Rut semakin mendekat untuk mencium Suam... saat tiba-tiba ponselnya Suam mendadak berbunyi. Suam kaget dan refleks melompat sehingga dia tak sengaja menghantam pipi Rut. Aduh, aduh, maaf, sakit yah?
Mereka jadi canggung banget gara-gara itu. Rut bergegas naik kembali ke kamarnya dan Suam bergegas keluar karena yang menelepon adalah Songkram.
Dia lembur di markas demi menyelidiki hubungan Bee dan Bell, dan mendapati fakta bahwa ternyata anak kecil yang diklaim sebagai keponakannya Bell itu sebenarnya putranya Bell dan Bee. Tapi aneh, kenapa orang-orang menyebutnya sebagai keponakannya Bell?
Songkram punya ide. Jika Suam bisa mengambil ponselnya Bell, kirim pesan ke Bee. Bilang sama Bee untuk segera muncul atau putranya tidak akan selamat. Orang-orangnya Sia Ha juga sedang mencari Bee. Jika mereka tahu Bee punya anak, mereka pasti akan menyakiti anak itu. Karena itulah, Bee harus segera muncul.
Tapi Suam cemas. Bagaimana kalau Rut mencurigainya tentang ini? Dia harus bilang apa ke Rut? Gampang! Bilang saja hantunya Bell yang kasih tahu. Itu kan masalah kecil, dia pikirkan saja sendiri.
Rut kembali ke kamarnya dengan hati bahagia. Apalagi saat Suam tiba-tiba mengetuk pintunya lagi, apa Suam mau melanjutkannya? Tapi Suam hanya ingin menyerahkan ponselnya Bell dan menunjukkan chat yang dia kirim ke Bee barusan. Rut jelas heran, dari mana Suam bisa tahu kalau Bell dan Bee punya anak?
"Password-nya saja aku tahu. Kau masih belum percaya kalau aku bisa melihat Bell? Kau sendiri bagaimana? Kau yang menyelidikinya, kenapa kau tidak tahu?" Ujar Suam lalu pergi.
Dan chat terakhir itu akhirnya sukses juga memancing Bee dan saat itu juga ponselnya Bell berbunyi dari Bee. Tak lama kemudian, tanpa sepengetahuan Suam, Rut seorang diri mendatangi suatu tempat untuk menemui Bee.
Keesokan harinya, Suam turun dengan hati gugup, takut bertemu Rut gara-gara semalam. Tapi Rut tidak kelihatan di mana-mana, sarapan di meja pun cuma satu porsi.
Dia sedang mesam-mesem gaje menatap sertifikat pernikahannya saat Teerak mendadak muncul dengan senyum menggoda. Suam jadi malu. Apa Rut tidak makan?
"Ih, Khun Rut sudah pergi sejak tadi malam. Sepertinya dia punya masalah penting."
Suam kecewa. Tiba-tiba Thuan menelepon, mengabarkan Rut sudah kontak dengan Bee. Masalahnya mereka tidak tahu di mana dia berada sekarang, sinyal ponselnya juga tidak bisa dilacak.
Mereka juga tidak bisa mendengar apa-apa karena semalam Rut tidak menjawab teleponnya Bee di ruang kerjanya. Thuan yakin Rut pasti curiga ada orang yang mengikutinya terkait kasus ini.
Tepat saat itu juga, Songkram baru mendapatkan sinyal ponselnya Rut, tapi ternyata dia sudah kembali kantor polisi.
"Suam, aku harus tahu apa yang terjadi tadi malam. Di mana Danurut menyembunyikan Bee. Laporkan padaku detilnya. Dan yang terpenting, jangan percaya pada siapapun."
Suam jadi galau antara ingin menelepon Rut tapi ragu. Tiba-tiba pikirannya tersela saat melihat Aik datang. Suam langsung sebal melihatnya. Tapi terpaksa akhirnya dia membawanya masuk rumah.
Aik tak nyaman di sini, apalagi ada Teerak yang sedang mengawasi mereka. Dia berusaha mengajak Suam pergi ke tempat lain yang lebih private. Tapi Suam ngotot tetap di sini, katakan saja apa saja yang ingin Aik katakan.
Aik tak senang, Suam tak mempercayainya lagi sekarang. Suam menyangkal, ini bukan masalah percaya tidak percaya, melainkan masalah kepatutan. Terakhir kali mereka bertemu secara pribadi, Suam hampir tidak bertahan.
Aik meminta maaf atas yang waktu itu. Suam tidak mempermasalahkannya, memang dia yang salah. Tidak seharusnya dia menemui Aik. Seandainya dia melihat Rut bersama wanita lain di hotel, Suam juga pasti akan marah.
"Benar juga. Aku lupa kalau kau..."
"Betul. Aku sudah punya 'Pua' (Suami - istilah yang kurang sopan)."
"Astaga!" Tegur Teerak.
"Aku sudah punya 'Samee' (Suami - istilah yang sopan)." Ralat Suam.
Aik jadi kesal dan langsung minta segelas air sama Teerak, biar Teerak bisa meninggalkan mereka sebentar. Tapi ternyata Teerak sudah siap dengan seteko air es
Berusaha bersabar, Aik dengan sopan meminta Teerak untuk meninggalkan mereka sebentar. Suam menyetujuinya. Teerak terpaksa meninggalkan mereka. Tapi sebelum itu, dia sengaja memperingatkan Aik dengan menunjuk-nunjuk sertifikat pernikahan Suam dan Rut.
Begitu aman berdua, Aik langsung pindah duduk dekat Suam dan tanya apakah Suam dan Rut benar-benar saling mencintai? Kenapa mereka tiba-tiba menikah? Apa Suam mencintai Rut?
Suam menghindari pertanyaan itu dengan tanya balik, apa Aik dan Da saling mencintai? Tak bisa menjawab, Aik tanya apakah Suam bahagia dengan semua ini?
Suam sontak terdiam, Aik langsung kepedean menggenggam tangan Suam. Tapi Suam sontak menarik tangannya dan mengklaim kalau dia bahagia. Dia sangat bahagia, dia tidak pernah sebahagia ini sebelumnya.
Dan Suam memang tidak bohong, teringat betapa bahagianya dia saat pertama kali terbangun dari tidur nyamannya di rumah ini, saat dia bisa duduk santai sambil nonton TV bersama Rut, saat Rut memberinya cincin kawin, saat Rut memeluknya, saat mereka makan es krim bersama, dan kenangan indah mereka lainnya.
Rut baru tiba di parkiran kantor polisi saat seseorang meneleponnya. Entah siapa orang yang dia percayai itu. Rut melapor pada orang di seberang bahwa dia sudah mengamankan saksi, dia yakin hanya mereka berdua yang tahu. Sepertinya dia menyembunyikan Bee di sebuah rumah kosong.
Dia tidak sadar Padet sebenarnya ada di dekatnya dan jelas langsung curiga. Padet langsung saja mendatangi Rut dan to the point menanyakan ke mana Rut pergi semalam. Dia sudah kontak dengan Bee, kan? Tapi Rut sontak emosi mendengarnya, jelas tidak mempercayai Padet dan menolak menjawab.
Padet langsung melaporkan hal itu ke Thuan. Rut tidak mau mengaku kalau dia sudah bertemu saksi. Thuan menyuruhnya untuk berusaha lebih keras, mereka harus tahu secepat mungkin di mana dia menyembunyikan saksi.
Suam bergegas ke kampusnya untuk bimbingan skripsi, tapi malah ditolak. Suam jadi bingung, apa dia harus mengusulkan proyek baru saja? Temannya tak setuju. Lebih baik dia mencoba bicara baik-baik sama dosen. Bagaimana kalau nanti sore Suam mengerjakan tugas bersamanya nanti sore? Dia akan membantu Suam. Tapi Suam tidak bisa, dia ada pekerjaan penting.
Dan pekerjaan yang dimaksudnya itu adalah bisnis rumah meditasinya yang resmi dibuka hari ini. Bahkan saat mereka masih menata tempat saja, sudah puluhan orang yang datang mengambil nomor antrian.
Bu bertugas mengatur tiket antrian, sementara Ibunya Suam ribut memberi perintah sana-sini pada para tetangga yang membantu mengatur tempat. Tapi mereka penasaran, Oil pergi ke mana?
"Dia pergi mengajak Nat ke mall. Anak itu masih kecil, aku tak ingin dia melihatnya. Nanti dia kaget."
Ngomong-ngomong tentang Nat, Bibi Jiab usul bagaimana kalau Ibu meminta dukun untuk melihat Nat itu anak siapa? Ibu menolak, buat apa juga mengetahuinya? Apa untungnya? Yang penting anak itu adalah anak dan cucu mereka, itu saja sudah cukup.
Suam datang tak lama kemudian dengan dandanan ala India. Karena sekarang dia adalah Jao Mae (Dewi), Suk tanya dia mau dipanggil sebagai Jao Mae apa?
"Jao Mae palsu!" Nenek Dukun mendadak muncul bersama Lamyai sambil nyinyir, menuduh mereka meniru bisnisnya.
Bersambung ke part 2
1 Comments
Lanjut....
ReplyDeleteHai, terima kasih atas komentarnya, dan maaf kalau komentarnya tidak langsung muncul ya, karena semua komentar akan dimoderasi demi menghindari spam