suam langsung berusaha pakai cara lain dan menawarkan pelukan, dia akan diskon 20% deh.


Tapi Rut cuma menjawabnya dengan helaan napas berat. Baiklah, diskon 50%. Tertarik? Tapi Rut tetap terdiam dengan sedih.

"Itu bukan salahmu, Khun. Kau sudah berusaha yang terbaik. Biarpun orang lain tidak tahu, tapi aku tahu."

Suam langsung menggenggam lembut tangannya dan meyakinkannya untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri.


Terharu, Rut langsung menarik Suam ke pangkuannya dan memeluknya, mencari kenyamanan dalam diri Suam. "Aku benar-benar tidak bisa membiarkan kasus ini berakhir begitu saja. "

"Kalau begitu jangan biarkan berakhir. Jika tidak ada yang membantumu, aku yang akan membantumu. Jangan khawatir, Khun Rut. Aku tidak akan meninggalkanmu."

"Terima kasih banyak, Suam. Terima kasih."

Rut langsung menyandarkan kepalanya dalam pelukan Suam dan mengingat masa kecilnya, saat dia memberitahu ibunya bahwa dia ingin menikahi malaikat.

Flashback.


"Bagaimana bisa kau menikahi malaikat, Nak?" Heran Ibu.

"Kenapa tidak bisa, Bu. Ayah saja bisa menikahi malaikat, masa aku tidak bisa?" Ujar Rut dengan manisnya.

"Tentu saja kau bisa. Kalau begitu, ibu akan membacakan mantra untuk seorang malaikat. Bagaimana?"

"Ibu bisa membaca mantra?"

"Tentu saja. Ibu rasa ibu bisa membaca mantra. Jika waktunya tiba, ibu akan membacakan mantra untukmu."

Tanpa mereka semua ketahui, pada hari naas itu, Ibu yang sekarat dibawa ke UGD tepat bersamaan dengan seorang wanita lain yang hendak melahirkan. Dan tepat saat Ibunya Rut meninggal dunia, wanita itu melahirkan seorang bayi perempuan.

Namun entah kenapa wanita itu tidak tampak bahagia dan terus menangis dengan begitu sedih sembari memanggil nama suaminya yang tak ada di sampingnya, seolah suaminya sudah tiada.

Flashback end.


Gara-gara semalam, Rut sekarang menatap Suam terus sampai Suam jadi malu. Tiba-tiba Rut ditelepon pamannya yang menanyakan kasusnya. Rut meyakinkan bahwa segalanya baik-baik saja dan Direk tidak perlu khawatir.

Tapi Direk tiba-tiba minta bicara sama Suam. Suam sontak panik berusaha menolak tapi Rut langsung saja menempelkan ponselnya ke kuping Suam sehingga mau tak mau Suam tetap harus bicara dengan Direk.

Dengan sopan dia memberitahu Direk bahwa dia baik-baik saja dan berterima kasih atas kekhawatiran Direk sebelum akhirnya mengucap salam perpisahan dengan sangat sopan.

"Kau tahu juga bagaimana bicara dengan manis? Paman bilang apa?"

"Tidak banyak. Dia hanya minta jangan mengkhawatirkan masalah rumah. Dan dia juga memintaku untuk mengurusmu dengan baik. Kau pasti sangat lemah dan rapuh."

"Aku memang lemah dan rapuh. Kemarin malam kau juga sudah melihatnya."

Canggung, Suam langsung ganti topik menanyakan apa yang Direk katakan tentang kasusnya Bee. Rut mengaku bahwa Direk menyuruhnya untuk berpikir matang-matang jika ingin membuka kasus ini lagi.


Direk bilang kalau dia hanya tidak ingin orang yang tidak bersalah mati seperti ini lagi. Dan dia juga kasihan dengan Pee. Direk bilang bahwa dialah yang paling mengerti bagaimana rasanya jadi anak yang seperti Pee, bagaimana rasanya kehilangan orang tua.

Hah? Suam heran mendengar bagian terakhir itu. Pamannya Rut tahu kalau Pee anaknya Bee dan Bell? Rut memberitahu pamannya tentang Pee? Tapi pertanyaan Suam itu tiba-tiba membuat Rut baru sadar kalau dia tidak pernah melakukan itu.

"Khun Rut, jadi orang yang tahu kalau Bee bersembunyi di rumah itu adalah pamanmu?"

Malam itu saat dia bertemu Bee, dia memang menelepon Direk dan dia hanya  memberitahu bahwa dia punya saksi penting dalam kasus yang berhubungan dengan Sia Ha.

Karena itulah dia meminta bantuan Direk untuk mencari tempat yang aman untuk menyembunyikan saksi itu. Dia tidak pernah memberitahu apa-apa tentang Pee. Fakta baru ini kontan membuat Rut mulai meragukan Direk.


Su makan bersama papanya dan kedua anak buahnya Sia Ha. Tapi berusaha bermulut manis pada Sia Ha, tapi Sia Ha tampak jelas tidak begitu senang. Dia bahkan tampak tak begitu suka dengan Su dan langsung berusaha mengusir Su secara halus. Kalau dia ada urusan penting, sebaiknya dia pergi urus dulu urusan pentingnya itu.

"Jangan khawatir, Pa. Biarpun aku hanya seorang putri, tapi aku juga tidak ingin mengecewakanmu."

"Omong kosong apa yang kau bicarakan itu? Anak perempuan atau laki-laki itu sama saja."

"Seandainya Papa berpikir seperti itu sejak awal, Mama mungkin tidak akan meninggal karena beliau berkecil hati tidak bisa memberi Papa seorang putra." Sinis Su.

Sia Ha menyangkal tuduhan itu dan menyuruh Su untuk berhenti berpikir seperti itu. Mamanya Su meninggal karena dia sakit cukup lama dan bukan karena berkecil hati. Suasana jadi tegang seketika. Bahkan Cuchai dan Bpenneung tak berani makan lagi.

Kesal, Su mau pergi saja dengan alasan ada urusan penting. Tapi Sia Ha mendadak berubah pikiran dan dengan sengit memerintahkannya duduk kembali dan habiskan makanannya.

"Jangan bersikap seperti apa yang dilakukan temanmu padaku. Pria semacam itu hanya akan menjatuhkanmu."


Usai dari restoran, Su mendatangi Rut di kantor polisinya dengan membawakan makanan kesukaan Rut. Rut menerimanya saja walaupun dia tidak menyentuh makanan itu dan menyambutnya dengan ramah walaupun dia tetap menjaga jarak.

Menyadari sikap Rut itu, Su langsung berusaha menawarkan bantuannya Rut. Dia tahu Rut sedang menarget papanya. Apapun yang ingin Rut tanyakan padanya, tanyakan saja.

Rut berbohong menyangkal. Target polisi adalah orang jahat dan Rut pikir papanya Su bukan orang jahat. Senang, Su pun langsung pamit. Tapi sebelum pergi, tiba-tiba dia mendekat dan mengingatkan Rut untuk memakan mie kesukaan Rut ini. Tak nyaman, Rut langsung beranjak bangkit dan menyatakan kalau dia sudah tidak menyukai mie ini lagi.

"Yang tidak kau sukai adalah mie ini... atau aku? Kalau kau tidak suka mie ini, maka buang saja." Ujar Su.


Dan begitu Su pergi, Rut langsung menawarkan mie itu ke para anak buahnya. Tapi itu cuma seporsi, mereka kan ada banyak. Sersan Dan usul agar dia memberikan mie ini pada Padet saja, soalnya hari ini hari ulang tahunnya Padet.

Maka Rut langsung memberikan itu pada Padet sebagai hadiah ultahnya. Tapi para letnan dan sersan mendadak ribut luar biasa, tak rela mie itu untuk Padet seorang.

Padet sampai harus mengalah dan mengikhlaskan mie itu kembali ke mereka dan seketika itu pula para letnan dan sersan langsung bahagia lagi lalu menyanyikan lagu ulang tahun untuk Padet.


Di kampus, temannya Suam baru tahu kalau Suam ternyata istrinya polisi setelah membaca berita tentang Suam dan langsung menggodanya dan memanggilnya 'Nyonya Polisi Suam'. Para mahasiswa lainnya juga langsung kasak-kusuk menggosipkan Suam.

Tiba-tiba 3 mahasiswa tak dikenal mendatangi Suam dengan sok akrab dan ceplas-ceplos menyinggung suaminya Suam dan pernikahan mereka. Di mana dia mendapatkan suaminya itu? Tapi katanya berita, suaminya itu sugar daddy yah?

Katanya pernikahan mereka dirahasiakan yah? Kenapa? Suaminya malu menikahi Suam? Terus bagaimana dengan pria yang pernah mengantarkan Suam dulu. Mereka sudah putus? Katanya pria itu sudah punya istri yah? Kasih tahulah mereka bagaimana caranya Suam menjerat suaminya itu.

Berusaha bersabar, Suam langsung beranjak bangkit dan mengklaim bahwa suaminya memintanya untuk tidak bergaul dengan orang yang tidak punya sopan santun. Bukan cuma ini saja sih yang disuruh sama suaminya.


Suaminya juga bilang bahwa saat berita ini viral, akan ada hantu kelaparan yang datang untuk meminta doa. Karena itulah suaminya menyuruhnya untuk menuang air sebagai persembahan.

Suam langsung mengambil segelas air es di hadapan mereka lalu menyiramnya ke atas meja sehingga menciprati ketiga mahasiswa rese itu.

Bersambung ke part 5

Post a Comment

0 Comments